Categories
#catatan-harian #menulis

5 Sebab Seseorang Meninggalkan Grup WhatsApp

5 Sebab Seseorang Meninggalkan Grup WhatsApp

Hmm, ini topik sensitif nggak, ya? Hehe, yang lagi (dan jangan-jangan selalu) sensitif ‘kan, soal politik dan SARA. Yang ini mah, udah nggak harus dibilangin lagi, yah? Banyak yang sudah pernah membahas tipe manusia yang berada di WAG (WhatsApp Group) alias grup WhatsApp. Tapi, gimana dengan sebab mereka ‘left’ atau ninggalin?

Ini dia 5 sebab seseorang meninggalkan WAG:

  1. Ponsel mereka lemot (terutama karena kebanyakan WAG.)

Tahu sendiri ‘kan, betapa ganggunya WA kalau dikit-dikit minta di-update? Apalagi kalau kapasitas ponsel nggak mumpuni. Alamat harus ganti SD card terus – atau beli ponsel yang baru sekalian. Yang banyak duit mah, enak. Kalau yang enggak atau masih nunggu kucuran dana? (Ups, curhat detected, hehehe.)

Nggak hanya banyaknya WAG, anggotanya juga ada yang rajin postingan random – entah bermanfaat atau sampah bernama ‘hoax’. Kadang Anda juga suka lupa (atau malas!) menghapus pesan WA yang bejibun – terutama dari si ‘dia’. (Uhuk!)

Solusinya? Biasanya mereka akan pamit dulu sama segrup sebelum ‘left’. Biasanya suka minta di-reinvite, entah dengan nomor lama tapi SD card baru atau nomor baru sekalian.

  • Mereka emang lagi sibuk banget.

Entah beneran atau basa-basi (padahal emang beneran mau leave aja), mending prasangka baik, deh. Tipe ini juga kurang lebih sama dengan yang pertama. Kenapa nggak jadi silent reader aja? Tergantung kapasitas ponsel sekaligus isi WAG-nya juga, sih.

Bisa saja, saat ini mereka hanya punya satu ponsel untuk semua hal, termasuk bekerja. Masalahnya, bisa jadi WAG yang ingin mereka tinggalkan (entah sementara atau selamanya, haiyah!) adalah grup yang ‘terlalu rame’. Pokoknya potensi distraction banget, deh!

Seperti yang pertama, mereka kadang masih ada yang suka pamit dulu atas nama sopan-santun. Yang lain langsung kabur begitu saja, entah kenapa.

  • Yang jarinya ‘selip’ atau ponselnya lagi dimainin anak kecil.

Niatnya mau ‘klik’ WAG buat kirim pesan, jadinya malah ‘delete’. Kasus lain yang hasilnya serupa, ponsel lagi dimainin anak atau keponakan yang masih kecil. Jadinya asal pencet, deh.

Nah, sambil lebih berhati-hati (bahkan kalau bisa anak kecil jangan dikasih ponsel dulu, biarin aja mereka nangis), mereka meminta tolong admin untuk reinvite.

  • Yang merasa ‘nggak sejalan’ dengan (mayoritas) isi WAG yang bersangkutan.

Nah, kalau yang seperti ini reaksinya macam-macam. Mulai dari yang diam saja terus mendadak ‘left’ hingga yang pake ‘bikin drama’ dulu. Biasa, sekalian ‘tes panggung digital’, berapa orang sih, yang merhatiin?

Bisa jadi, selama ini mereka merasa ‘tersisih’, alias kurang atau tidak diperhatikan seisi grup. Terdengar baper sih, tapi emang ada orang yang kayak begitu. Nggak hanya selalu butuh perhatian, mereka juga ingin setiap pendapat mereka disetujui tanpa syarat. (Aih, memangnya situ siapa, yah?)

Akibatnya, slek dikit sama anggota WAG lainnya – atau apalagi sama admin – bikin mereka mudah bete. Agak sulit berdiskusi baik-baik dengan model begini, soalnya mereka sangat gampang defensif. Padahal, mereka sendiri sebenarnya suka curang.

Curang? Ya, mereka nerapin standar ganda gitu, deh. Mereka berhak berpendapat, tapi yang lain harus sepakat.

Tapi, ada juga yang memilih meninggalkan WAG gara-gara isinya ‘toxic’ semua. Misalnya: hobi menggunjingkan sesama, ribut baper soal politik dan SARA, sharing gambar-gambar porno hingga lelucon-lelucon seksis. Giliran ditegur dan diprotes, yang menegur malah dikatain baper dan merusak suasana.

Daripada ikutan bodoh dan gila, mendingan keluar. Ya, nggak?

  • Yang (sok?) misterius.

Kalau yang ini, tahu-tahu ‘menghilang’ begitu saja. Terus, nggak kasih kabar maupun alasan mereka left WAG. Dengan kata lain: hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Ah, sudahlah. Siapa tahu mereka sedang butuh waktu. Bukan hak kita untuk memaksa. Intinya, selama mereka masih baik-baik saja, seharusnya nggak jadi masalah, tho?

Nah, kalau Anda biasanya left WAG kenapa? Hehehe…

R.

By adminruby

Pengajar, penerjemah, penulis, dan pemikir kritis. Jangan mudah baper sama semua tulisannya. Belum tentu sedang membicarakan Anda.

Juga dikenal sebagai RandomRuby di http://www.pikiranrandom.com/ dan GadisSenja di http://www.perjalanansenja.com/. Kontributor Trivia.id (http://trivia.id/@/rubyastari) dan beberapa media digital lain.

4 replies on “5 Sebab Seseorang Meninggalkan Grup WhatsApp”

Dulu sih waktu pakai handphone dengan RAM 512 suka sering seleksi Group Whatsapp, apalagi kalau traffick percakapannya hingga ribuan dalam sehari. apalagi group yang tiba-tiba saya di invite masuk kedalamnya. biasanya group seperti itu yang aku langsung left dari sana

Nah, ini dia. Masalahnya saya orangnya juga rada gak enakan, kecuali kalo isi grup Whatsapp-nya emang udah toxic banget baru left. Tapi emang ada beberapa grup yang terpaksa saya mute karena obrolannya udah panjang, ampe ribuan per hari, dan gak mutu pula. Receh sih, cuma kadang saya suka bingung aja ada yang punya waktu seluang itu hanya buat ngeramein grup Whatsapp tiap hari. Mending kalo isinya bermanfaat. Ini ngegosipin orang doang. Haiyah!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *