Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Diam di Depan Pencela

Bodyshaming
Foto: freepik.com

Diam di Depan Pencela

Diam di depan pencela?

Bukan masalah, biasa saja

Biarkan mereka bicara

hingga menulis suka-suka

sementara kamu hemat suara.            

Simpan tenaga.           

Diam di depan pencela?

Butuh sabar dan usaha

Latihan secara berkala

Kadang cobaan luar biasa,

karena mereka suka menghina

tak kira-kira.

Diam di depan pencela?

Ada banyak cara

Rata-rata mudah saja

Anggap saja mereka tiada

Sibukkan diri dengan yang berguna

Setidaknya,

waktumu tak percuma.

Saat pencela akhirnya

sudah kehabisan suara

bahkan hilang tenaga,

tersadarkah mereka

waktu hilang sia-sia

sementara dirimu sudah jauh di depan mata?

R.

Categories
#catatan-harian #lomba #menulis

Kenapa Penting Sih, Untuk Lebih Melek Asuransi?

Kenapa Penting Sih, Untuk Lebih Melek Asuransi?

Apa yang ada di benakmu saat pertama kali mendengar kata ‘asuransi’? Mungkin banyak yang akan langsung teringat dengan ‘asuransi jiwa’. Sama seperti tabungan lainnya, kita harus menabung dulu untuk bisa merasakan manfaatnya di kemudian hari. Misalnya: saat kita harus berobat ke rumah sakit atau saat kecelakaan terjadi.

Terutama saat pandemi Covid-19 ini, asuransi jiwa sudah terasa semakin penting dan genting. Bahkan, bisa bahaya juga bila kita masih belum sadar juga akan pentingnya melek asuransi.

Sebelumnya, apa sih, asuransi itu?

Sekilas Mengenai Asuransi

Asuransi adalah sebuah kesepakatan antara pihak penanggung (yaitu perusahaan) dengan pihak tertanggung (yaitu nasabah). Dalam kesepakatan ini, nasabah diharuskan membayar premi kepada perusahaan untuk mengganti berbagai risiko yang kemungkinan besar dapat terjadi di kemudian hari.

Beberapa risiko yang dapat ditanggung oleh asuransi adalah sebagai berikut:

  • Kerusakan
  • Kematian
  • Kehilangan yang diderita akibat peristiwa di luar dugaan

Meskipun banyak yang masih mengasosiasikan asuransi dengan kesehatan jiwa, sebenarnya fungsinya tidak hanya itu. Selain sebagai perlindungan kesehatan, asuransi juga berfungsi sebagai proteksi keuangan demi membantu ketahanan hidup nasabah, terutama karena peristiwa di luar dugaan.

Semakin Pentingnya Asuransi di Tengah Pandemi

Sudah bukan rahasia lagi bahwa wajib sadar akan pentingnya melek asuransi, terutama di tengah pandemi. Seperti yang sudah kita lihat akhir-akhir ini, pandemi Covid-19 telah berdampak sangat besar bagi masyarakat di seluruh dunia. Ada yang sampai kehilangan pekerjaan karena terkena PHK (pemutusan hubungan kerja), bisnisnya bangkrut, jatuh sakit, depresi, hingga tidak punya tabungan lagi.

Apalagi, penyakit akibat virus Covid-19 (mulai dari yang pertama di tahun 2020 hingga Delta, Delta Plus, serta Omicron mulai di akhir 2021 ini) belum ada obatnya hingga kini. Kita baru bisa memproteksi diri dengan vaksinasi (maksimal dua kali ditambah satu booster) serta mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Memakai masker dan menjaga jarak sudah menjadi kewajiban di era new normal ini.

Bila sudah memulai tabungan asuransi, baguslah. Teruskan usahamu demi mendukung ketahanan dan kualitas hidup. Bagi yang belum, tidak ada salahnya untuk memulai sekarang. Belum terlambat, kok. Mintalah semua dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup.

Mengapa Kita Harus Sadar Akan Pentingnya Melek Asuransi?

Banyak alasan bagi kita untuk mulai menyadari pentingnya punya asuransi. Beberapa alasan yang saya ketahui adalah sebagai berikut:

  • Sebagai dana darurat.

Kecelakaan atau jatuh sakit merupakan contoh paling mudah diingat. Keduanya merupakan musibah. Pastinya, tidak ada seorang pun yang ingin mengalaminya.

Namun, kecelakaan maupun jatuh sakit sama-sama tidak selalu bisa dihindari. Bayangkan bila kita butuh berobat segera, namun terkendala biaya. Asuransi akan membantumu dalam hal ini.

  • Sebagai simpanan jangka panjang.

Suka atau tidak, kita tidak akan selamanya bisa bekerja mencari uang. Tidak semua orang beruntung mendapatkan pekerjaan seumur hidup atau terlahir dari keluarga kaya raya. Apalagi bila ada orang-orang lain yang bergantung secara finansial pada kita, seperti: orang tua sepuh, pasangan (bagi yang menikah), adik-adik yang masih usia sekolah atau belum punya pekerjaan, hingga anak-anak.

Nah, meskipun amit-amit semoga tidak kejadian, bagaimana bila suatu saat kita tiba-tiba kecelakaan atau jatuh sakit dan meninggal dunia? Bagaimana dengan mereka yang tergantung secara finansial pada kita? Bila kita mendaftarkan mereka sebagai pihak tertanggung premi asuransi, maka kita masih dapat melindungi mereka.

Simpanan jangka panjang juga bisa digunakan untuk membayar keperluan darurat. Misalnya: asuransi mobil atau properti yang hancur akibat bencana alam.

  • Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan penyakit baru yang ada.

Pandemi Covid-19 menjadi contoh nyata semakin pentingnya melek asuransi. Virus Corona yang telah menyerang seluruh penduduk di dunia sejak akhir 2019 tidak hanya berdampak secara kesehatan. Kekhawatiran akan penyebaran virus tersebut menyebabkan gerak ekonomi kita menjadi amat terbatas. Yang tadinya bebas leluasa ke kantor kini harus lebih banyak di rumah.

Banyak bisnis yang tumbang karena gagal mendapatkan profit. Banyak karyawan yang terpaksa di-PHK.

Karena itulah, belum terlambat untuk memulai tabungan asuransi. Pilihlah yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan lupa banyak bertanya kepada pihak penawar asuransi.

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Barisan Perundung

Barisan Perundung

Barisan perundung

Tak tahu diuntung

Manfaatkan pendukung

Bikin hak korban buntung

Barisan perundung

Sialnya makin beruntung

Para pengecut mendukung

Lewat bungkam tak berujung

Ah, bagaimana membasmimu?

Ibarat kecoak, berbiak selalu

Mati satu, tumbuh seribu

Kian banyak, menindas tanpa malu

Barisan perundung minta dibunuh

Pongahnya bikin suasana keruh

Bersikap cengeng saat dituduh

Makin lama makin bikin gaduh

Mau jadi apa negara ini

dengan makin banyaknya manusia yang cacat hati?

Apakah integritas telah lama mati

berganti perundung nan keji?

Sialnya, jumlah pengecut lebih banyak lagi

lewat wajah-wajah tak peduli

atau dukungan buat perundung

demi cari aman sendiri …

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

Kata Orang dan Pemikiran Saya: Hidup Dimulai di Usia 40?

Kata Orang dan Pemikiran Saya: Hidup Dimulai di Usia 40?

“Life begins at/after 40.”

Banyak yang bilang begini saat ultah saya November kemarin. (Iya, saya sudah 40 sekarang.) Jujur, saya sempat terbingung-bingung.

Bila hidup dimulai saat seseorang berusia/sesudah 40 tahun, berarti kemaren-kemaren ke mana aja? Ngelindur apa koma?

Banyak teori seputar pernyataan soal usia 40. Iseng-iseng saya cek lewat Google:

  • Ada buku motivasi berjudul sama karya Walter B. Pitkin. Cuma, kalo tanya saya, kayaknya saya nggak gitu tertarik baca. (Tumben, mengingat saya masih jadi pencinta setia buku meskipun di era digital ini.) Takutnya isi bukunya sudah nggak gitu relevan lagi dengan zaman sekarang.
  • Ada yang bilang, usia 40 berarti (harusnya) usia seseorang sudah ‘ajeg’ dengan banyak hal. Ya, sudah selesai dengan dirinya, sudah jelas tujuan hidupnya, dan sudah punya cukup banyak keahlian untuk bertahan hidup. Yang pasti, udah bukan saatnya lagi terlalu main-main dengan banyak hal.
  • Ada juga yang beranggapan bahwa usia 40 berarti mulai siap kehilangan lebih banyak. Ya, kehilangan masa muda, jatah umur, sampai orang-orang yang dulunya dekat sekarang jauh. Bahkan, meskipun jauhnya belum tentu karena musuhan juga.

Selain itu, dunia karir dan percintaan juga mulai berkurang dari segi ‘keramahan’. Apalagi kalau kebetulan kamu seorang perempuan. Di dunia karir (terutama akhir-akhir ini), lebih banyak perusahaan yang memilih rekrutan yang berusia lebih muda. Realistis saja. Yang belum punya banyak pengalaman kerja relatif lebih bisa digembleng, belum terlalu keras kepala seperti yang sudah lebih tua, dan … bisa dibayar murah.

Dalam dunia percintaan (terutama di Indonesia) sialnya, perempuan lajang berusia 30+ paling banyak dipojokkan. Dibilang perawan tua-lah, udah gak laku-lah, sampai disuruh jangan terlalu milih. Ironisnya, pas masih muda juga dinasihatin agar jangan terlalu agresif. Gak konsisten, deh.

Yang bisa bertahan tetap waras hanyalah mereka yang mau belajar bersikap cuek. Pada kenyataannya, berusaha memenuhi standar orang lain terus-terusan itu lama-lama memuakkan. Enak di mereka, rugi di kita. Mereka bebas ngebacot sampai puas, lalu malah milih cuci tangan pas kita celaka karena mencoba mengikuti maunya mereka.

Bagi saya, hidup bukan dimulai di usia 40. Hidup itu (harus terus) berlanjut!

R.