Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tak Perlu

Sumber: Isaiah Rustad

Tak Perlu

Tak perlu datang,

jika memang tiada keperluan.

Biar kugunakan waktu luang

untuk yang lebih layak dapat perhatian.

Tak perlu tinggal,

bila merasa seperti dipenjara.

Aku tak pernah memaksa,

meski kuakui, harap itu ada.

Tak usah bertingkah

seakan aku mencoba

membuatmu merasa bersalah.

Pergi saja.

Tak ada yang mengekang.

Aku tidak ,melarang.

Tak sudi aku mengemis

pada yang tiada

pada pemberi seadanya

namun tanpa ketulusan.

Tak perlu.

Serius, sungguh.

Benar-benar tak perlu.

Tiada yang lebih hina

dari yang suka berpura-pura

lancang menyebut kata cinta,

padahal iseng saja,

apalagi sampai beralasan kasihan belaka.

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

BALI: Bagaimana Perjalanan di Surga Dunia Ini Membuat Saya Merindukan Bali

BALI: Bagaimana Perjalanan di Surga Dunia Ini Membuat Saya Merindukan Bali

Saya beruntung dapat mengenal penyair berbakat lainnya di Indonesia. Saya bertemu Indah P. di Malam Puisi Jakarta. Dia ada di sana untuk mempromosikan antologi puisinya – “BALI: The Journey in Heaven on Earth”.

Sejak awal, saya mengagumi semangat dan kepribadian Indah yang bersemangat, namun rendah hati. Kecintaannya pada seni, terutama puisi, sangat tulus. Ketika dia mempromosikan buku itu, saya memutuskan untuk membeli bukunya tanpa berpikir dua kali.

Jujur saja, buku ini membuat saya sangat merindukan Bali. Saya telah mengunjungi Pulau Dewata itu dua kali dan rasanya masih belum cukup. Indah benar tentang Bali yang magis. Memang ada sesuatu yang agung dan luar biasa tentang surga dunia ini.

Puisi-puisinya dalam antologi ini telah membawa saya kembali ke sana. Saya ingat angin sepoi-sepoi di tepi pantai, matahari terbenam yang menyilaukan, dan tarian Kecak yang ajaib. Saya ingat pemandangan alam yang indah dan penduduk yang ramah.

“The Sunset” mengingatkan saya pada perasaan yang saya miliki, ketika menyaksikan matahari terbenam di sana – pada kunjungan terakhir saya dengan seorang sahabat bermata hazel:

“This is the moment of serenity.

It will last forever, for eternity.

No one can take it away from me.

Because it has been engraved in my memory.”

Saya harus membaca buku ini lagi ketika pandemi # Covid-19 pertama kali melanda. Entah bagaimana, buku ini telah membantu saya bertahan dan menghabiskan waktu.

Nantikan puisi-puisi dan buku-buku berikutnya dari Indah P. Jika penasaran dengan karyanya, silakan cek IG-nya: @thefantasia.art

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tentang Jeda dan Sepotong Cerita

Tentang Jeda dan Sepotong Cerita

Ingatan tua,

bersanding benak dan jiwa kanak-kanak,

mendamba jeda,

demi sepotong cerita

dengan harap serupa

sembuhkan hati penuh luka.

Yang didapat hanya jeda

jauh dari kecepatan cahaya

akan damba yang itu-itu saja.

Ada sepotong cerita,      

namun tokoh utama entah ke mana,

tinggalkan penonton kesepian

dan narator kebingungan.

Mau ke mana?

Saatnya beranjak dari jeda penuh duka,

meski sunyi tanpa suara.

Dendangnya hanya rekaman,

sementara penonton bungkam.

Ini bukan tempatnya

untuk ajang pamer luka,

berharap akan penawar yang tak pernah ada.

Meski indah, saatnya tinggalkan potongan cerita ini,

meski terasa belum selesai

dank au harap takkan pernah usai.

Tokoh utama sudah lama enggan bermain lagi,

tanpa peduli kau yang enggan mencari pengganti.

Yuk, sudahi.

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

Menyambut 2021, Berharap Covid-19 Musnah Dulu

Foto: https://unsplash.com/photos/EcgyryGygeE

Menyambut 2021, Berharap Covid-19 Musnah Dulu

Tak terasa, kita sudah di penghujung tahun 2020. Bulan Desember ini, mungkin sudah banyak yang tetap ingin melaksanakan liburan di luar rumah. Banyak juga yang masih khawatir dengan situasi dan kondisi terkini. Makanya, mereka memutuskan untuk liburan di rumah saja. Bahkan, ada yang sudah lama sekali tidak bertemu teman-teman dan keluarga.

Kabar terakhir, angka penularan virus Corona sudah mencapai 8000-an lebih per hari di Jakarta. Hmm, enaknya gimana, ya? Bahkan, mereka yang sudah tertib mengikuti protokol kesehatan masih bisa terkena. Mau marah-marah ke siapa juga percuma. Yang ada kita hanya bisa berusaha.

Banyak sekolah-sekolah yang rencananya akan kembali membuka kelas-kelas biasa pada Januari 2021 nanti. Nah, sampai sini dilemma membuat suara para orang tua terbagi. Ada yang setuju untuk kembali membawa anak-anak mereka ke sekolah. Apalagi, mungkin anak-anak sudah banyak yang kangen dengan teman-teman mereka dan jalan-jalan keluar.

Namun, banyak juga orang tua yang masih belum siap. Alasannya tentu saja takut ketularan. Bahkan, meskipun sudah mengikuti protokol kesehatan, risiko itu tetap ada.

Jadi Enaknya Gimana?

Hmm, rada-rada tricky juga, karena belum tentu semua orang bisa mencapai nilai ideal dalam menjalani New Normal. (Jujur, saya sendiri sebenarnya kurang suka istilah itu. Saya lebih suka menyebutnya “Kebiasaan Baru”.) Ada yang masih harus keluar rumah untuk bekerja dan nggak semua orang punya koneksi internet yang bagus.

Ya, kita semua sedang menunggu vaksin Covid-19 yang diharapkan akan menyudahi pandemi yang praktis mempengaruhi seluruh dunia sepanjang tahun 2020. Apakah tahun 2021 berarti juga harapan baru? Yah, semoga saja begitu.

Yang pasti, jangan merayakan apa-apa kalau Covid-19 belum musnah dulu. Tapi, itu sih, terserah kalian. Jangan marah juga kalau masih banyak yang menjauhi atau menyalahkan kalian bila sampai ada yang ketularan. Masalahnya, ada penderita virus Corona yang sama sekali tidak menunjukkan gejala. Masa kalian masih tega pada sesama?

R.