Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tak Ada Highlights untuk Tahun 2023 Ini

Tak Ada Highlights untuk Tahun 2023 Ini

Kurasa hati ini lebih dari patah

oleh kekejian Zionis Israel.

Aku ingin kebebasan untuk Palestina

agar tiada lagi yang menderita.

 

Tak ada highlights untuk 2023.

Tidak, tidak saat dunia tidak berbuat banyak atas kekejaman yang ada.

Aku tak peduli semua prestasi pribadimu.

Apa yang harus dirayakan,

saat masih ada yang jadi korban genosida?

 

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Negeri Pendukung Pemerkosa

Negeri ini aman bagi pemerkosa.

Silakan, banyak yang bisa berbuat suka-suka.

Korban bisa kau salahkan dengan banyak cara:

Pakaian mereka, cara bicara,

hingga yang paling jelas – JENIS KELAMIN MEREKA.

Pokoknya, buat semua tercela,

sementara kau mengaku korban sesungguhnya,

tak berdaya, lemah, begitu mudah tergoda

layaknya binatang liar tanpa akal.

Negeri ini masih aman bagi pemerkosa,

karena korban masih dipaksa melawan stigma,

mulai dari murahan hingga wahai penggoda.

Cukup perlambat langkah mereka,

karena saat semua bukti sudah ada,

mereka sudah kembali lebih dalam terluka,

hingga lelah luar biasa.

Kau cukup bicara soal tercorengnya nama.

Tanpa sesal, karena kau yakin masih akan baik-baik saja.

Apalagi, pendukungmu banyak yang buta hati, meski masih punya mata.

Negeri ini aman bagi pemerkosa,

apalagi bila kamu terkenal dan kaya raya.

Kamu punya lebih banyak kuasa

menyuap dan membungkam mereka

membayar para pendukung setia

khusus meneror semua yang tak suka.

Kalau sampai harus dipenjara,

tenang, biasanya takkan lama.

Hukuman pun seadanya.

Saat akhirnya bebas, kamu masih sama.

Kembali seperti sedia kala,

seakan tidak pernah ada apa-apa.

Negeri ini aman bagi pemerkosa.

Kau akan banyak diliput media

karena korbanmu tidak menarik minat mereka.

Kau akan disambut bak pahlawan berjasa,

bintang paling bercahaya,

meskipun baru keluar dari penjara.

Persetan dengan realita yang menyakitkan mata.

Yang penting, masih banyak pendukung buta.

Ah, rasanya seperti surga dunia.

Bukankah demikian, wahai pemerkosa?

Cukup nyatakan kau telah menebus dosa,

lalu tampil dengan senyum pada dunia

tanpa peduli korban yang masih trauma.

Yang penting,

kau dapat kesempatan kedua

untuk kembali berlaga di layar kaca …

Ah, beruntungnya para pemerkosa

hidup di negeri yang selalu mendukung mereka …

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Diam di Depan Pencela

Bodyshaming
Foto: freepik.com

Diam di Depan Pencela

Diam di depan pencela?

Bukan masalah, biasa saja

Biarkan mereka bicara

hingga menulis suka-suka

sementara kamu hemat suara.            

Simpan tenaga.           

Diam di depan pencela?

Butuh sabar dan usaha

Latihan secara berkala

Kadang cobaan luar biasa,

karena mereka suka menghina

tak kira-kira.

Diam di depan pencela?

Ada banyak cara

Rata-rata mudah saja

Anggap saja mereka tiada

Sibukkan diri dengan yang berguna

Setidaknya,

waktumu tak percuma.

Saat pencela akhirnya

sudah kehabisan suara

bahkan hilang tenaga,

tersadarkah mereka

waktu hilang sia-sia

sementara dirimu sudah jauh di depan mata?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Barisan Perundung

Barisan Perundung

Barisan perundung

Tak tahu diuntung

Manfaatkan pendukung

Bikin hak korban buntung

Barisan perundung

Sialnya makin beruntung

Para pengecut mendukung

Lewat bungkam tak berujung

Ah, bagaimana membasmimu?

Ibarat kecoak, berbiak selalu

Mati satu, tumbuh seribu

Kian banyak, menindas tanpa malu

Barisan perundung minta dibunuh

Pongahnya bikin suasana keruh

Bersikap cengeng saat dituduh

Makin lama makin bikin gaduh

Mau jadi apa negara ini

dengan makin banyaknya manusia yang cacat hati?

Apakah integritas telah lama mati

berganti perundung nan keji?

Sialnya, jumlah pengecut lebih banyak lagi

lewat wajah-wajah tak peduli

atau dukungan buat perundung

demi cari aman sendiri …

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Harapan yang (Harus) Terpendam

Sumber foto: Rawpixel (Unsplash.com)
Kadang, harapan itu seperti harta karun.
Sebaiknya sembunyikan.
Terlalu berharga untuk kau pamerkan.
Awas, kecurian!
Selain itu, siap-siaplah jadi bahan tertawaan.

Harganya mungkin seperti napasmu,
yang kian pendek dan terus memburu
terkikis ucapan mereka yang merasa lucu
saat menilai harapmu tak sepenting itu.
Percayalah, satu kata pun mampu
mengoyak seisi kalbu.

Bisa juga seharga lebih dari permata,
meski tak tampak wajah yang suka.
Jangan tertipu topeng para pencela.
Saat kau tak awas,
mereka akan sikat harapmu sampai tandas.

Jadi, harapan itu seperti harta karun.
Sembunyikan, kubur dalam-dalam.
Cukup kamu yang paham
bahwa perwujudannya tak mungkin dalam semalam
dan lebih aman dalam diam …

R.
Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Melalui Mata Mereka

Melalui Mata Mereka

Maafkan aku.

Aku hanya ingin melihatmu,

bukan dari mata ini

atau mata sosok yang kau cintai

dulu maupun kini.

Bukan dari para sahabat yang selalu mendukungmu

atau musuh yang benci setengah mati.

Aku ingin mengenalmu

melalui mata mereka

sosok-sosok yang pernah tumbuh bersama

dan mengenalmu paling lama.

Aku hanya ingin tahu

sudah cukupkah cinta untukmu

bahkan sejak dari dalam rumah?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Lucu

Foto: https://unsplash.com/photos/QFZ_72_NxIQ

Lucu

Aku terhibur akan manusia-manusia sepertimu

Kau jadikan hampir seluruh hidupmu

hiburan gratis sejuta umat

mimpi indah siang bolong untuk rakyat

Lalu,

kau gelagapan saat tak semua suka

melihat aibmu yang kau umbar ke mana-mana

Lantas kau merasa difitnah?

Tapi tenang.

Semua penggemarmu ada di garda terdepan,

siap membelamu mati-matian.

Perkara kamu benar atau salah,

biar itu urusan belakangan

Yang penting bukti kesetiaan

Kini kau minta privasimu dihargai

Hihihihi … apa arti privasi?

Kamu juga yang membukanya sendiri,

bahkan tiap hari,

hingga tanpa henti

Jangan takut dengan kritikus

Boleh saja menuduh mereka pembenci

Sayang sekali,

untuk semua penonton yang bereaksi,

bukan kau yang pegang kendali

Tak bisa kau pilih-pilih jenis konsekuensi

Bukankah risiko tetap kau yang tanggung sendiri?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #tips

“TERIMA KASIH KARENA TIDAK MEMINTAKU UNTUK BERCERITA”

“TERIMA KASIH KARENA TIDAK MEMINTAKU UNTUK BERCERITA”

Terima kasih.

Terima kasih atas kejujuranmu.

Karena itu,

kali ini kuputuskan untuk tidak buang-buang waktu.

Aku bisa menghemat napasku.

Aku tidak perlu bercerita

bila jelas-jelas kamu enggan mendengar

entah karena lelah

atau tiada lagi sabar.

Aku takkan bersuara

bila hanya sunyi yang kau damba.

Pandemi ini telah memberi yang kau minta:

“Jarak … antara … kita … “

Terima kasih.

Terima kasih, karena telah menyuruhku diam.

Jangan takut, aku takkan dendam.

Aku belajar untuk lebih sering memendam

daripada membuang.

Diri ini takkan merasa malang

apalagi sampai kalap meradang.

Aku bahkan akan berhenti mengirim pesan

yang takkan pernah lagi kalian baca.

Mungkin kau akan hapus semua

seakan tidak pernah ada kita

apalagi sampai ada artinya.

Sekali lagi,

terima kasih.

Memang,

tak semua sanggup berempati.

Ada yang lebih senang bicara,

namun untuk bergantian mendengar sepertinya tak sudi.

Tenang,

takkan kutuduh kau egois setengah mati.

Kapasitasmu hanya sampai di sini.

Taka da yang ingin kau lakukan lagi.

Aku cukup berhenti peduli

dan memilih pergi.

Sepertinya,

aku juga harus berterima kasih

pada pandemi kali ini.

Kurasa,

aku telah melihat dirimu yang sejati.

R.

(Jakarta, 14 Maret 2021, 9:00 AM di Kopi Kroma, Cipete, Jakarta Selatan)

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Opia

Opia

Foto: Unsplash.com

Kaukah sang legenda

yang membuat mereka bersuka cita?

Apakah kau sosok seram

dari mimpi buruk semalam?

Siapa pun kau,

efekmu serupa

meski tak selalu sama.

Aku gemetar tanpa daya

menanti efek pesonamu berikutnya …

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Ellipsism

Ellipsism

Foto: Senja

Jika usia hanyalah angka,

mengapa semakin pendek waktu kita?

Alam raya tak lagi seluas

yang dulu kita rasa.

Sebelum digit bertambah,

hidup seakan memberi lebih pada kita

hingga bermewah-mewah      

meski barang semenit saja.

Sesudahnya,

waktu mulai mengambil kembali

semua yang kita kira        

akan selamanya di sini.

Tahu-tahu,

kita tertinggal dengan cemas

soal kemungkinan akan masih bernapas

untuk melihat esok tiba.

R.