Dia Menulis dalam Gelisah
Dia menulis untuk batinnya yang resah,
jiwanya yang lelah oleh gelisah,
bak pengembara berlalu tanpa arah,
terombang-ambing – serba salah.
Dia menulis untuk menenangkan benaknya
yang penuh oleh sumbangnya suara-suara,
nada kejam gelegar tawa.
Dalam mimpi pun, dia tak lolos dari mereka.
Entah berapa lembar sudah habis tertulis.
Hatinya masih ingin menangis.
Kesabarannya kian menipis,
seiring cobaan yang senantiasa mengiris.
Hanya Tuhan yang tahu
bagaimana mencabut sembilu itu…
R.
(Jakarta, 22/9/2013 – 11:36 pm)