Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Opia

Opia

Foto: Unsplash.com

Kaukah sang legenda

yang membuat mereka bersuka cita?

Apakah kau sosok seram

dari mimpi buruk semalam?

Siapa pun kau,

efekmu serupa

meski tak selalu sama.

Aku gemetar tanpa daya

menanti efek pesonamu berikutnya …

R.

Categories
#catatan-harian #lomba #menulis

Manajemen Proyek Freelance Dengan Tomps? Bisa Juga, Kok

Manajemen Proyek Freelance Dengan Tomps? Bisa Juga, Kok

Foto: tomps.id

Apa rasanya menjadi seorang pekerja purnawaktu sekaligus lepasan? Kadang kala rasanya seru. Menjadi produktif tidak hanya soal menghasilkan lebih banyak uang. Sebagai seorang perempuan lajang, saya beruntung mendapatkan cukup banyak waktu luang. Apalagi, pandemi #Covid19 yang masih berlanjut di tahun 2021 ini membuat saya kembali tidak bisa banyak keluar rumah.

Namun, ada kalanya saya kewalahan menjalani semua profesi tersebut sekaligus. Apalagi bila kebetulan, ada dua atau tiga pekerjaan dengan tenggat waktu yang nyaris berdekatan. Selain itu, saya masih menggunakan spreadsheet terpisah untuk setiap pekerjaan, sehingga tidak begitu efektif. Yang paling bahaya adalah saat saya fokus mengerjakan satu hal yang kebetulan paling rumit.

Nah, kalau sudah begini, bisa-bisa ada deadline yang terlewat. Apalagi kalau bukan gara-gara saya sendiri kesulitan memonitor semua perkembangan pekerjaan saya sekaligus. Lupa bercampur rasa panik sering menjadi satu.

Mengurangi Beban Pekerjaan? Hmm, Sepertinya Belum Rela

Saya paham, semua manusia punya keterbatasan masing-masing. Tidak ada yang sempurna, apalagi sampai berkekuatan super segala. Sudah banyak yang menyarankan saya untuk mulai mengurangi beban pekerjaan. Selain lelah secara fisik, kesehatan mental saya juga rentan terancam.

Mengurangi beban pekerjaan? Hmm, sepertinya belum rela saya. Hehe. Apalagi, pandemi virus Corona ini memunculkan ketakutan tambahan sendiri bagi banyak orang. Bagi saya, ketakutan tambahan saya ada dua (2), yaitu:

  1. Takut kehilangan pekerjaan, yang berarti kehilangan penghasilan. Pandemi memang benar-benar menghasilkan efek yang menakutkan begini.
  2. Karena tidak bisa banyak keluar rumah dengan leluasa seperti biasa, harus ada cara untuk membunuh kebosanan di rumah. Menambah penghasilan sampingan dari pekerjaan freelance adalah salah satu cara untuk mengisi waktu luang.

Namun, lama-lama saya sadar juga bahwa saya butuh bantuan. Menggunakan spreadsheet terpisah untuk mengecek perkembangan setiap pekerjaan lama-lama melelahkan. Saya membutuhkan bantuan aplikasi manajemen proyek untuk efisiensi dan efektifitasdalam bekerja. Cukup cek dalam satu tempat, maka saya bisa mengecek semua pekerjaan sekaligus. Tidak perlu terlalu ribet.

Berkenalan Dengan Aplikasi Tomps                             

Banyak aplikasi yang mendukung manajemen proyek untuk efisiensi dan efektifitasdalam bekerja. Namun, Tomps menawarkan kedua hal tersebut. Tools aplikasi ini dapat membantu kita melancarkan pekerjaan secara digital. Aplikasi ini sama-sama dapat diakses di ponsel maupun web. Jadi, bila ponsel sudah terasa berat karena sudah kebanyakan data, Anda masih bisa mengaksesnya dari laptop atau PC.

Hebatnya, Tomps juga bisa diakses kapan pun. Aplikasi ini dapat mempermudah interaksi semua pihak yang terlibat dalam proyek yang sama. Misalnya: project stakeholder dan vendor yang sedang mengerjakan social media dan online campaigns lainnya. Semua dapat dikerjakan secara mobile, sehingga mempermudah dan mempercepat penyelesaian proyek.

Seperti Apa Fitur Aplikasi Tomps?

Secara singkat, inilah fitur-fitur yang terdapat di dalam aplikasi Tomps:

  • Dashboard.

Dashboard berfungsi untuk memonitor semua proyek yang sedang dikerjakan. Tampilannya menarik, tidak membuat sakit mata. Bahkan, rekan-rekan atau teman-teman yang sedang didapuk menjadi PIC proyek mereka akan sangat terbantu menggunakan Tomps.

Daripada pakai spreadsheet terpisah dan mengisi laporan manual yang lebih memakan banyak waktu, lebih baik pakai aplikasi ini, bukan? Apalagi, era pandemi ini membuat kita sulit untuk bertemu dengan sesama karyawan atau kolega secara langsung.

  • Project.

Fitur ini membantu kita memonitor progress setiap proyek yang sedang dikerjakan. Di sini, kita dapat merencanakan detail proyek sesuai waktu yang telah disepakati bersama dengan semua pihak yang terlibat. Fitur ini juga membantu kita memastikan agar antar satu proyek dengan proyek lainnya (selama masih dikerjakan oleh tim yang sama), tidak sampai bentrok di tenggat waktu. Ingat, manusia tidak se-super itu.

  • Report.

Maunya sih, semua laporan bisa dikumpulkan di satu tempat sekaligus. Bila biasanya laporan proyek terpencar-pencar, sekarang tidak perlu lagi berkat aplikasi Tomps. Kita bisa melacak data, perkembangan risiko, masalah, hingga perubahan lainnya pada proyek secara lebih lengkap. Ada juga filter untuk membantu kita menargetkan beberapa hal yang sedang kita butuhkan saat itu.

  • Project cost.

Memonitor proyek secara manual mungkin ideal bila kita tidak begitu membutuhkan listrik. Namun, sayangnya banyak yang bisa ‘colongan’ dengan cara ini. Misalnya: me-markup dana, memanipulasi data, hingga menyembunyikan kesalahan. Dengan menggunakan aplikasi Tomps, semua hal tersebut dapat diminimalisir. Mau curang, cepat ketahuan – secara real-time lagi! Malunya pasti tidak terkirakan lagi.

Bahkan, fitur project cost dapat dilengkapi dengan maps. Fungsinya adalah agar kita bisa secara akurat mengetahui lokasi bukti yang diunggah ke dalam sistem. Dengan cara begini, manajemen proyekdapat berjalan secara efektif dan efisien.

Mau Paket Tomps yang Seperti Apa, Sih?

Jadi, ingin mencoba paket Tomps yang seperti apa? Sesuai kebutuhan, inilah beberapa paket yang bisa kita coba:

  • Basic.

Baru pertama kali menggunakan Tomps dan sedang menjajal aplikasi ini? Boleh juga mulai dari paket Basic. Baik untuk mengelola proyek perusahaan atau proyek internal, silakan coba paket ini. Tim kita akan sangat terbantu sekali.

  • Business.

Sedang mengerjakan banyak proyek, yang melibatkan banyak tim yang berbeda? Paket Business dalam aplikasi Tomps akan mempermudah kita mengikuti perkembangan setiap proyek dalam waktu bersamaan.

  • Pro.

Paket ini diperuntukkan untuk para professional yang sedang berkolaborasi dengan banyak pihak. Yang menyenangkan, paket Pro tidak punya batasan jumlah proyek dan pengguna.

  • Enterprise.

Untuk proyek-proyek perusahaan skala besar, kita bisa menggunakan paket Enterprise. Tanpa batasan jumlah proyek yang diikutkan, kita dapat memantau semua proyek sekaligus. Cara ini juga lebih aman dan nyaman.

  • On Premise.

Sedang di tempat klien saat memantau progress setiap proyek perusahaan Anda? Gunakan paket On Premise dari aplikasi Tomps. Ada client’s infra dan fitur penambahan pengguna, proyek, dan lisensi.

  • White Label.

Ingin visibilitas lebih banyak saat memonitor proyek-proyek perusahaan? Sesuai namanya, paket White Label bisa dipilih. Sama seperti versi On Premise, paket ini punya client’s infra danfitur penambahan pengguna, proyek, hingga lisensi. Bila kedua paket sebelumnya bisa di-customised secara minor, maka paket ini bisa di-customised secara major.

Lalu, Apakah Aplikasi Tomps Juga Cocok Untuk Pekerja Freelance?

Bila memang bisa, kenapa tidak? Apalagi, banyak pekerja freelance yang mungkin sedang butuh bantuan dalam manajemen proyek-proyek yang sedang mereka kerjakan. Apalagi bila beberapa proyek tidak hanya sekali selesai, melainkan harus secara bertahap. Agar tidak kelewatan, aplikasi Tomps dapat membantu Anda agar tetap bisa memonitor progress proyek tersebut.

Apa saja manfaat dari aplikasi Tomps yang dapat dirasakan oleh para freelancer?

  1. Untuk manajemen proyek dan inventaris.

Mau atur jadwal, perencanaa, hingga investasi? Butuh laporan standard inventory? Aplikasi Tomps menjawab kebutuhanmu sebagai seorang pekerja freelance.

  • Untuk menyimpan dokumen digital.

Sistem digital aplikasi Tomps membantumu menyimpan dokumen digital secara rapi. Tidak perlu lagi acara mengunduh dan menunggah data-data penting dari tempat-tempat terpisah, padahal semuanya dibutuhkan untuk satu proyek saat itu juga.

  • Untuk mengurangi terjadinya penyimpangan dalam proyek.

Sebagai freelancer, salah satu risiko pekerjaan adalah saat berurusan dengan klien ‘bandel’. Tahu sendiri ‘kan, sehabis proyek selesai, klien kabur tanpa membayar. Untuk mencegah kemungkinan itu terjadi, gunakan aplikasi Tomps. Kamu bisa mengecek apakah klien memenuhi tenggat waktu pembayaran proyek.

Moga-moga sih, kamu tidak perlu sampai mengalami hal-hal yang tidak diinginkan saat bekerja, ya.

  • Untuk memonitor progress proyek secara real-time.

Bagaimana bila kamu terlibat dalam proyek jangka panjang dengan beberapa pihak terkait, bahkan meskipun statusmu adalah pekerja freelancer? Meskipun sudah mempunyai aplikasi Tomps, kamu masih bisa diundang oleh PIC proyek yang bersangkutan ke dalam akun Tomps mereka.

Begitu pula sebaliknya. Apa pun pilihan dan kesepakatan bersama, pastikan kamu bisa ikut memonitor progress proyek secara real-time.

  • Sebagai efisiensi sumber daya.

Pokoknya, aplikasi ini bikin waktumu hemat dan tenagamu tidak terbuang percuma. Pekerjaanmu jadi termonitor dengan lengkap, pas real-time pula. Biaya pun ikut terpangkas. Nah, ini dia yang namanya manajemen proyek untuk efisiensi dan efektifitas.

Jadi, masih ragu pakai Tomps? Jangan lagi, dong. Biar kerjamu semakin efektif dan efisien.

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Ellipsism

Ellipsism

Foto: Senja

Jika usia hanyalah angka,

mengapa semakin pendek waktu kita?

Alam raya tak lagi seluas

yang dulu kita rasa.

Sebelum digit bertambah,

hidup seakan memberi lebih pada kita

hingga bermewah-mewah      

meski barang semenit saja.

Sesudahnya,

waktu mulai mengambil kembali

semua yang kita kira        

akan selamanya di sini.

Tahu-tahu,

kita tertinggal dengan cemas

soal kemungkinan akan masih bernapas

untuk melihat esok tiba.

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

Selamat Datang di Pertemanan Dewasa

Selamat Datang di Pertemanan Dewasa

Foto: Saat Dewasa, Pertemanan Tak Lagi Sama

Bagi yang tumbuh di era pra-internet, mungkin televisi pernah menjadi hiburan dominan kalian. Saya tumbuh sebagai remaja canggung di pergaulan, yang lebih banyak mengurung diri di rumah dan kamar. Televisi dan radio pernah menjadi sahabat saya. Selain itu, saya juga terbiasa banyak membaca buku dan menulis catatan harian.

Siapa sangka, kebiasaan-kebiasaan yang dulu dianggap cupu dan nggak gaul ini lumayan menyelamatkan kewarasan saya di kemudian hari. Bahkan, sebelum pandemi #Covid19 terjadi, saya sudah lama belajar untuk beradaptasi hingga berkawan dengan sepi. Semua hobi ini sangat membantu saya.

Begitu pula dalam hal pertemanan.

Beda Pertemanan Masa Kecil, Remaja, Dengan Dewasa

Mungkin ini nggak bisa dipukul rata, ya. Saya yakin, setiap orang mempunyai kisahnya masing-masing mengenai pertemanan, baik sejak kecil, remaja, hingga dewasa. Kepribadian setiap manusia juga ikut berpengaruh dalam dinamika pertemanan. Mohon maaf, saya hanya bisa berbagi berdasarkan pengalaman pribadi saya di sini.

  • Pertemanan masa kecil.

Jujur, saya tidak begitu ingat pertemanan masa kecil saya. Saya hanya lebih banyak ingat dianggap sebagai anak aneh dan sangat berbeda dengan kakak perempuan saya yang kebetulan satu sekolah. Ada beberapa teman yang cukup dekat, namun begitu lulus tidak bertahan lama.

  • Pertemanan masa remaja.

Sama seperti saat SD, SMP adalah saat-saat tercanggung bagi saya. Ya, saya akhirnya punya sekelompok anak lain yang bisa saya sebut teman dekat dan baik. Begitu pula saat SMA. Namun, mungkin karena masih banyak yang menganggap saya aneh, saya masih lebih banyak menyendiri. Akhir pekan pun jarang keluar rumah seperti remaja normal pada umumnya.

Mungkin karena hobi menulis saya terasa lebih menarik saat itu. Saya lebih ingat buku-buku yang pernah saya baca atau film-film yang pernah saya tonton. Saya hapal hampir semua lagu favorit di radio. Saya pernah mengoleksi kaset-kaset dan CD-CD para musisi favorit saya.

Saya juga mulai banyak menulis. Buku harian, puisi, cerpen, hingga novelet. Pernah sih, menulis novel sekali. Waktu itu belum kepikiran untuk menerbitkannya di penerbit lokal. Buat senang-senang saja. Plotnya juga masih acak-adul dan tidak masuk akal.

Saya juga senang menonton film di bioskop dan konser musik. Meskipun cerita masa remaja saya tidak seseru film-film remaja Hollywood, setidaknya saya ingat saya cukup bahagia.

  • Pertemanan dewasa.

Anehnya, bila banyak yang bilang kalau pertemanan masa remaja itu paling indah, saya malah tidak sepakat. Saya malah lebih suka pertemanan dewasa, meskipun dinamikanya tidak pernah benar-benar stabil. Setiap saat bisa saja tiba-tiba berubah atau berganti.

Mungkin karena sejak kecil saya sudah terbiasa untuk bermain sendiri bila tidak ada teman. (Bukan berarti nggak butuh teman loh, ya. Ada bedanya.) Selain itu, saya sempat terheran-heran dengan beberapa contoh pertemanan masa remaja yang menurut saya malah “nggak masuk akal”.

Contohnya: ke mana-mana harus selalu bareng, pakai baju kembar, harus menyukai hal-hal yang sama. (Kecuali untuk urusan pacar, kalau nggak mau alamat rebutan.) Bahkan, kalau bisa punya musuh yang sama. Satu orang di grup pertemanan lagi slek sama si A, yang lain harus ikutan benci atas nama solidaritas.

Hahaha … sampai sini, saya mau tertawa. Sebentar dulu, ya … hahaha …

Lalu, apa yang terjadi bila kamu yang termasuk grup itu tiba-tiba punya keinginan beda? Misalnya, bosan pakai aksesoris sama, suka sama film atau musisi yang berbeda, hingga nggak selalu ingin ke mana-mana bareng mereka? Ada kalanya kamu ingin jalan sendiri, berteman dengan orang-orang lain juga, dan melakukan hal-hal yang hanya kamu yang suka – namun belum tentu disenangi mereka juga …

Bagaimana soal musuh? Nah, ini juga yang paling saya nggak suka. Okelah, mungkin orang yang disebut si teman memang terbukti menyebalkan. Tapi, kalau orang itu belum pernah berbuat salah sama saya, kenapa saya harus ikut-ikutan memusuhinya – hanya atas nama solidaritas dengan teman?

(Sekadar catatan: ketentuan di atas tidak berlaku untuk kasus kekerasan – termasuk pelecehan seksual. Bila teman saya menjadi korban perbuatan kriminal macam itu sehingga membuatnya membenci orang itu, tentu saja saya berdiri bersama korban. Setidaknya sampai terbukti sebaliknya.)

Selain itu, biasanya saya akan merasa gerah bila seorang teman yang tidak suka sama seseorang, lalu sampai mengatur-atur saya agar ikut memusuhinya juga. Bahkan, mereka sampai marah bila tahu saya masih bicara dengan orang yang mereka benci.

Tidak hanya itu. Pertemanan dewasa mengajarkan kita bahwa yang namanya adil itu belum tentu selalu 50 – 50. Misalnya: teman selalu punya waktu luang dan uang, sehingga sering ngajak nongkrong bareng atau ketemuan. Padahal, bisa saja kamu sedang sibuk, bokek, atau keduanya. Bila memang berpikiran dewasa, teman tidak akan mudah baperan bila kita sedang tidak bisa sering nongkrong bareng mereka.

Oke, mungkin ucapan saya terdengar agak kejam. Namun, intinya pertemanan masa dewasa tidak bisa disamakan dengan pertemanan masa remaja. Kita semua telah berkembang menjadi pribadi masing-masing, dengan ciri khas yang tidak mungkin bisa disamakan. Sebagai manusia, kita pun niscaya berubah. Bisa jadi dulu menyukai hal yang sama, kini sudah sulit untuk sepaham.

Merasa sedih, kehilangan, dan kesepian itu memang wajar. Namun, rasanya kekanak-kanakan bila kita berharap bahwa semuanya tidak akan berubah dan tetap sesuai kemauan kita. Namanya juga hidup. Bila memberi kebaikan, siap-siap untuk tidak selalu mendapatkan balasan yang sama maupun lebih baik. Kemungkinan itu selalu di luar kendali kita.

Ada seorang kawan lama yang sempat merasa bersalah. Menurutnya, saya terlalu baik. Saya selalu menyempatkan waktu untuk menanyakan kabarnya, sementara kadang dia ingat untuk melakukan hal yang sama untuk saya tidak. Menurutnya, saya layak mendapatkan teman yang jauh lebih baik darinya.

Ada juga seorang mantan teman yang mungkin hingga kini masih menganggap saya teman yang jahat. Menurutnya, saya sama sekali bukan teman yang pengertian. Saya bukan teman yang tahan mendengarnya curhat setiap saat, bahkan meskipun isi curhatannya selalu lebih banyak mengenai orang-orang yang dia pergunjingkan hanya karena dia tidak suka mereka. Di matanya, mereka selalu salah.

Intinya, dia bersikap seakan-akan seluruh dunia selalu memusuhinya. Berhubung bukan terapis berlisensi, saya pernah menyarankannya untuk mendapatkan bantuan. Eh, saya malah dimaki-maki sebagai teman yang jahat dan tidak pengertian. Padahal, sama seperti dirinya, saya manusia biasa yang juga bisa lelah.

Untuk kedua jenis teman tersebut, kadang saya hanya ingin berkata: “Selamat datang di pertemanan orang dewasa.” Tidak semua hal selalu tentangmu. Tidak ada yang statis dalam interaksi kita. Semua bergerak dinamis, seiring perubahan kita saat berhadapan dengan realita.

Tidak ada manusia yang 100 persen baik maupun jahat. Kita adalah kombinasi dari keduanya. Tapi, kita juga selalu dibekali pilihan untuk berbuat yang terbaik …

R.