“5 ALASAN ORANG NARSIS SEBENARNYA PATUT DIKASIHANI”
Oke, sekali lagi, orang narsis tidak melulu ama dengan yang hobi foto-foto selfie di media sosial. Singkat cerita, ada beberapa ciri khas mereka yang berperilaku narsisistik. Mulai dari menganggap semua hal selalu berkaitan dengan mereka, paling anti disalahkan (meski bukti jelas-jelas menunjukkan mereka yang salah), hingga tega berbohong demi kelihatan sempurna.
Ciri lain: selalu haus perhatian dan pengakuan, terutama dari orang-orang yang kebetulan (masih) mereka butuhkan. Ada kalanya kita tertipu, melihat mereka sepertinya selalu tertimpa masalah dan jadi korban.
Kadang kita butuh waktu cukup lama untuk tahu. Kita baru menyadarinya saat lama-lama lelah secara fisik dan mental. Ini gara-gara relasi yang tidak seimbang. Apa-apa harus selalu maunya mereka.
Giliran Anda yang butuh, mereka berlagak nggak tahu. Bahkan, ada yang sampai kabur segala.
Pasti banyak juga saran untuk menghadapi si narsis ini (terutama yang akut). Kalo bisa, jauh-jauh, deh. Interaksi seperlunya aja.
Kalo yang narsis ini kebetulan orang terdekat? Hmm, susah juga. Bila pacar bisa tinggal diputusin, teman tinggal dijauhin, maka keluarga sendiri lebih rumit lagi.
Mungkin ada yang masih berusaha membantu si narsis ini, misalnya dengan membujuknya untuk ikut konseling. Bukan perkara mudah, mengingat mereka merasa nggak ada yang salah dengan diri mereka.
Pernah atau sering dibikin sakit hati sama tipe ini? Lima (5) alasan di bawah ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya patut dikasihani, sehingga Anda tidak perlu terlalu makan hati:
1.Mereka tidak punya empati.
Boro-boro miskin empati. Yang ada malah nggak punya sama sekali. Nggak heran, hubungan sosial mereka dengan orang lain rentan terganggu sekali, bahkan dengan keluarga sendiri. Lagipula, siapa juga yang tahan, sih?
Kerugiannya? Mungkin mereka memang lebih senang sendiri. Tapi, bukan berarti diam-diam nggak banyak yang menyumpahi. Hiii…
2.Yang betah sama mereka hanya orang-orang tertentu.
Memang ada yang lebih banyak terlihat sendirian. Kalo pun enggak, yang tahan berdekatan sama mereka – apalagi dalam jangka waktu lama – hanyalah kalangan tertentu. Silakan cek beberapa kemungkinan di bawah ini:
- Pengikut buta / para pemuja.
- Orang-orang yang cuek.
- Oportunis sejati.
Buat yang oportunis, biasanya mereka juga lagi butuh sesuatu dari si narsis ini. Toh, pada kenyataannya, nggak ada yang lebih penting bagi si narsis kecuali diri sendiri.
3.Mereka akan sulit berkembang.
Mungkin si narsis ini kebetulan termasuk cerdas atau punya kelebihan lain, seperti skill dan sifat ambisius. Bahkan, mungkin saja mereka termasuk berprestasi secara akademis saat sekolah dan kuliah dulu.
Lalu, apa masalahnya? Ego tinggi dan kesombongan mereka, tentu saja. Udah merasa paling benar sendiri, enggan kompromi, dan suka merendahkan orang lain lagi.
Pada akhirnya, mereka akan sulit berkembang, baik dari segi karir maupun relasi sosial. Kalau pun dapat jabatan tinggi, biasanya belum tentu bertahan lama. Kalau pun lama, perusahaan lama-lama akan menderita karena mereka. Jadi, meski kerjaan bagus dan stabil, biasanya posisi mereka di situ-situ aja, se-ambisius apa pun mereka berusaha naik jabatan. Pihak HRD lebih jeli melihat aslinya mereka.
4.Dikelilingi teman-teman sejati? Yakin?
Sulit punya hubungan tulus dengan model begini. Mereka hanya mau menerima pengikut setia, bukan orang yang cukup kritis dan peduli untuk menjadikan mereka pribadi yang lebih baik.
5.Mereka selalu gelisah.
Jangan mudah tertipu tampilan luar mereka yang nyaris selalu tenang dan tampak sempurna. Sesungguhnya, mereka selalu gelisah.
Jangan samakan sifat ambisius dengan obsesi akan kesempurnaan. Karena ingin selalu dianggap paling baik dalam banyak hal, ada yang sampai perlu berbohong. Bohongnya juga nggak kira-kira dan kadang cerita mereka terdengar sangat luar biasa.
Kalau ketahuan? Mereka akan terpaksa menutupi kisah-kisah mereka yang nggak konsisten, terutama begitu sadar ‘korban-korban’ mereka bisa saling bertemu dan klarifikasi. Bahkan, kalau perlu sampai mencari kambing hitam segala. Kalau mau lihat contohnya, silakan tonton film semacam “The Talented Mr.Ripley”-nya Matt Damon.
Ingat-ingat saja kalo lain kali terpaksa berurusan dengan si narsis. Jadi, nggak perlu terlalu makan hati.
R.
Sumber:
https://science.idntimes.com/experiment/bayu/orang-narsis-gak-suka-lihat-dirinya-sendiri
https://www.alodokter.com/anda-termasuk-orang-narsis-pastikan-di-sini
https://relationship.popbela.com/single/dinalathifa/tanda-cowok-narsis