“BERHENTI!”
Mungkin aku harus berhenti
menulis puisi
Benakku teracuni
Hati tersakiti
Tiada cerita lain lagi
Namun tangan ini
pemberontak sejati
seperti benak yang masih
bergulir meski teracuni
meski hati terkhianati
oleh kosongnya janji-janji
Aku masih sulit berhenti
menulis banyak puisi
mencoba meredam dendam
murka di dalam hati
mencari penawar
untuk benak yang masih teracuni…
…berharap bayangmu berhenti
datang dan mengganggu sekali
membuatku gila setengah mati…
Berhenti…
Jangan datang lagi…
Kau telah merusak cinta
menghina arti setia
dengan sekian benci…
Berhenti…
Jangan datang lagi…
Jangan buatku berdoa
kau sendirian sampai mati…
Berhenti…
Berhentilah menyakiti
dengan hadir di sini
atau bernyali untuk kembali…
Berhenti!
R.