Diamnya
Ada kecewa dalam diamnya.
Kau tahu apa?
Hanya bisa mengira-ngira
sesuatu yang belum tentu benar adanya.
Kapan terakhir kali kalian bicara?
Benar-benar bicara, bukan sekedar basa-basi belaka.
Rasanya sudah terlalu lama atau mungkin saat itu tak pernah ada.
Mengapa baru sekarang kau merasakan jurang pemisah yang kian menganga?
Dia masih saja kecewa dalam diamnya.
Yakin tidak ada apa-apa?
Kapan terakhir kali kau benar-benar jadi pendengar,
selain hanya terus menuntutnya agar senantiasa bersabar?
Siapkah kau saat dia tiba-tiba berhenti bicara,
karena terlalu lama kau bersikap bagai dinding tanpa telinga?
R.
(Jakarta, 12 Juli 2014)