Tentang Jeda dan Sepotong Cerita
Ingatan tua,
bersanding benak dan jiwa kanak-kanak,
mendamba jeda,
demi sepotong cerita
dengan harap serupa
sembuhkan hati penuh luka.
Yang didapat hanya jeda
jauh dari kecepatan cahaya
akan damba yang itu-itu saja.
Ada sepotong cerita,
namun tokoh utama entah ke mana,
tinggalkan penonton kesepian
dan narator kebingungan.
Mau ke mana?
Saatnya beranjak dari jeda penuh duka,
meski sunyi tanpa suara.
Dendangnya hanya rekaman,
sementara penonton bungkam.
Ini bukan tempatnya
untuk ajang pamer luka,
berharap akan penawar yang tak pernah ada.
Meski indah, saatnya tinggalkan potongan cerita ini,
meski terasa belum selesai
dank au harap takkan pernah usai.
Tokoh utama sudah lama enggan bermain lagi,
tanpa peduli kau yang enggan mencari pengganti.
Yuk, sudahi.
R.