Categories
#catatan-harian #menulis

Tentang Kejujuran Brutal versus Stereotyping

Mari kita akui saja; stereotyping sulit diatasi. Generalisasi selalu ada, entah kita mau mengakuinya atau tidak. Mencoba melawannya sama sulitnya dengan memaksa seekor singa menjadi vegan.

Kita mengalami ini di mana-mana – setiap hari dalam hidup kita. Tidak peduli latar belakang gender, ras, kepercayaan, agama, bangsa, atau lainnya. Beberapa memang diucapkan dengan niat jahat, yaitu sengaja untuk membuat Anda merasa sedih.

Ada yang jadi kesal dengan apa yang dilakukan beberapa orang tertentu dan yang hobi menyederhanakan masalah, mengkategorikan semuanya sebagai ‘sama saja’. Yang lain tidak mungkin tahu apa-apa, terutama karena mereka dibesarkan dengan semua “-isme” negatif mengenai beberapa tipe orang tertentu. (Seksisme, rasisme … sebutkan saja semuanya.)

Kategori pertama adalah yang murni bermusuhan. Bisa jadi ini pengaruh dari cara mereka dibesarkan. Bisa jadi dari pengalaman buruk – kebanyakan berulang – saat berurusan dengan tipe orang tertentu. Yang terburuk bahkan bisa kombinasi keduanya. Mereka lebih dari cukup untuk mendorong kebencian yang tumbuh dan tak tertahankan di dalam.

Setelah itu, nggak berpengaruh juga bila orang-orang yang sangat mereka benci itu sebenarnya tidak semuanya jahat. Mereka bahkan tidak perlu repot-repot menambahkan bilangan tertentu seperti ‘sebagian’ atau ‘banyak’ untuk menjelaskan bahwa mereka nggak bermaksud menyatakan ‘semua’ sama saja.

“Saya hanya mengatakan yang sebenarnya,” kata mereka biasanya. “Kaum kalian ya, seperti itu. Maaf kalau kalian tidak bisa menangani kejujuran saya. “

Orang lain terkadang tidak bermaksud untuk melakukan stereotyping secara kasar. Mereka punya beberapa – jika tidak terlalu banyak – pengalaman yang mengerikan dengan tipe orang yang sama.

“Sulit untuk tidak membuat stereotipe atau menyamaratakan mereka,” seorang teman pernah mengaku. “Saya terus bertemu dengan mereka yang bertindak buruk terhadap orang lain. Apa aku salah? ”

Itu sulit, bukan? Tidak masalah jika Anda menggunakan bilangan seperti ‘sebagian’, ‘banyak’, atau apa pun. Beberapa orang pasti bakalan salah paham, nggak peduli niat Anda.

Pada akhirnya, Anda harus sesamar mungkin dan nggak terlalu detil agar tidak menyinggung siapa pun. Mungkin cara ini akan mengganggu keahlian bercerita Anda sedikit, tapi…ya, sudahlah. Toh, ini juga demi ‘kebaikan bersama’, bukan?

Beberapa orang lain tumbuh dengan ‘keyakinan salah, menyesatkan, dan sepihak’ tentang beberapa jenis orang tertentu. Budaya beracun telah memainkan peran utama dalam membentuk pikiran mereka. Orang tua mereka telah mengajari mereka demikian.

“Jangan berteman dengan orang-orang dari agama itu. Mereka akan melakukan apa pun di dunia hanya untuk mengubah Anda. “

“Jangan berkencan dengan gadis-gadis dari ras itu. Mereka terkenal matre. “

“Orang gemuk selalu makannya rakus … wajah cantik biasanya tidak punya otak … semua laki-laki begini … semua perempuan begitu …”

Capek banget, ya? Tidak ada yang mendengarkan. Setiap orang selalu punya pendapat tentang sesamanya. Yang terbiasa punya privilege (selalu diistimewakan) merasa terancam, karena sudah kelewat nyaman dengan posisi mereka sekarang dan menolak berbagi beban sosial dipaksakan kepada pihak lain – hanya karena dianggap memang itu sudah seharusnya.

Sementara itu, kaum tertindas sudah lama muak dengan ketidakpedulian pihak lain. Mereka lelah diremehkan, direndahkan, diragukan, dan bahkan lebih buruk lagi … dianggap nggak masuk akal.

“Kamu kelewat baperan. Harusnya belajar cuek dong, meskipun orang hanya mau jujur soal kenyataan tentang kaummu. ”

“Oh, ngerti deh. Elo ngomongin kalangan gue karena nggak terima gue udah jujur soal kalangan elo. Sekarang stereotyping? ”

Bahkan meskipun beberapa pendapat tersebut ternyata benar, percuma juga. Beberapa orang masih tersinggung, bahkan meskipun mereka yang memulai topik ini duluan. Pastilah ada yang bakalah sakit hati.

Jadi apa yang kita lakukan sekarang? Jujur saja, saya lebih fokus pada solusi daripada memaksakan bahwa saya benar (meskipun sebenarnya saya memang pas lagi benar).

Pada dasarnya, Anda tidak dapat benar-benar mengubah siapa pun. Jika beberapa orang memilih untuk percaya bahwa orang-orang di golongan Anda mengerikan, maka mereka akan selalu mempercayainya. Saya tidak bermaksud membuat Anda putus asa, tetapi terkadang percuma juga jika Anda mencoba membuktikan sebaliknya. Mereka bahkan tidak sepadan dengan waktu dan energi Anda. Mereka sudah memutuskan dan tidak akan mendengar apa pun lagi dari Anda.

Jika beberapa orang berpendapat bahwa banyak dari golongan kita buruk bagi mereka dan / atau orang lain, semenyakitkan apa pun kedengarannya – mungkin kita perlu menganggapnya sebagai teguran serius. Mungkin itu memang kenyataan, bahkan ketika kita tidak termasuk yang ikut digunjingkan. Saya sadar nggak semua orang berpikir seperti ini – atau apakah ada yang harus berterima kasih kepada mereka karena telah bergunjing. (Saya tahu saya tidak akan melakukannya, meskipun gunjingan mereka ada benarnya juga.)

Namun, hal ini menyedihkan tetapi nyata. Apa yang kita lakukan tidak selalu hanya tentang kita sendiri. Kadang-kadang, kalau nggak sampai sering, yang kita lakukan dianggap hanya sebagai patokan untuk orang lain dalam menilai kaum yang terkait dengan kita – baik berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, keyakinan, bangsa, atau beberapa atau semua hal tersebut.

Anda benar tentang satu hal dan saya (mungkin harus) setuju. Beberapa orang tidak bisa menolong diri sendiri. Ada yang tidak mau, karena mengedukasi diri sendiri adalah pilihan pribadi.

Kita tidak dapat mengendalikan semua orang. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah berusaha untuk tidak jatuh ke dalam stereotipe mengerikan mengenai golongan kita. Bersikap baiklah kepada orang lain, meskipun sulit. Setelah itu, jika mereka masih memilih untuk tidak peduli dan bersikap bebal, maka itu masalah mereka – bukan kita.

Lalu bagaimana kita mendeskripsikan seseorang yang kebetulan kejam kepada kita – tanpa terdengar begitu bias gender atau rasis atau semacamnya, daripada hanya melaporkan apa yang nyata? Yah, itu mungkin tergantung pada konteksnya.

Misalnya, jika orang itu kasar kepada Anda, jangan mengaitkannya dengan latar belakang atau asal orang itu. Hanya bagaimana mereka, walaupun beberapa dari mereka mungkin melakukan hal yang sama.

Namun, ketika Anda harus menggambarkan seorang tersangka kejahatan kepada polisi, Anda tidak boleh terlalu samar-samar tentang deskripsi fisik dan bahasa yang mereka gunakan. (Ya, Anda diizinkan untuk membuat apa yang disebut tebakan cerdas sesuka Anda, tetapi selama masih memungkinkan.) Sisanya tergantung pada penegak hukum. (Yah, meskipun banyak dari mereka yang tampaknya lebih bermasalah daripada membantu belakangan ini. Lihat, barusan saya hanya menggunakan kata ‘banyak’ untuk menghindari stereotyping atau generalisasi.)

Selain itu, simpan saja sendiri pendapat Anda jika takut disalahpahami. Nggak peduli  jika Anda benar atau Anda tidak bermaksud jahat. Nggak peduli juga ada yang suka standar ganda, misalnya: kalau mereka yang ngomong berarti jujur, tapi giliran Anda yang ngomong langsung dicap nggak sopan. ‘Kan curang?

Pasti bakalan ada yang tersinggung. Nggak peduli maksud ucapan Anda. Anda tidak bisa menyenangkan seluruh dunia.

R.(Ditulis dengan perasaan muak luar biasa.)

By adminruby

Pengajar, penerjemah, penulis, dan pemikir kritis. Jangan mudah baper sama semua tulisannya. Belum tentu sedang membicarakan Anda.

Juga dikenal sebagai RandomRuby di http://www.pikiranrandom.com/ dan GadisSenja di http://www.perjalanansenja.com/. Kontributor Trivia.id (http://trivia.id/@/rubyastari) dan beberapa media digital lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *