Categories
#catatan-harian #menulis

“MENURUT SAYA, 5 RESOLUSI TAHUN BARU INI TIDAK REALISTIS”

“MENURUT SAYA, 5 RESOLUSI TAHUN BARU INI TIDAK REALISTIS”

Kemungkinan besar tulisan ini akan mengundang protes, tapi saya punya argumen sendiri.

Sudah lama saya tidak membuat resolusi tahun baru. Kalau ada, biasanya sedikit sekali, namun lebih terarah. Biar lebih realistis, jadi nggak akan rentan stres bila ternyata nggak tercapai.

Beda pendapat itu biasa, jadi nggak masalah kalau pada nggak sepakat sama saya. Ada beda tipis antara keinginan dengan resolusi. Bila keinginan bisa tidak terbatas (hingga yang paling ‘ajaib’ sekali pun), maka resolusi tergantung dari cara mengusahakannya.

Menurut saya, 5 resolusi tahun baru ini tidak realistis. Apa saja dan mengapa?

  1. Ingin menjadi kaya-raya.

Mau sekaya apa? Kaya macam apa? Bila tidak spesifik, jadinya hanya berandai-andai. Apalagi bila kemudian tujuan dari menjadi kaya itu sendiri tidak jelas.

Saran:

            Mungkin banyak penasihat keuangan yang memberi nasihat sejenis, seperti: “Mengurangi belanja yang ‘tidak perlu’…” (dan silakan tentukan sendiri kategori “tidak perlu” yang dimaksud) atau “Menabung lebih banyak dari tahun lalu, yaitu sekitar…persen” (dan silakan isi sendiri, sesuai kebutuhan.)

Ada juga yang mungkin menyarankan untuk berinvestasi, seperti produk asuransi. Jadi isi ATM nggak hanya keluar-masuk dan terpangkas biaya administrasi. Yang pasti, menjadi kaya mendadak hanya terjadi di sinetron…atau bila Anda menang lotere miliaran rupiah (yang kemungkinannya setara dengan melihat artis ibukota lewat pas di depan Anda, alias belum tentu tiap hari.)

2. Ingin segera menikah (namun belum punya calon pendamping hidup atau minimal pacar yang bersedia diajak menikah.)

Saya nggak sinis, alias realistis. Resolusi ini hanya berhasil jika beberapa hal di bawah ini sudah terpenuhi:

  • Kehendak Tuhan. (Nggak dapet ini, ya nggak jalan.)
  • Sudah punya calon pendamping hidup atau pacar yang bersedia diajak menikah. (Kalau belum, terserah. Mau nunggu mereka bersedia atau cari yang punya kemauan sama?)
  • Restu dari keluarga kedua belah pihak. (Percaya deh, secinta-cintanya sama calon pasangan, butuh kesabaran ekstra bila masih ada keluarga yang nggak rela. Kawin lari hanya romantis di novel, karena nggak ada keributan seputar surat-surat resmi, dimusuhi keluarga sendiri, hingga…silakan lanjutkan daftar ini.)
  • Nggak hanya wacana, alias sedang berusaha diwujudkan atau sudah hampir rampung.
  • Punya tujuan menikah yang jelas, alias bukan hanya takut diuber umur (memangnya hantu?), gerah sama omongan orang, hingga…malu menjomblo terus. (Padahal, koruptor miliaran rupiah saja santai meski putus urat malu, sementara kamu hanya belum dipertemukan dengan jodohmu. Sesederhana itu.)

Kalau masih jomblo, nggak ada yang melarang bila ingin segera mencari calon pasangan hidup. Usaha memang perlu, tentu dengan catatan: nggak bikin targetmu lari ketakutan gara-gara baru kenalan sehari, besoknya langsung ngajak nikah. Lain cerita kalau mereka sama ‘bernyali’-nya, meski menikah butuh lebih dari sekadar keberanian – seperti yang sering digadang-gadangkan mereka yang hobi nyinyir sama para lajang sebagai sosok-sosok pengecut.

Saran:

Silakan fokus pada usaha memperbaiki diri sendiri, entah dari segi kepribadian atau yang lainnya. (Ini hanya diri sendiri yang harus tahu. Jangan mau didikte orang lain melulu!) Perluas pergaulan, ikut komunitas, banyak-banyakin kenalan teman baru. Terdengar klise, tapi bisa jadi jodohmu ketemu di situ.

3. Ingin punya momongan tahun ini (terutama karena sekeliling sudah pada ‘sumbang suara’ alias bersuara sumbang, mengingat pernikahan sudah berlangsung lama tanpa tanda-tanda kehadiran calon penerus gen keluarga.)

Mohon maaf bila topik ini sangat sensitif dan berpotensi menyinggung banyak pembaca, tapi percayalah…saya bukan mereka yang hobi cari-cari ‘cacat’ penyebab seseorang sulit punya keturunan, apalagi dengan lidah tajam mereka.

Mungkin kamu dan pasangan sudah lama menikah. Usaha sih, pasti ada, ya. Sayangnya, mungkin kamu berada di antara mereka yang hobi banget nanya-nanya yang sama terus tiap tahun: “Kapan nih, kasih papa-mamamu cucu? Nggak kasihan ama mereka?” Ya, ibarat menagih utang atau memesan menu di restoran. Sampai-sampai menginterogasi, sudah sejauh mana usaha kalian dalam memperoleh keturunan (yang nyata-nyata melanggar ‘wilayah pribadi’ kalian, alias usil.)

Ada juga yang pasti memberi jutaan saran dengan sangat murah hati, yang menurut mereka pasti dijamin ‘tokcer’. (Amin, semoga benar bila kalian memang menginginkannya.) Yang sadis juga nggak kalah ‘heboh’, mulai dari menuduh kalian kurang usaha hingga…mempertanyakan masalah kesuburan.

Padahal, begitu akhirnya punya anak (apalagi dalam jumlah banyak, jaraknya deketan pula atau kembar sekalian!), belum tentu juga mereka mau bantu mengurus atau minimal dititipkan seharian penuh. Nah, lho. Kemarin yang ribut minta anak siapa?

Saran:

Jika ada yang memberi usul mengenai cara-cara bikin anak yang menurut mereka ‘tokcer’, diterima saja sambil mengucapkan terima kasih. Nggak perlu juga selalu laporan sama mereka mengenai usaha kamu dan pasangan. (Memangnya bintang reality show yang dikit-dikit butuh penonton?)

Buat yang mulutnya ngalahin cabe yang harganya lagi selangit, cukup tutup kuping sambil banyak-banyak berdoa untuk menyabarkan diri. Toh, yang penting nggak ikutan kayak mereka, lupa kalau anak itu karunia Tuhan – sama kayak rezeki lain, seperti: harta, tahta, dan jodoh. Minta sih, bisa. Kalau memang belum dikasih, mereka mau apa?

Belum diberi juga? Masih ada alternatif lain, seperti: mengadopsi anak atau merawat anak-anak terlantar. Mungkin bisa juga jadi paman dan bibi kesayangan para keponakan. Bodo amat sama mereka yang entah kenapa kekeuh bilang: “Enakan juga punya anak sendiri.” Nggak seorang pun yang berhak bikin orang lain merasa kurang atau tidak berguna, karena anak bukan piala yang dipamerkan ke mana-mana.

4. Ingin kurus (pokoknya sebelum tahun ini berakhir.)

Saya masih chubby? Iya, tapi resolusi ini sudah lama sekali saya buang entah ke mana. Jujur, dulu sempat termakan ucapan orang-orang berotak dangkal dan berhati kerdil. Kuruslah bila mau punya pacar. Kuruslah biar dianggap cantik sama cowok. Idih.

Berhubung lahir dengan gen tulang besar, jangan harap saya bakalan kayak Ariana Grande yang aslinya memang mungil. Mau pakai pil diet, susu pelangsing, sampai crash diet juga percuma. Yang ada (terutama yang terakhir), saya malah berakhir di ICU.

Saya pernah kehilangan 20 kilogram. Serius. Tapi, butuh dua tahun, berkat program olahraga dan pengaturan pola makan dari ahlinya. Habis itu, masih ada yang berkomentar negatif, mulai dari yang bilang gigi saya jadi gede kayak gigi kuda hingga yang mengira saya berubah jadi penderita anoreksia atau bulimia.

Susah juga, ya? Nggak kelar-kelar kalau terus ngikutin maunya manusia.

Saran:

Fokuslah untuk menjadi lebih sehat, bukan kurus. Olahraga, jaga pola makan, hingga menghindari stres – termasuk yang diakibatkan mulut-mulut usil yang entah kenapa segitu tertariknya sama ekstra lemak di badanmu. Bayangin, tiap ketemu yang disinggung itu melulu. Entah kurang baca buku atau lagi belajar jadi ahli gizi beneran.

Intinya, jangan biarkan orang lain mengatur-atur tubuhmu, kecuali kamu beneran membayar mereka sebagai gym trainer atau ahli gizi pribadi.

5. Resolusinya kebanyakan.

Ini termasuk kasus klasik. Saking banyaknya keinginan, tahu-tahu daftar resolusi tahun baru sampai di poin ke sepuluh dan seterusnya. Kalau memang yakin bisa melunasi semuanya sih, nggak masalah. Yang sering terjadi malah nggak fokus dan stres begitu gagal mencapai semuanya dalam setahun.

Saran:

Ada tiga (3) yang menurut saya bisa dicoba, yaitu:

  • Nggak usah banyak-banyak bila nggak yakin bisa kepegang semua.
  • Kerjakan satu-satu, lalu sisanya bisa dilanjutkan tahun depan bila belum kesampaian.
  • Nggak perlu harus di tahun baru, sebenarnya bikin resolusi bisa kapan saja kamu mau.

Seperti biasa, ada yang sepakat dan enggak. Yang pasti, selama resolusinya bagus-bagus, saya mah tetap mendoakan yang terbaik. Hanya Tuhan kok, yang bisa membantu kita melampaui segala kemustahilan, meski usaha sama berpikir realistis juga perlu. Wajib malah.

R.

 

By adminruby

Pengajar, penerjemah, penulis, dan pemikir kritis. Jangan mudah baper sama semua tulisannya. Belum tentu sedang membicarakan Anda.

Juga dikenal sebagai RandomRuby di http://www.pikiranrandom.com/ dan GadisSenja di http://www.perjalanansenja.com/. Kontributor Trivia.id (http://trivia.id/@/rubyastari) dan beberapa media digital lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *