Lelaki yang Ingin Jadi Primadona
Malam itu kau datang mengganggu.
Tindak-tandukmu jauh dari lucu maupun lugu.
Aku geli dengan lagak-lagumu,
serasa hanya untukmu mata seluruh dunia tertuju.
Wahai, bocah cilik pencari perhatian.
Sadarkah bahwa kau begitu membosan
kanterutama dengan keluhanmu seputar mantan?
Kau pikir akan ada yang merasa kasihan?
Ah, sudahlah.
Kata mereka, kau memang begitu adanya,
berlagak dominan,
enggan mengalah
berharap dikagumi, d
ianggap istimewa.
Mungkin semua akan berbeda
andai kau lebih tahu tata-krama
tidak menghakimi orang lain seenaknya
lebih sering mendengar daripada banyak bicara.
Malam itu, aku ingin tertawa
melihat kau begitu kecewa
saat tiada yang memandangmu bak primadona.
Sepertinya kau memang bukan segalanya.
Kurasa kau akan sakit hati
saat membaca puisi ini.
Jujur, aku terlalu geli untuk peduli.
Mungkin lain kali kau akan lebih tahu diri!
R.
(Jakarta, 27 Februari 2015)