Categories
#catatan-harian #menulis

Pindah…Tapi Nggak Mau Berubah?

Pindah…Tapi Nggak Mau Berubah?

Ramadan sudah hadir, nih. Dakwah rohani yang intens sudah mulai di mana-mana, termasuk di social media. Umat Muslim menyambut dengan suka cita. Saatnya berpuasa untuk menahan hawa napsu dan godaan lainnya di dunia.

Tentu saja, ada harapan untuk berhijrah, yang (seharusnya) berarti berubah menjadi lebih baik. Sama seperti usulan untuk memindahkan ibukota.

Haaah, pindah ibukota?  Sebenarnya, ini sudah bukan usulan baru lagi. Kabar terakhir yang saya dengar, ada usul bahwa sebaiknya cukup pusat administrasinya saja yang (di)pindah(kan). Yang lain nggak usah.

Seperti biasa, ada pro dan kontra soal usulan ini. Yang setuju mungkin termasuk mereka yang sudah lama muak dengan kondisi Jakarta. Ada yang bosan dan ingin segera cari suasana baru. Mungkin juga ada yang punya alasan-alasan lain yang saya tidak tahu.

Jujur, saya termasuk yang kurang setuju dengan usul ini. Memang sih, usul seperti ini bisa diwujudkan, meskipun pastinya nggak secepat mungkin. Ibaratnya, Jakarta nanti akan seperti LA, NY, atau Sydney – alih-alih Washington DC atau Canberra.

Menurut saya, percuma pindah/hijrah bila manusianya sendiri enggan berubah. Bukan hanya soal penampilan luar lho, ya. Nggak usah muluk-muluk mau pindah ibukota deh, kalau manusianya masih:

  • Buang sampah sembarangan.
  • Nggak patuh peraturan lalu lintas dan hobi korupsi.
  • Nyinyir akut pas diajak untuk hal sesederhana membereskan meja sendiri di restoran setelah makan. Alasan mereka, untuk apa bayar mahal-mahal kalo nggak dilayanin kayak raja? Mending makan di rumah aja. (Padahal, mereka hanya butuh lima menit lho, buat beresin meja doang – nggak perlu ampe ikut cuci piring di dapur!)
  • Sama seperti contoh kasus di atas, nyinyir parah juga pas diajak untuk membuang sampah bekas makan popcorn dan minum soda sesudah nonton film di bioskop. Alasannya juga sama lagi, padahal tinggal angkut dan buang di tong sampah di luar studio.

Belum lagi soal berapa hektar hutan yang akan dihancurkan demi memindahkan ibukota. Kalau kelakuan manusianya aja masih pada kayak gini, ya…maaf-maaf aja kalo saya jadi ikutan nyinyir bin skeptis. Habis, masih suka pada ngeyel, sih!

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Penggila Drama

Penggila Drama

Seharusnya kalian audisi saja

Banyak sinetron di layar kaca

Tak perlu pura-pura

Jadi diri sendiri dan apa adanya

Banyak cara mencari perhatian

dari wajar hingga berlebihan

Ada yang gila penghargaan

sampai kejam atau jadi anak kecil ngambekan

Silakan audisi

biar muncul di TV

Jangan di sini

mengganggu dan menyakiti

memaksa semua harus mengerti

Memangnya kalian ini siapa, sih?

Ingin selalu dianggap benar?

Yang ada, penonton bubar

Senang bersikap culas dan kasar,

bahkan hingga barbar?

Sudah, main saja di film drama

Bikin berisik dunia saja

Sebagai penonton, saya bosan luar biasa

Plotnya selalu sama

Lebih baik saya pulang

Macam kalian terlalu memuakkan!

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

Menyelamatkan Uang Orang Lain Bukan Alasan Kasih Spoiler Film

Menyelamatkan Uang Orang Lain Bukan Alasan Kasih Spoiler Film

Rasanya kok, ini udah kayak tradisi tahunan aja, yah? Tahun lalu, saat “The Avengers: Infinity War” tayang di bioskop, banyak yang jadi berantem hanya gara-gara perkara spoiler. Garis besarnya begini:

Yang tukang spoiler merasa sah-sah aja membocorkan sebagian atau bahkan seluruh isi cerita film yang kebetulan sudah mereka tonton duluan. Toh, mereka hanya merasa senang dan pengen ‘berbagi kegembiraan’. Ya, sekalian rada pamer dikitlah. Hehe.

Yang nggak suka tentu saja langsung menyebut para penyebar spoiler sebagai perusak mood orang yang mau nonton, egois, nggak asyik, hingga sombong – mentang-mentang udah nonton duluan.

Penyebar spoiler ternyata juga punya alasan lain. Ada yang kecewa dengan alur film yang mereka tonton duluan hingga langsung curhat di media sosial. Niatnya sih, baik – pengen menyelamatkan uang orang lain agar nggak terbuang percuma saat nonton film yang sama, karena menurut mereka nggak sesuai harapan.

Cuma, bisa aja orang berpendapat lain.

Tapi…ah, sudahlah. Itu terserah pilihan masing-masing. Terus, di mana posisi saya dalam drama pencinta versus pembenci spoiler ini?

Golput.

Saya bukan tipe yang akan dengan semangat nyebarin spoiler meskipun udah nonton film yang lagi ngehits dan menurut saya juga bagus. Toleran sedikitlah sama mereka yang belum sempat nonton. Nggak perlu juga ngatain mereka baperan hanya karena kesal dengan banyaknya spoiler.

Saya juga nggak akan protes dengan yang suka nyebarin spoiler. Silakan aja, mungkin lagi pada pengen viral dan ini satu-satunya cara…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tabir

Tabir

Foto:
https://unsplash.com/photos/3fppWGXoNWU (Rene Bohmer)

Banyak tabir di setiap wajah

Tak perlu pikir

Usahlah gundah

Ada sindir di balik senyum ramah

Tiada guna berbalas

Hanya bikin lelah dan malas

Banyak tabir untuk buatmu kalah

Sosok sempurna, nihil cela

Sembunyi cacat, rapi adanya

Gemar menghujat, mudah menghina

sesama tapi yang dianggap beda

direndahkan sedemikian rupa

demi tampak jaya

bebas merdeka

Sungguh jumawa

Tunggulah tabir terkuak

saat topeng sempurna mulai retak

Mereka akan berhenti tertawa

Aib terbuka, tak lagi jaya

Jatuhlah mereka

ke dalam hina yang sama

atau malah lebih tercela…

R.