“MANAJEMEN PATAH HATI”
Hmm, judulnya rada aneh, ya? Kenapa harus ada manajemen patah hati?
Eh, tapi kalau manajemen amarah saja ada, kenapa yang ini enggak? Nggak mustahil juga lho, ketimbang jadi sulit berfungsi secara sosial dan malah dikatain baperan sama yang “nggak peka” (dan SOK LEBIH TEGAR).
Patah hati itu banyak, lho. Nggak hanya putus cinta, ditolak gebetan, hingga cerai. Kematian orang-orang tercinta juga bisa bikin patah hati. Kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) hingga konflik di daerah tinggal apalagi.
Reaksi mereka menghadapi patah hati juga berbeda-beda. Ada yang jadi lebih rajin berdoa. Ada yang meluapkan emosi dengan mendengarkan musik, mau itu lagu mellow yang menyayat hingga lagu metal yang berpotensi bikin kuping meledak. Ada juga yang bermeditasi, menulis, menggambar, melukis, jalan-jalan, hingga travelling.
Lalu, gimana reaksi orang-orang terdekat soal si patah hati ini? Pastinya beragam juga. Ada yang dengan sombongnya menganggap Anda baperan, cengeng, dan hinaan sejenis lainnya. Ada yang bersimpati, namun tidak semua bertahan lama.
Bisakah Anda menyalahkan mereka semua? Sebaiknya tidak perlu. Toh, kalian juga sesama manusia. Sebelum menuduh mereka tidak peduli maupun tidak perhatian, tanyakan pada diri sendiri dulu: bisa nggak melakukan hal yang sama bila diminta?
Bersyukurlah bila mereka masih mau berada di sisi Anda. Namun, siap-siap juga. Tidak semua bertahan lama. Ada juga yang akhirnya pergi.
Tiada yang abadi. Namun, bila mereka masih betah dengan Anda, bersyukurlah. Jangan juga terlalu larut dalam kesedihan. Lakukan sesuatu untuk bangkit kembali, karena hidup tidak akan menunggu.
Anda bisa curhat berbusa-busa, bahkan hingga seluruh dunia akhirnya muak juga dengan cerita yang sama. Habis itu apa? Harus ada kelanjutannya.
Jika kematian sosok tercinta menjadi penyebab Anda patah hati, harus ada cara untuk merelakannya. Berduka terus tidak akan membuat mereka kembali. Temukanlah cara untuk mengenang mereka dengan baik.
Bagaimana bila kekerasan di rumah menjadi penyebabnya? Seharusnya rumah menjadi tempat teraman. Jika pergi adalah jawabannya, berarti Anda memang perlu merawat diri Anda sendiri dulu. Nggak perlu takut dibilang egois. Anda juga berharga. Jangan Anda terus yang harus berkorban dan mengalah.
Setelah itu, apa langkah selanjutnya? Terserah, tapi lakukanlah sesuatu. Hidup tidak pernah menunggu. Bolehlah bersedih, namun mau sampai kapan terus mengasihani diri sendiri?
Kasih tak sampai memang menyebalkan. Mau itu putus, cerai, atau ditolak – nggak ada yang enak. Nggak mau ngomong sama mereka lagi itu manusiawi. Nggak apa-apa. Kata siapa Anda harus selalu kuat?
Memaafkan masa lalu dan menerima kenyataan sebelum melaju butuh hati yang sangat besar. Mungkin saat ini Anda merasa belum bisa melakukannya. Tidak apa-apa, semua butuh proses. Tidak bisa dipaksa.
Maukah Anda? Pilihan itu selalu ada.
Jika suatu saat nanti Anda memutuskan untuk tetap berbicara, berteman, dan bahkan menolong orang yang pernah membuat Anda patah hati, Anda tidak sedang bersikap sok kuat atau berada dalam penyangkalan akut.
Anda hanya bersikap lebih dewasa.
R.
2 replies on ““MANAJEMEN PATAH HATI””
betul hrs segera move on, jalan msh panjang
move on
hidup jangan berjalan di tempat 😀