Categories
#catatan-harian #fiksimini #lomba #menulis

“MATA-MATA ITU DI KEPALANYA”

“Mata-mata Itu di Kepalanya”

Acuhkan saja mereka semua. Mereka hanya berani memandang. Mereka hanya berani menghina dengan tatapan merendahkan.

Benar-benar pelecehan!

Lalu, betapa basinya laki-laki macam mereka, dan sayangnya sebagian besar orang yang dikenalnya, saat memberikan alasan. ‘Kan mereka hanya memberikan pujian dan perhatian. Kenapa dia harus marah? Harusnya dia senang. Bukankah dia seorang perempuan?

Bukankah semua perempuan pada dasarnya senang diperhatikan?

“Cewek seksiii! Sini dong, godain kitaaa…”

“Cantik, kok sombong, sih? Dipanggil gak nengok. Budeg, ya?”

“Galak amat mukanya. Biasa aja, dong. Udah bagus masih ada yang mo nyapa.”

Ah, benci sekali mendengarnya. Mengapa mereka harus melakukannya? Nggak ada kerjaan lain yang lebih penting apa?

Dia hanya tidak ingin diganggu. Tiap lewat jalan yang sama, mereka selalu ada. Pagi dan malam, mereka selalu di sana.

Solusi tolol dari semua orang hanyalah mengacuhkan mereka. Kata mereka, nanti para berandalan itu juga akan bosan.

Hah, betapa naifnya. Bukannya berhenti, mereka malah semakin menjadi-jadi. Terus, dia yang harus mengalah dan lewat jalan lain, begitu? Nggak sudi! Mending mereka yang jaga mata sama mulut. Norak banget, kayak belum pernah lihat perempuan aja!

Mata-mata mereka terus mengganggunya. Tatapan mereka bak anjing liar kelaparan, seakan dia hanyalah sepotong daging yang begitu menggugah selera.

Sialan! Mereka benar-benar menjijikan. Dia benci, benci sekali sama mereka. Saking bencinya, mata-mata mereka seperti mulai bersemayam di dalam kepalanya.

Apa yang harus dilakukannya agar bajingan tolol yang enggan mengerti mau berhenti mengganggunya?

—//—

Dua minggu berlalu. Tidak seperti biasanya, jalanan itu kosong. Di TV, berita kehilangan tiga pemuda santer terdengar. Tidak ada yang tahu keberadaan mereka. Warga dicekam ngeri.

Di rumah, dia memandangi koleksi bola mata perdananya sambil tersenyum puas. Sudah dicuci bersih, terkumpul di dalam toples berisi cairan formalin di dalam kulkasnya. Tinggal meratakan gundukan tanah yang membuat kebun belakangnya agak berantakan.

Setidaknya, mata-mata itu tidak lagi bersemayam di kepalanya, mengganggunya tiap hari.

 

By adminruby

Pengajar, penerjemah, penulis, dan pemikir kritis. Jangan mudah baper sama semua tulisannya. Belum tentu sedang membicarakan Anda.

Juga dikenal sebagai RandomRuby di http://www.pikiranrandom.com/ dan GadisSenja di http://www.perjalanansenja.com/. Kontributor Trivia.id (http://trivia.id/@/rubyastari) dan beberapa media digital lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *