Baru Suka, Belum Tentu Cinta
Saya ingat curhatan salah seorang teman. Untuk orang yang disuka, teman cukup berani menyatakan rasa duluan. Namun, dia juga tidak mau sembarangan. Dia ingin mengecek beberapa hal penting tentang sosok yang sedang sangat disukainya, seperti: apakah dia sudah punya pasangan? Bila belum, mungkinkah dia merasakan hal yang sama juga?
Menurut saya sih, ini pendekatan cerdas. Naksir, suka, atau bahkan sampai jatuh cinta itu wajar. Namanya juga manusia. Asal jangan sampai berusaha merebut kebahagiaan orang lain juga, ya. (Nggak perlu saya jelasin di sini, pasti udah pada ngerti maksudnya.)
Namun, agar tidak terlalu banyak berharap hingga salah mengira, saya berusaha sedikit membantunya. Saya menanyakan tiga (3) pertanyaan retoris ini:
- Yakin beneran suka, bukan kagum doang?
Ada yang mengaku naksir sampai tergila-gila dengan seseorang. Begitu kenal lebih dekat, ternyata sang pujaan hati mengecewakan. Hmm, langsung ilfil, deh.
- Siap dengan reaksi si dia?
Nggak hanya diterima, ditolak juga bagian dari risiko. Siap ditolak, nggak? Apa Anda masih akan berharap suatu saat si dia akan berubah pikiran dan memberi Anda kesempatan? Apakah Anda bisa menghargai jawaban atau keputusan mereka untuk tidak menerima cinta Anda – serta tidak berubah menjadi orang menjengkelkan hanya karena sakit hati?
- Apakah masih mau berteman dengannya setelah ditolak?
Cinta ditolak, dukun bertindak? Ih, ngapain juga, sih? Selain dosa, cintanya juga jadi palsu karena dipelet doang. Lain cerita kalau sudah menolak cinta, si dia jadi ilfil dan malas berteman dengan Anda lagi. Berarti dia tidak sebaik yang dikira selama ini. Bersyukurlah Tuhan menunjukkan kenyataan ini sedini mungkin.
Kalau si dia tidak merasakan hal yang sama, ‘kan masih bisa menolak baik-baik. Selama Anda tidak mendadak berubah menjadi psikopat menakutkan dan memaksa si dia menerima cinta Anda, kalian masih bisa kok, tetap berteman.
Makanya, saya menyarankan teman saya untuk berusaha mengenal sosok yang disukainya dulu dengan lebih dalam. Soalnya ada beda antara beneran suka dengan kagum saja.
Perspektif Naksir versus Cinta
Tambah usia, biasanya beda pula perspektif kita akan cinta. Lebih baik / realistis / kaya / bijak? Pastinya tergantung pengalaman masing-masing.
Jangan pernah menganggap cinta adalah segala-galanya. Hati manusia mudah berubah. Cerita dongeng hanya hiburan sesaat. Bolehlah berharap, tapi…
…jangan lupa, persiapkan rencana cadangan. Tahu sendiri ‘kan, kalau hidup ini penuh kejutan?
Mungkin karena inilah sekarang saya enggan terlalu berharap pada cinta sesama manusia. Boleh punya perasaan suka, asal tidak berlebihan. Biasa saja.
Lagipula, sesungguhnya perasaan suka itu juga belum tentu selalu akan berubah menjadi cinta. Bisa jadi baru kekaguman belaka, karena sesungguhnya cinta jauh lebih dalam daripada itu. Cinta adalah saat kekurangan pun tidak menyurutkan keinginan untuk tetap bersama, sekaligus tetap berusaha memperbaiki diri masing-masing setiap harinya…
R.