Surat untuk Hampa
Ini saatnya dia menulis surat
kepada siapa, entah untuk apa.
Ada rasa yang gagal tersirat
menguap sia-sia di udara.
Surat itu mungkin akan dia kirimkan
terpampang di dunia maya
satu dari puluhan juta bacaan
mungkin takkan terbaca siapa-siapa.
Mungkin surat itu akan dia simpan
hingga lenyap termakan asa.
Setidaknya rasa itu aman
dari kejamnya cerca dunia.
Untuk apa dia menulis surat itu?
Bukankah akan sia-sia belaka?
Ada yang kerap menikam kalbunya.
Mengapa, bila dia hanya ingin bernapas lega?
Ah, biarkanlah dia menghibur diri
meski kerap terusik tanya tentang cinta sejati…
R.
(Jakarta, 13 Februari 2014)