Corong di Kepala, Jari-jemari Berkelana
Tolong copot corong itu dari kepala.
Terlalu bising suara.
Lumpuhkan jari-jemari
agar tak kelewat liar berkelana.
Aku?
Tak ada waktu,
tapi sudah tahu
bila sesuatu buntu…
R.
Tolong copot corong itu dari kepala.
Terlalu bising suara.
Lumpuhkan jari-jemari
agar tak kelewat liar berkelana.
Aku?
Tak ada waktu,
tapi sudah tahu
bila sesuatu buntu…
R.
Siapa yang mati
dan menobatkanmu sebagai
Sang Ilahi?
Kau buatku geli,
wahai pencari atensi
ingin didengar sepenuh hati
dipuja-puji
setenga-mati
Mungkin ada yang cukup gila
untuk biarkanmu menang
Tiada guna
Kau begitu jumawa
Bila kau memang luar biasa,
kenapa hobi memaksa?
Kenapa begitu keras kepala?
Narcissus era terkini
Tiada cermin yang cukup
Karenamu, semuanya remuk
Otakmu penuh kepercayaan palsu
Padahal kau tidak sesempurna itu
Ayolah,
aku butuh yang lebih lucu
dari semua usaha gagalmu
untuk mengesankanku…
R.
Asing di antara sesama
saling tatap curiga
bising tuduhan dan cela
geming tanpa usaha
hening kehilangan kata-kata
keping sisa hati terluka
pusing kepala…
…dan kita tak lagi berdaya,
dipecah, dibelah,
marah-marah,
hingga akhirnya…
…sama-sama kalah…
R.
Masa kau sudi
dibandingkan sama kucing
yang tak tahan melihat ikan asin?
Ayolah.
Mana akalmu?
Katanya mahluk berlogika.
Masa mau jadi serendah itu?
Perempuan itu hanya lewat,
meski dia sendirian
jangan jadi alasan kau berlaku bejad.
Dasar bangsat!
R.
Di baliknya,
kau aman.
Tidak ada aib yang terbuka.
Namun, jangan.
Jangan paksa mereka
untuk jadi katak yang sama.
Tidak, bila mereka ingin melihat dunia.
Terlalu sempit tempurung itu,
dengan kau dan egomu.
Biarkan mereka bebas
bukan mati kehabisan napas.
Kau sendiri yang memilih penjaramu…
R.
Lelaki penuh dengki
berkicau di Twitter penuh benci
menyebut makeup di wajah perempuan
sebagai tanda mereka tak berotak.
Lelaki penuh dengki
mungkin sedang tak tahan dengan sepi
Perhatian pun dia cari
lewat hinaan sana-sini.
Siapa yang sudi
cintai lelaki penuh dengki?
Mungkin dia memang harus sendiri
bila masih gemar mencaci…
R.
Terlalu luang waktumu
hingga masih sempat mengganggu
menyindir mereka yang (dianggap) berbeda
merasa paling istimewa
menuntut yang lain harus sempurna
Terlalu luang waktumu
dengan isi kepala bebal itu
terbukti dari caramu mendebat
secepat kilat
namun lebih banyak celaan
serangan pribadi ke lawan bicara
ad-hominem namanya
Manfaatkan waktumu
untuk belajar berdebat lebih cerdas
daripada berdebat yang tidak perlu
hanya untuk menang dan senangkan egomu
Astaga, kau memang sedangkal itu!
R.
Aku tak punya nyali
menulis tentang kasih
atau rindu yang sendu
Hati ini mungkin telah beku
Untuk apa merindu,
bila hanya berakhir pilu
dan merasa dungu?
Tak perlu
meski cemas sepi adalah cinta sejatiku
Kau lebih berani
menulis tentang rindu
setia, sehidup,
meski belum tentu semati
meski harus sabar menanti
hingga suatu saat nanti
Aku dulu begitu
Mungkin sekarang tidak lagi
Maafkan aku
yang kini sulit percaya
terlalu sering kecewa
terlalu muak dengan dusta
terlalu banyak manipulasi atas nama…
…CINTA
Selamat menikmati rindu
Mungkin masih ada harap untukmu
Saat ini,
aku masih ingin berhati-hati
meski harus membenci
air mata sendiri…
R.
Tahun ini,
Ramadan patah hati
Ada sedih yang perih
pedih, mengiris hingga miris
kunjungan yang teracuni
benci dan dengki
alih-alih damai di hati
Akankah selalu begini
saat Ramadan kembali?
Akankah berjumpa dengannya lagi?
R.
Kalian terlalu berisik
Telingaku sakit
Mata ini lelah
lihat yang ingin tumpahkan darah
hanya karena tak sudi kalah
Diam
Tak perlu ributkan
pilihan setiap orang
bila pada akhirnya
masih keras juga
kita semua harus bekerja…
R.