5 Keuntungan Jadi Tukang Nyinyir
Hah, untung di mananya? Bukankah tukang nyinyir itu lebih banyak menuai masalah, ya? Percaya atau tidak, ternyata beneran ada keuntungan bagi orang yang hobi mengomentari segala sesuatu atau setiap orang dengan pedas. Bisa sampai lima (5) lagi. Serius.
Nah, inilah lima (5) keuntungan jadi tukang nyinyir:
- Lebih kreatif dalam menyentil pihak tertentu yang enggan menerima ‘kebenaran pahit’ dari Anda.
Mungkin ini salah satu hal yang paling dipercaya mereka yang masuk ke dalam kategori ini. Mereka yakin peran mereka di dunia ini adalah menyampaikan kejujuran, sepahit apa pun itu. Kalau sudah bicara baik-baik namun yang bersangkutan tidak terima, mereka masih punya cara lain.
Hasilnya? Bisa jadi yang disindir makin tidak terima dan melawan. Namun, jangan-jangan yang hobi nyinyir memang tidak berani terus terang sama yang mereka mau sindir. Hmm…
- Berbagi pahala. (Semoga, ya.)
Wah, karena saya bukan orang yang tepat untuk berasumsi soal pahala dan dosa, makanya saya tambahkan selipan “Semoga, ya” di atas. Hehehe.
Hmm, mungkin beberapa pihak yang masih berbaik hati “mengingatkan” si tukang nyinyir termasuk yang bisa mendapatkan pahala. (Mungkin lho, ya.)
“Udah, nggak usah terlalu ngurusin orang lain. Toh, udah pada gede dan tau konsekuensi tindakan sendiri.”
“Mbok ya, mulai kurang-kurangin dong, ghibah-nya. Apalagi di medsos. Emang situ udah sempurna apa?”
“Kalo nggak suka ‘kan bisa ngomong langsung baik-baik, nggak usah nyinyir kayak gini?”
Lalu, bagaimana dengan si tukang nyinyir sendiri? Dapat pahala juga nggak, ya? Wah, kalau itu jangan tanya saya. Bilang saya ‘semoga’, bila niatnya memang hanya ingin menyampaikan kebenaran pahit, meski caranya asli julid bikin perut melilit.
- Minimal paham sedikit job desc-nya Malaikat Atid (pencatat amal buruk alias dosa).
Yah, meskipun dalam hal ini, fokusnya masih lebih banyak ke dosa-dosa yang dilakukan orang lain. Dosa-dosa sendiri? Mana sempat, hihihihi…
- Lebih cepat mendapatkan perhatian (terutama dari pihak yang tersindir).
Semua yang punya hobi nyinyir – terutama di media sosial – pasti sudah hapal risiko ini. Sama seperti skandal atau tragedi, topik sindiran pasti langsung mendapatkan perhatian. Ragam reaksi pasti juga ada, banyak malah.
Yang pasti, terutama dari pihak yang merasa tersindir. Sisanya paling hanya mereka yang cari hiburan gratis sekaligus baru belajar realita hidup. (Jiahh, bahasanya!) Ya, ibarat saksi-saksi mata namun juga bisu (kecuali bila mereka sedang bergosip dengan sesamanya soal topik sindiran si tukang nyinyir.)
- Kedua belah pihak berada pada posisi ‘cukup sama-sama tahu’.
Menurut tukang nyinyir, minimal sudah ketahuan mana yang keras kepala dan mana yang baperan. Menurut pihak yang tersindir (apalagi sampai berkali-kali), lain kali mereka tidak perlu terlalu banyak bercerita pada yang suka nyinyir. Bahkan, kalau perlu tidak usah bercerita apa-apa sekalian.
Nggak cerita apa-apa juga sama, tetap jadi bahan sindiran. (Kalau ini mah, sentimen akut namanya.)
Jadi, itulah lima (5) keuntungan jadi tukang nyinyir. Ada tambahan lain, mungkin?
R.