Categories
#catatan-harian #lomba #menulis

“IPF 2016: Harapan Perekonomian Bagi Indonesia dari Usaha Mutiara?”

Blogger Reporter Indonesia

“IPF 2016: Harapan Perekonomian Bagi Indonesia dari Usaha Mutiara?”

Untuk keenam kalinya, Indonesian Pearl Festival atau IPF, kembali diadakan. Kali ini, acara pembukaannya diadakan di Gedung Mina Bahari 3, Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, pada pukul sepuluh pagi. Acara ini diawali dengan pemutaran film dokumenter mengenai penambangan mutiara dari laut, sebelum melalui proses penyaringan hingga menjadi mutiara yang kita kenal.

Acara ini dihadiri oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Ibu Susi Pudjiastuti. Dalam acara berikut, beliau menyampaikan banyak hal, termasuk mengajak partisipasi masyarakat dalam memajukan usaha mutiara dan perikanan, baik air tawar maupun laut.

Bagaimana tidak? Menurut data terakhir saja, sekitar 70 persen perdagangan mutiara berasal dari Indonesia. Mutiara yang berasal dari negeri kita disebut juga dengan nama “Indonesian South Sea Pearl” (ISSP), yang artinya: “Mutiara Laut Selatan Indonesia”. Sayangnya, stempel pada mutiara tersebut langsung berubah begitu dibawa ke luar negeri. Akibatnya sudah bisa ditebak: selain tidak terlacak, bisa saja mutiara tersebut dijual kembali di negara kita dengan harga yang sangat mahal. Lagi-lagi kita kecolongan.

Namun, seiring perkembangan zaman, dunia semakin lebih peduli. Tidak hanya yang kita makan, asal-muasal suatu produk juga harus mendapatkan perhatian. Misalnya: orang akan enggan membeli ikan bila tahu ikan tersebut ditangkap dengan cara ilegal.

Begitu pula dengan mutiara. Masih menurut Ibu Susi, sudah saatnya bisnis perikanan dan mutiara lebih diekspos lagi agar lebih menarik perhatian dan minat para pembeli. Jangan lagi ada cara birokrat dalam bisnis perikanan dan mutiara yang justru malah menjadi penghambat kemajuan.

Dengan sosialisasi yang tepat dan keterlibatan penuh masyarakat dan pemerintah, maka usaha perikanan dan mutiara di Indonesia akan mengundang ketertarikan dunia, namun tanpa lagi ada acara kecolongan seperti yang sudah-sudah.

Akankah usaha mutiara dan perikanan di Indonesia menjadi harapan baru bagi perekonomian di negeri kita? Jangan hanya berharap dan menunggu hasilnya. Saatnya kita ikut terlibat secara penuh untuk memajukan bisnis ini, terutama karena negara kita adalah negara bahari.

 

 

Categories
#catatan-harian #menulis

Menambah Keberuntungan Diri dengan ‘The Luck Factor’

Blogger Reporter Indonesia

 

Menambah Keberuntungan Diri dengan ‘The Luck Factor’ 

Oke, sebenarnya saya sudah lama ingin segera menulis hasil liputan saya bersama tim BRID  (Blogger Reporter Indonesia) pada tanggal 6 Agustus 2016 pukul 9:00 WIB kemarin. Namun, karena kesibukan yang super padat akhir-akhir ini, saya baru sempat menuliskannya. Maaf, ya.

Singkat cerita, apa yang kami dapatkan dari seminar “The Luck Factor” bersama Muchlis Anwar waktu itu? Ternyata resep-resep beliau sangat sederhana, namun sering sekali kita sepelekan. Pada dasarnya, keberuntungan tiap orang berbeda dan bukan karena Tuhan pilih kasih. Dari segenap usaha yang kita lakukan untuk meraih keberuntungan, sekitar 20 persennya adalah keberuntungan. Namun, keberuntungan itu akan hilang bila kita terlalu sering meracuni hati kita dengan perasaan cemburu atau iri dengan keberuntungan orang lain. Padahal, kita bisa kok, mendapatkan keberuntungan-keberuntungan yang kita inginkan. Mulai saja sering menerapkan faktor-faktor keberuntungan di bawah ini:

The Luck Factor #1:

Senyum adalah ibadah. Senyumlah dengan ikhlas, meski sedang ditimpa masalah. Ingat, kita bukanlah pusat dunia. Di luar sana, pasti banyak yang jauh lebih bermasalah daripada kita. Jadikanlah senyum itu sebagai kekuatan untuk berdiri tegak, tegar melalui cobaan, hingga membantu sesama. Tidak perlu mengemis perhatian dan rasa kasihan dari seluruh dunia. Justru, kita-lah harus jadi penyemangat pertama bagi diri sendiri, sebelum berusaha menyemangati orang lain.

The Luck Factor #2:

Sering berdoa? Baguslah. Untuk siapa? Diri sendiri? Jangan berhenti sampai di situ. Kenapa tidak mendoakan semua orang, alias tidak hanya yang kita kenal saja? Saya ingat, seorang kawan pernah berujar bahwa apabila saya rajin mendoakan kebaikan bagi orang lain, maka para malaikat akan balas mendoakan kebaikan untuk saya. Wuih, siapa sih, yang tidak mau didoakan kebaikan oleh ciptaan Tuhan yang paling setia pada-Nya?

Tapi, doanya harus ikhlas. Jangan diam-diam mengharapkan balasan. Bahkan, seluruh dunia tidak perlu tahu siapa saja yang kita doakan. Cukup kita dan Beliau saja.

The Luck Factor #3:

Banyak-banyaklah bersyukur, bahkan untuk hal-hal paling kecil (atau yang sering kita anggap remeh) sekali pun. Seperti: masih bisa bangun dan bernapas, makan dengan lahap, berjalan kaki ke sekolah/tempat kerja, dan sebagainya. Bahkan, tertimpa kemalangan pun juga bisa kita syukuri, karena selalu ada yang dapat kita pelajari darinya. Kita semua hanya manusia biasa. Tidak ada yang sempurna. Anggaplah itu sebagai pengingat.

The Luck Factor #4:

Buatlah orang lain merasa beruntung. Tidak perlu jauh-jauh. Misalnya: jangan suka menawar harga saat berbelanja dari pedagang kecil. Siapa tahu, kita adalah pembeli pertama dan satu-satunya sepanjang hari itu. Kita tidak pernah tahu, kan?

The Luck #5:

Dekatilah Tuhan. Jadikanlah ibadah sebagai forum komunikasi kita yang paling pribadi dengan-Nya.

Semoga hasil seminar di atas berguna.

R.