Yang Paling Ganggu Dari Pelawak Berlelucon Kasar
Dunia ini penuh dengan pelawak kasar. Mereka ada di mana-mana, termasuk seseorang yang Anda kenal. Mungkin Anda juga salah satunya.
Apa yang salah dengan bercanda? Tidak juga, selama lelucon itu dianggap pantas oleh audiens saat ini dan di waktu yang tepat. Apa yang membuat sebuah lelucon buruk? Ya, kebalikan daripada yang saya bilang barusan.
Jadi, apa yang bikin pelawak kasar itu ganggu banget? Ada jawaban yang di luar dugaan Anda.
Ngerti, kok. Pengen bikin orang terkesan, kan? Senang banget juga kalau kita dianggap lucu. Salah satu cirinya adalah saat mereka tertawa karena lelucon kita.
Namun, tidak semua lelucon itu lucu dan tidak semua orang (bisa jadi) seorang pelawak. Jika orang-orang berpikir terkadang Anda sangat serius, biarkan saja. Sama seperti ketika Anda berpikir mereka pelawak yang buruk. Terus kenapa, Anda dianggap ‘nggak asik’ hanya karena menolak (berpura-pura) menertawakan lelucon konyol mereka? Hanya karena Anda membela diri sendiri, setelah mereka mengolok-olok Anda?
Kebanyakan orang hanya mengidentifikasi pelawak buruk dari konten lelucon mereka. Entah itu lelucon yang hanya mengolok-olok orang tertentu hanya untuk iseng … atau lebih seperti penghinaan yang ‘tersamarkan’.
Sebenarnya, tipe pelawak ganggu lebih dari itu. Mereka sering salah memilih target lelucon mereka. Nggak apa-apa sih, toh pelawak profesional juga pernah salah kayak begini.
Sayangnya, kadang-kadang hanya segelintir orang yang mau belajar dan membuat setidaknya satu perubahan signifikan untuk menjadikan segalanya lebih baik. Yang lain hanya bersikap defensif dan mulai membuat semua alasan payah – didorong oleh ego mereka, atas nama hak pribadi dan superioritas yang memuakkan. Begini deh, teman-teman sekalian, kebiasaan buruk yang kemudian membawa mereka menuju kebiasaan buruk yang lain:
Memaksa orang lain untuk menertawakan lelucon konyol mereka dan menerima mereka apa adanya itu…kasar. Jika Anda memberi tahu mereka dengan jelas seberapa menyinggung lelucon mereka, mereka akan menyebut Anda terlalu sensitif. Mereka akan mengatakan bahwa Anda terlalu serius dan tidak dapat menerima lelucon mereka.
Beberapa dari mereka bahkan lebih lancang lagi. Mereka akan menyuruh Anda supaya bersikap biasa saja dan nggak usah kasar karena lelucon mereka. Bagus banget, ya? Setelah mereka menyinggung, mereka berani mengatur-atur perasaan Anda, supaya mereka tidak perlu merasa tidak enak atau merasa bersalah.
Dengan begitu, mereka tidak perlu meminta maaf. Khas narsis banget.
Harus tahan dengan pelawak ganggu ini adalah tantangan yang tanpa henti. Sangat disayangkan, tapi inilah hidup. Anda tidak pernah dapat benar-benar menghindari orang-orang seperti mereka. Mereka mendapatkan kekuatan mereka dengan menghabiskan energi Anda. Mereka hobi mengolok-olok orang lain lewat pujian palsu mereka.
Dengan begitu, mereka dapat bersikap tidak bersalah dan sok merasa terluka pada saat yang sama ketika orang lain yang mereka targetkan tersinggung oleh yang mereka katakan atau lakukan. Mereka harus memastikan tangan mereka tetap bersih. Intinya (harus) tetap Anda yang (diper)salah(kan).
Pelawak ganggu ada di mana-mana. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan adalah membatasi interaksi Anda dengan mereka. Abaikan saja kenyinyiran mereka. Jika mereka mengharapkan – atau menuntut – agar Anda menurut, menertawakan lelucon bodoh mereka hanya untuk menyenangkan mereka, kita tahu siapa yang sebenarnya menyedihkan di sini. Tidak ada yang berhak mengatur-atur perasaan Anda setelah tersinggung.
Merekalah yang harus menjaga mulut dan jari mereka yang jahat. Anda masih suka bercanda, hanya saja bukan yang menyinggung. R.
4 replies on “Yang Paling Ganggu Dari Pelawak Berlelucon Kasar”
Halo salam kenal mbak, setuju juga sih tentang hal ini, tapi kalau saya sih cuek aja, yang penting bukan fitnah atau semacamnya hehe.
Cuek sih gampang, cuma mereka nanti jadi kebiasaan dan gak akan sadar kalo ucapan mereka itu sebenernya brengsek. Masih bagus ada yang berbaik hati mengingatkan. Orang yang pernah jadi korban mereka mungkin kebanyakan akan diam, tapi sakit hati siapa yang tahu? Bisa jadi diam-diam sedang didoakan yang ‘macam-macam’. Menurut saya ini justru lebih mengerikan, apalagi kalo doa mereka sampai dikabulkan.
Padahal, lebih mudah meminta maaf kalo tahu sudah menyinggung daripada malah menuduh yang tersinggung baperan. Hubungan jadi rusak kalo pake cara yang kedua.
mungkin juga mereka2 ini masih bisa eksis karena selera humor sebagian besar masyarakat kita memang spt itu. senangnya dengan humor yg slapstick dan cenderung merendahkan. baik pelawak yg prof dan amatiran ya materi lawakannya sebagian besar kesana lagi kesana lagi ;D
Berarti mengedukasi masyarakat kita masih membutuhkan jalan panjang dan waktu lama, karena mereka sudah terlalu nyaman di zona ini sampai enggan berkembang. Selera humor manusia emang berbeda-beda. Yang jadi masalah saat mereka salah sasaran, terus masih nggak mau ngaku salah dan malah memaksa orang yang salah untuk menganggap mereka lucu dengan cara bikin mereka merasa bersalah karena sudah tersinggung, ngatain baperan dan sebagainya. Kan brengsek namanya.