5 Cara Payah untuk Minta Maaf
Ketika sadar bahwa kita telah membuat kesalahan – besar atau
kecil – minta maaflah. Itulah yang harus dilakukan oleh semua orang dewasa yang
benar-benar berakal. Kecuali yang narsis, karena mereka tidak peduli telah menyinggung
orang lain.
Atau, apakah mereka masih minta maaf? Bahkan jika mereka
melakukannya, apakah mereka benar-benar tulus? Apakah mereka melakukan itu
karena sadar telah melakukan kesalahan – atau hanya untuk menyelamatkan muka?
“Tapi
setidaknya mereka sudah minta maaf, ‘kan? “
Tentu saha. Namun, waspadalah terhadap beberapa ciri yang “mungkin cukup halus”. Nah, berikut
adalah lima (5) cara payah untuk meminta maaf:
1.
Alasan, alasan.
“Sori,
tapi lo harus mengerti. Gue melakukan ini karena … “
“Aku
minta maaf, tapi aku punya alasan kenapa harus begini.”
Jika alasannya masih masuk akal, mungkin masih dapat
diterima. Namun, terlalu sering beralasan macam-macam bisa bikin orang lain
kehilangan respek sama Anda, bahkan saat Anda bersungguh-sungguh.
Mengakui kesalahan, seburuk apa pun, jauh lebih terhormat
daripada mencari-cari alasan. Serius.
2.
Menyindir bahwa Anda bukan masalahnya, tetapi justru orang-orang yang telah
Anda sakiti.
“Gue
minta maaf ya, kalo udah bikin kalian merasa nggak nyaman.”
Kesan awalnya tulus. Sepertinya Anda benar-benar peduli
dengan perasaan orang lain sehingga Anda meminta maaf kepada mereka. Anda
khawatir sudah melukai mereka.
Namun, Anda lupa menyebutkan satu faktor yang sangat
penting: perbuatan Anda. Jika tidak
secara spesifik mengakui kesalahan yang telah Anda lakukan, ucapan di atas
terdengar sama buruknya dengan menuduh mereka karena terlalu sensitif.
3.
Mengolok-olok mereka saat meminta maaf.
“Oke,
oke. Sori. Gue nggak nyangka elo se-sensi ini. “
“Ayolah.
Saya ‘kan sudah minta maaf. Apakah semua orang kayak saya segitu rendahnya buat
kamu? “
Ini juga sama buruknya dengan membiarkan orang menang
argumen, tetapi Anda juga kekanak-kanakan dengan mengatakan: “Iya deh, gue terus yang salah dan elo selalu
bener.” Mau tahu terdengar seperti apa saat Anda mengolok-olok sembari
meminta maaf?
Penghinaan.
Bila melakukan ini, Anda tidak menganggapnya serius. Anda
juga meremehkan perasaan mereka. Dengan kata lain, seolah-olah meminta maaf
kepada mereka hanyalah lelucon. Jika itu pendapat Anda, maka jangan
repot-repot. Anda hanya bersikap brengsek dan itulah yang disebut permintaan
maaf ‘setengah niat’.
4.
Mengatur-atur mereka.
“Sori,
tapi elo nggak usah jahat gini juga dong, sama gue.”
Jika masih kecil, mungkin permohonan ini masih dapat
diterima. Jika tidak lagi, inilah masalahnya: setelah mengganggu dan
menyinggung mereka, Anda tidak bisa mengatur-atur mereka sesuai kemauan Anda.
Memangnya siapa Anda, masih berani berharap/menuntut hak istimewa itu?
Anda tidak dapat mengontrol reaksi orang terhadap Anda,
tetapi cara Anda harus memperlakukan mereka. Saat mereka marah, hadapi saja.
Bagaimana jika mereka masih tidak akan memaafkan dan malah memberi lebih banyak
kerepotan – bahkan setelah Anda meminta maaf? Maka itu masalah mereka, bukan
And. Anda sudah melakukan semua yang Anda bisa.
5.
Mencoba mencari-cari kesalahan mereka sebagai perbandingan.
“Sori, tapi
sebenernya elo juga sama aja kali, malah lebih parah. Jadi apa hak lo
marah-marahin gue kayak gini? “
Kenyataannya, ada orang yang benar-benar bodoh dan egois.
Mereka senang standar ganda dan hanya memikirkan diri sendiri. Saya tahu mereka
bisa sangat menyakitkan. Kadang rasanya ingin menunjukkan ketololan mereka.
Sulit rasanya untuk tidak menjadi seperti mereka.
Namun, Anda dapat mencoba yang terbaik. Daripada mencoba
mencari-cari kesalahan mereka sebagai perbandigan, fokuslah dengan yang terjadi
sekarang. Ini bukan soal mereka; ini soal Anda yang harus mengakui kesalahan
Anda. Minta maaflah dengan bersungguh-sungguh.
Jika Anda masih ingin mengungkit-ungkit kesalahan mereka, lakukan di lain waktu. Kenali perbedaannya agar tidak mengaburkan penilaian Anda, karena Anda mungkin menggunakannya sebagai alasan untuk tidak harus meminta maaf kepada mereka sama sekali.
Istilah populernya? Playing victim.
Begitu banyak orang sering menggunakan lima (5) cara payah
ini untuk meminta maaf. Kadang-kadang Anda memang tidak harus merasa bersalah
(seperti ketika Anda membela hak-hak Anda yang dilanggar dan saat mereka
meremehkan penilaian Anda.)
Namun, mari kita hadapi kenyataan bahwa Anda juga manusia dan
mampu menjadi brengsek juga. Bila menurut mereka Anda begitu dan ada bukti valid
untuk mendukung pendapat mereka, terima saja fakta yang tidak menyenangkan itu
dengan dewasa. Tidak perlu mengarang alasan atau bahkan mencoba mengeksploitasi
orang lain untuk mendukung Anda.
Bagaimana jika Anda tidak ingin meminta maaf? Maka jangan repot-repot. Percayalah apa pun yang Anda ingin tentang diri sendiri. Ingat, permintaan maaf yang tidak tulus sama buruknya dengan penghinaan. Orang tahu kok, bedanya.
R.