Categories
#catatan-harian #menulis

“5 CARA MEMINTA MAAF YANG PAYAH”

“5 CARA MEMINTA MAAF YANG PAYAH”

Hei, udah mau Lebaran lagi, nih. Saatnya bertemu dan berkumpul dengan keluarga lagi. Mari sama-sama kembali ke yang fitri…

…dan bukan sekadar basa-basi. (Ups!) Hehe, tapi lagi-lagi itulah manusia. Berbuat salah, lalu menyesal. Ada yang berubah lebih baik. Ada yang belum kapok dan mengulanginya lagi.

Yah, memang nggak semua manusia cukup berbesar hati untuk mengakui kesalahan diri sendiri. Makanya sampai keluar istilah ‘half-assed apology’ alias permintaan maaf yang payah, yaitu setengah hati atau nggak niat. Lima (5) contohnya ada di bawah ini:

  1. Minta maaf karena didesak.

Entah gengsi atau ogah mengalah, meski udah ketahuan salah, masih harus didesak-desak dulu agar maju dan meminta maaf. Jadinya? Udah ucapan nggak jelas, jatuhnya juga nggak ikhlas.

Biasanya banyak yang malah jadi malas nerima yang model beginian. Mending nggak usah sekalian.

2. Minta maaf tapi juga banyak alasan.

“Gue tahu gue salah. Tapi gue berbuat begitu karena…bla-bla-bla…”

Memang, pasti selalu ada alasan di balik setiap perbuatan baik atau pun buruk. Masalahnya, kalau habis minta maaf langsung bikin alasan demi pembenaran atau pemakluman atas perbuatannya, sama juga bohong. Apalagi ketahuan banget kalau alasannya dibuat-buat banget. Gimana yang denger nggak malah balik dongkol lagi?

3. Minta maaf tapi sambil usaha ‘menyeimbangkan skor’.

Maksudnya? “Gue tahu gue salah, tapi elo juga sih, yang…” Minta maaf tapi pakai ngungkit-ngungkit kesalahan lawan bicara, apalagi bila kesalahannya udah duluuu banget dan sama sekali nggak relevan dengan masalah saat ini? Bahkan, yang paling sering kejadian adalah menjadikan kelakuan si lawan bicara sebagai alasan atau pembenaran Anda berbuat jahat sama mereka.

Mending nggak usah ngomong, deh. Serius. Minta maaf kok, ngajak berantem lagi?

4. Minta maaf tapi nggak mau bertanggung jawab membereskan kerusakan yang sudah terlanjur ada karena ulah Anda.

Kabar buruk. Nggak semua masalah bisa selesai hanya dengan maaf doang. Kalau ternyata ada kerusakan yang harus diperbaiki akibat ulah Anda, ya jangan mangkir dengan 1001 alasan. (Satu aja udah enggak banget, apalagi pake nambah sisanya yang berjibun itu!) Entah gimana caranya, tunjukkanlah itikad baik Anda.

Niat mau bertanggung jawab aja udah bagus banget, apalagi kalau benar-benar dikerjakan.

5. Minta maaf, tapi kesalahan yang sama diulang-ulang terus…dan nambah parah pula.

Nah, jangan keki kalau mereka kemudian banyak yang jadi nyinyir:

“Minta maaf melulu. Kapan berubahnya?”

Yah, semoga permintaan maaf kali ini benar-benar dari hati, ditunjukkan dengan aksi penuh tanggung jawab, dan nggak hanya formalitas kala Lebaran.

R.

 

By adminruby

Pengajar, penerjemah, penulis, dan pemikir kritis. Jangan mudah baper sama semua tulisannya. Belum tentu sedang membicarakan Anda.

Juga dikenal sebagai RandomRuby di http://www.pikiranrandom.com/ dan GadisSenja di http://www.perjalanansenja.com/. Kontributor Trivia.id (http://trivia.id/@/rubyastari) dan beberapa media digital lain.

3 replies on ““5 CARA MEMINTA MAAF YANG PAYAH””

Nah, padahal minta maaf yang baik adalah yang sekalian mau bertanggung jawab membetulkan kesalahan yang sudah terlanjur terjadi, bukan ibarat cuci tangan terus udah. Mendiang Randy Pausch (dosen Carnegie Mellon University yang ngetop dengan “The Last Lecture” sebelum meninggal karena kanker) juga sependapat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *