Mari kita akui saja; stereotyping
sulit diatasi. Generalisasi selalu ada, entah kita mau mengakuinya atau tidak.
Mencoba melawannya sama sulitnya dengan memaksa seekor singa menjadi vegan.
Kita mengalami ini di mana-mana –
setiap hari dalam hidup kita. Tidak peduli latar belakang gender, ras,
kepercayaan, agama, bangsa, atau lainnya. Beberapa memang diucapkan dengan niat
jahat, yaitu sengaja untuk membuat Anda merasa sedih.
Ada yang jadi kesal dengan apa yang
dilakukan beberapa orang tertentu dan yang hobi menyederhanakan masalah,
mengkategorikan semuanya sebagai ‘sama
saja’. Yang lain tidak mungkin tahu apa-apa, terutama karena mereka
dibesarkan dengan semua “-isme” negatif mengenai beberapa tipe orang
tertentu. (Seksisme, rasisme … sebutkan saja semuanya.)
Kategori pertama adalah yang murni
bermusuhan. Bisa jadi ini pengaruh dari cara mereka dibesarkan. Bisa jadi dari
pengalaman buruk – kebanyakan berulang – saat berurusan dengan tipe orang
tertentu. Yang terburuk bahkan bisa kombinasi keduanya. Mereka lebih dari cukup
untuk mendorong kebencian yang tumbuh dan tak tertahankan di dalam.
Setelah itu, nggak berpengaruh juga
bila orang-orang yang sangat mereka benci itu sebenarnya tidak semuanya jahat.
Mereka bahkan tidak perlu repot-repot menambahkan bilangan tertentu seperti
‘sebagian’ atau ‘banyak’ untuk menjelaskan bahwa mereka nggak bermaksud
menyatakan ‘semua’ sama saja.
“Saya hanya mengatakan yang
sebenarnya,” kata mereka biasanya. “Kaum kalian ya, seperti itu. Maaf kalau
kalian tidak bisa menangani kejujuran saya. “
Orang lain terkadang tidak
bermaksud untuk melakukan stereotyping secara kasar. Mereka punya beberapa –
jika tidak terlalu banyak – pengalaman yang mengerikan dengan tipe orang yang
sama.
“Sulit untuk tidak membuat
stereotipe atau menyamaratakan mereka,” seorang teman pernah mengaku.
“Saya terus bertemu dengan mereka yang bertindak buruk terhadap orang lain. Apa
aku salah? ”
Itu sulit, bukan? Tidak masalah jika
Anda menggunakan bilangan seperti ‘sebagian’,
‘banyak’, atau apa pun. Beberapa orang pasti bakalan salah paham, nggak
peduli niat Anda.
Pada akhirnya, Anda harus sesamar
mungkin dan nggak terlalu detil agar tidak menyinggung siapa pun. Mungkin cara
ini akan mengganggu keahlian bercerita Anda sedikit, tapi…ya, sudahlah. Toh,
ini juga demi ‘kebaikan bersama’, bukan?
Beberapa orang lain tumbuh dengan
‘keyakinan salah, menyesatkan, dan sepihak’ tentang beberapa jenis orang
tertentu. Budaya beracun telah memainkan peran utama dalam membentuk pikiran
mereka. Orang tua mereka telah mengajari mereka demikian.
“Jangan
berteman dengan orang-orang dari agama itu. Mereka akan melakukan apa pun di
dunia hanya untuk mengubah Anda. “
“Jangan
berkencan dengan gadis-gadis dari ras itu. Mereka terkenal matre. “
“Orang
gemuk selalu makannya rakus … wajah cantik biasanya tidak punya otak … semua
laki-laki begini … semua perempuan begitu …”
Capek banget, ya? Tidak ada yang
mendengarkan. Setiap orang selalu punya pendapat tentang sesamanya. Yang
terbiasa punya privilege (selalu
diistimewakan) merasa terancam, karena sudah kelewat nyaman dengan posisi
mereka sekarang dan menolak berbagi beban sosial dipaksakan kepada pihak lain –
hanya karena dianggap memang itu sudah
seharusnya.
Sementara itu, kaum tertindas sudah
lama muak dengan ketidakpedulian pihak lain. Mereka lelah diremehkan,
direndahkan, diragukan, dan bahkan lebih buruk lagi … dianggap nggak masuk
akal.
“Kamu
kelewat baperan. Harusnya belajar cuek dong, meskipun orang hanya mau jujur
soal kenyataan tentang kaummu. ”
“Oh,
ngerti deh. Elo ngomongin kalangan gue karena nggak terima gue udah jujur soal
kalangan elo. Sekarang stereotyping? ”
Bahkan meskipun beberapa pendapat
tersebut ternyata benar, percuma juga. Beberapa orang masih tersinggung, bahkan
meskipun mereka yang memulai topik ini duluan. Pastilah ada yang bakalah sakit
hati.
Jadi apa yang kita lakukan
sekarang? Jujur saja, saya lebih fokus pada solusi daripada memaksakan bahwa
saya benar (meskipun sebenarnya saya memang pas lagi benar).
Pada dasarnya, Anda tidak dapat
benar-benar mengubah siapa pun. Jika beberapa orang memilih untuk percaya bahwa
orang-orang di golongan Anda mengerikan, maka mereka akan selalu mempercayainya.
Saya tidak bermaksud membuat Anda putus asa, tetapi terkadang percuma juga jika
Anda mencoba membuktikan sebaliknya. Mereka bahkan tidak sepadan dengan waktu dan
energi Anda. Mereka sudah memutuskan dan tidak akan mendengar apa pun lagi dari
Anda.
Jika beberapa orang berpendapat
bahwa banyak dari golongan kita buruk bagi mereka dan / atau orang lain,
semenyakitkan apa pun kedengarannya – mungkin kita perlu menganggapnya sebagai
teguran serius. Mungkin itu memang kenyataan, bahkan ketika kita tidak termasuk
yang ikut digunjingkan. Saya sadar nggak semua orang berpikir seperti ini –
atau apakah ada yang harus berterima kasih kepada mereka karena telah
bergunjing. (Saya tahu saya tidak akan melakukannya, meskipun gunjingan mereka
ada benarnya juga.)
Namun, hal ini menyedihkan tetapi
nyata. Apa yang kita lakukan tidak selalu hanya tentang kita sendiri.
Kadang-kadang, kalau nggak sampai sering, yang kita lakukan dianggap hanya
sebagai patokan untuk orang lain dalam menilai kaum yang terkait dengan kita –
baik berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, keyakinan, bangsa, atau beberapa
atau semua hal tersebut.
Anda benar tentang satu hal dan
saya (mungkin harus) setuju. Beberapa orang tidak bisa menolong diri sendiri.
Ada yang tidak mau, karena mengedukasi diri sendiri adalah pilihan pribadi.
Kita tidak dapat mengendalikan
semua orang. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah berusaha untuk
tidak jatuh ke dalam stereotipe mengerikan mengenai golongan kita. Bersikap
baiklah kepada orang lain, meskipun sulit. Setelah itu, jika mereka masih
memilih untuk tidak peduli dan bersikap bebal, maka itu masalah mereka – bukan
kita.
Lalu bagaimana kita mendeskripsikan
seseorang yang kebetulan kejam kepada kita – tanpa terdengar begitu bias gender
atau rasis atau semacamnya, daripada hanya melaporkan apa yang nyata? Yah, itu
mungkin tergantung pada konteksnya.
Misalnya, jika orang itu kasar
kepada Anda, jangan mengaitkannya dengan latar belakang atau asal orang itu.
Hanya bagaimana mereka, walaupun beberapa dari mereka mungkin melakukan hal
yang sama.
Namun, ketika Anda harus
menggambarkan seorang tersangka kejahatan kepada polisi, Anda tidak boleh
terlalu samar-samar tentang deskripsi fisik dan bahasa yang mereka gunakan.
(Ya, Anda diizinkan untuk membuat apa yang disebut tebakan cerdas sesuka Anda,
tetapi selama masih memungkinkan.) Sisanya tergantung pada penegak hukum. (Yah,
meskipun banyak dari mereka yang tampaknya lebih bermasalah daripada membantu
belakangan ini. Lihat, barusan saya hanya menggunakan kata ‘banyak’ untuk menghindari stereotyping
atau generalisasi.)
Selain itu, simpan saja sendiri
pendapat Anda jika takut disalahpahami. Nggak peduli jika Anda benar atau Anda tidak bermaksud
jahat. Nggak peduli juga ada yang suka standar ganda, misalnya: kalau mereka
yang ngomong berarti jujur, tapi giliran Anda yang ngomong langsung dicap nggak
sopan. ‘Kan curang?
Pasti bakalan ada yang tersinggung.
Nggak peduli maksud ucapan Anda. Anda tidak bisa menyenangkan seluruh dunia.
R.(Ditulis dengan perasaan muak luar biasa.)