“Cermin untuk Sang Primadona”
Terkejutlah, wahai sang primadona
kau yang gemar pura-pura
berlagak bersahaja
hanya agar dikagumi semua
namun dusta adanya
Ada tipu dalam senyummu
Sikap manis yang palsu
Kau kira kau begitu lucu
setiap kali merendahkanku
Aku tak heran, wahai primadona
Aku sudah biasa dihina
termasuk dianggap perasa
Lama-lama aku diam saja
Akan ada masa
tabirmu tersibak sempurna
di depan mereka semua
yang melihatmu apa adanya
Ah, sekian saja
Ternyata kau punya cacat yang sama
Selamat berkaca
Aku bahkan tak lagi perlu berucap apa-apa…
R.