Tidak Semua
Terlalu sering kau beralasan serupa:
“Tidak semua…tidak semua…tidak semua…”
Maaf, argumen itu sudah kehilangan makna.
Apa artinya,
bila kekejian serupa terulang jua?
Kau anggap biasa,
bahkan bagian dari canda,
berhubung bukan kau korbannya.
Kau selalu baik-baik saja.
Tak perlu setiap saat ketakutan atau menderita.
Mana paham kau akan luka dan stigma?
“Tidak semua…tidak semua…tidak semua…”
Ya, ya, ya.
Hanya itu yang kau bisa,
membantah setiap tuduhan,
bahkan dengan bukti di tangan,
seakan kau merasa ikut dipersalahkan,
meski kau merasa bukan pelakunya.
Apa sulitnya menerima fakta?
Ya, memang tidak semua,
namun terbukti banyak yang kejam
terhadap perempuan, anak, binatang,
sesama lelaki…sebut saja.
Tak perlu berkilah dengan dua kata yang sama,
lagi-lagi yang itu-itu saja…
…namun lebih sering pura-pura buta,
memilih menutup mata,
alih-alih menegur dan melawan sesama,
mencegah, hentikan kekejaman yang ada.
Apalagi, bagimu korban bukan siapa-siapa.
Menurutmu, kau tak perlu turut serta menjadi pembela.
Tidak semua?
Percuma dikata, bila tak pernah berbuat apa-apa,
bahkan korban ikut kau cela…
R.