5 Alasan Anda Bahagia Tapi Egosentris
Bahagia … tapi juga egosentris? Beberapa orang memang seperti itu. Mereka sangat senang dengan pilihan dan hasil kehidupan mereka. Nggak ada yang salah sih, kecuali saat mereka sampai mulai menganggap bahwa pengalaman mereka mewakili situasi semua orang di dunia. Yang terburuk, mereka cenderung membutakan diri terhadap ragam realitas di sekitar mereka.
Orang-orang ini tidak selalu dingin dan egois.
Bahkan, mereka masih peduli dengan kesejahteraan orang lain … dengan cara
yang agak tidak menyenangkan. Niat mereka sebenarnya baik sih, namun jadi buruk
karena yang mereka lakukan dan katakan membuat orang lain merasa sangat
tertekan. Semoga Anda tidak seperti itu. Untuk mengetahuinya, berikut adalah
lima (5) alasan Anda bahagia tetapi juga egosentris:
1. Karena
pilihan Anda menyelesaikan masalah Anda, Anda pikir itu juga cocok untuk orang
lain.
Bisa jadi Anda ibu rumah tangga yang bahagia atau
wanita karier. Anda dapat terbang dengan maskapai yang sama atau mencoba yang
berbeda. Anda bisa makan makanan tertentu atau melakukan beberapa jenis
olahraga yang orang lain mungkin tidak kenal. Apa pun itu, ini adalah pilihan
pribadi Anda yang menurut Anda telah menyelesaikan masalah Anda.
Tidak ada yang salah dengan mempercayai yang ingin
Anda percayai. Tidak salah juga bila ingin menyarankan hal yang sama kepada
orang lain. Satu hal yang perlu Anda ingat adalah: yang berhasil bagi Anda belum tentu sama untuk orang lain juga.
Cobalah untuk tidak tersinggung jika mereka tidak setuju dengan Anda – atau
bahkan jika mereka tampaknya tidak tertarik untuk mencoba apa yang Anda
lakukan.
2. Anda tidak dapat dan tidak mau mengerti orang-orang yang memilih secara berbeda dari Anda.
“Saya tidak
mengerti dengan orang-orang saat ini. Saya merasa bahagia menikah / membesarkan
anak-anak / menjadi wanita karier / memilih kehidupan seperti ini. ”
Orang-orang yang tersinggung biasanya terdengar
seperti ini begitu usul mereka ditolak. Gini deh: bukan tugas Anda untuk
mengubah hidup mereka menjadi persis seperti yang Anda inginkan. Mereka punya
rencana sendiri. Jika mereka memilih untuk tidak mengikuti saran Anda, tidak
selalu berarti bahwa mereka tidak menyukai atau bahkan menghormati Anda.
Tolong, tidak semua harus tentang Anda.
3. Anda
mencoba membuat pilihan Anda terlihat baik dengan merendahkan pilihan orang
lain.
“Saya
memiliki kehidupan yang jauh lebih baik karena ini, sementara yang laing masih
bekerja keras. Masalah dengan orang-orang yang mengira mereka cerdas adalah
mereka selalu ingin menang sendiri. Ego mereka yang jadi masalah. “
Jika benar-benar percaya bahwa pilihan Anda sudah
menjadi yang terbaik, lalu mengapa masih perlu merendahkan pilihan orang lain?
Kenapa harus main perbandingan, sih? Mengapa semuanya harus menjadi kompetisi?
Seberapa butuhnya Anda perlu merasa seperti seorang pemenang, sehingga Anda
akhirnya mengganggu ketenangan pikiran orang lain?
4. Anda
memaksakan kepercayaan dan pilihan Anda pada orang lain, seolah-olah pilihan
Anda adalah satu-satunya contoh terbaik.
Ya, ya. Alasan terbaik Anda adalah bahwa Anda
hanya bermaksud baik. Lagipula, pilihan hidup Anda tepat untuk Anda dan Anda
benar-benar bahagia. Benar, kan?
Anda mungkin berpikir Anda tahu yang terbaik, tetapi
Anda terdengar seperti orang yang tahu segalanya tentang mereka. Tidak ada
orang dewasa yang suka didikte soal yang harus dilakukan dan dikuliahi soal
pilihan hidup mereka, seolah-olah mereka terlalu bodoh untuk membuat keputusan
sendiri. Selain itu, Anda mungkin terdengar seperti orang yang merasa sok
paling benar sendiri.
Ada perbedaan antara memberi saran dengan bawel
ngajarin. Nah, jika Anda masih tidak bisa membedakannya, periksa kembali bahasa
Anda. Meskipun maksud Anda benar-benar baik, inilah masalahnya: jika mereka
tidak meminta saran dari Anda, maka jangan berikan apa pun. Sesederhana itu.
Jika Anda masih ingin, tanyakan apakah mereka tidak keberatan mendengarkan
masukan Anda.
5. Anda
menggunakan ad-hominem untuk melawan
setiap argumen dari orang lain yang tidak setuju dengan Anda.
“Gak
apa-apa kalo lo gak sepakat ama gue, tapi gue bisa liat kenapa hidup lo masih
di situ-situ aja sekarang.”
“Ini yang
saya pilih dan saya tidak peduli apa yang dikatakan tukang kritik. Saya tidak
berharap mereka mengerti. “
Setiap orang bebas memilih yang mereka sukai dan tidak sukai. Namun, jika Anda akhirnya menutup diskusi yang sehat dengan cara seperti itu, bersiaplah untuk reaksi negatif yang lebih banyak. (Ya, termasuk didiamkan dan sikap masa bodoh.)
Menilai orang lain secara pribadi seperti itu tidak membuat Anda terlihat atau kedengaran bagus. Tidak masalah jika Anda yakin bahwa Anda benar dan Anda memiliki bukti yang valid untuk itu.
Anda masih bisa bahagia tanpa memaksakan pilihan Anda pada orang lain. Yap, ini bukan tentang Anda. Setiap orang datang dari latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Hanya karena itu terjadi pada Anda, bukan berarti bakalan sama juga untuk orang lain – dan sebaliknya. Bersikaplah adil dan baik. Bukan Anda saja yang berhak mendapatkan pengakuan.
R.