Ramadan yang Patah Hati
Tahun ini,
Ramadan patah hati
Ada sedih yang perih
pedih, mengiris hingga miris
kunjungan yang teracuni
benci dan dengki
alih-alih damai di hati
Akankah selalu begini
saat Ramadan kembali?
Akankah berjumpa dengannya lagi?
R.
Tahun ini,
Ramadan patah hati
Ada sedih yang perih
pedih, mengiris hingga miris
kunjungan yang teracuni
benci dan dengki
alih-alih damai di hati
Akankah selalu begini
saat Ramadan kembali?
Akankah berjumpa dengannya lagi?
R.
Kalian terlalu berisik
Telingaku sakit
Mata ini lelah
lihat yang ingin tumpahkan darah
hanya karena tak sudi kalah
Diam
Tak perlu ributkan
pilihan setiap orang
bila pada akhirnya
masih keras juga
kita semua harus bekerja…
R.
Enggan aku
tetap di lingkungan itu
penuh tuntut
dan cela tak patut
sebab sempurna bukanlah aku
Ini bukan lemahku
namun dayaku untuk berlalu
dari racun ciptaanmu
Selamat mencari penggantiku
untuk mengisi kekosongan itu…
R.
Kadang kau terlalu banyak cakap
sampai tergagap
saat harus menyimak
jujur yang membuat sesak
Perhatikan
roman kelelahan
yang hanya kau artikan
kemalasan dan banyak alasan
Diam!
Tuntutanmu kelewatan
Bila terus begini
tunggu hari kau ditinggal pergi…
…kecuali,
kau memang tahan sendiri…
R.
Kujawab gertakmu
setelah kau anggap aku tak cukup
bahkan setelah semua usahaku
Tiada yag abadi
Tak bisa dihindari
meski bagimu aku bodoh sekali
Aku bukan anak kemarin sore
Ulahmu jelas sekali
Kutahu, itu eksploitasi
Salahmu mengira
aku akan selalu bersedia
meski dengan pasokan seadanya
beroperasi pada jam-jam buta
Maaf, aku sudah lelah
namun tiada sesal buatmu marah
Sudah terlalu lama kucoba terbuka
Aku butuh lebih dari yang kau kira
Tidak ada perjanjian
Mari kita akhiri saja
Sekali lagi memaksa
aku bisa murka
Aku pergi saja
Aku layak dapat lebih banyak …
R.
Aku datang kembali
‘tuk bersihkan hati
Sambutlah aku
lebih ramah dan tanpa ragu
Berdoalah…
Semoga ini bukan kunjungan terakhirku…
Salam,
Ramadan
R.
Seharusnya kalian audisi saja
Banyak sinetron di layar kaca
Tak perlu pura-pura
Jadi diri sendiri dan apa adanya
Banyak cara mencari perhatian
dari wajar hingga berlebihan
Ada yang gila penghargaan
sampai kejam atau jadi anak kecil ngambekan
Silakan audisi
biar muncul di TV
Jangan di sini
mengganggu dan menyakiti
memaksa semua harus mengerti
Memangnya kalian ini siapa, sih?
Ingin selalu dianggap benar?
Yang ada, penonton bubar
Senang bersikap culas dan kasar,
bahkan hingga barbar?
Sudah, main saja di film drama
Bikin berisik dunia saja
Sebagai penonton, saya bosan luar biasa
Plotnya selalu sama
Lebih baik saya pulang
Macam kalian terlalu memuakkan!
R.

Banyak tabir di setiap wajah
Tak perlu pikir
Usahlah gundah
Ada sindir di balik senyum ramah
Tiada guna berbalas
Hanya bikin lelah dan malas
Banyak tabir untuk buatmu kalah
Sosok sempurna, nihil cela
Sembunyi cacat, rapi adanya
Gemar menghujat, mudah menghina
sesama tapi yang dianggap beda
direndahkan sedemikian rupa
demi tampak jaya
bebas merdeka
Sungguh jumawa
Tunggulah tabir terkuak
saat topeng sempurna mulai retak
Mereka akan berhenti tertawa
Aib terbuka, tak lagi jaya
Jatuhlah mereka
ke dalam hina yang sama
atau malah lebih tercela…
R.
Suatu hari nanti,
semua akan diketahui
Dia akan tertangkap
terhukum dengan layak
Suatu hari nanti,
senyum palsunya takkan berguna lagi
Penggemarnya akan muak setengah mati
Tak semua orang akan bodoh selalu
selama mau melihat lebih jauh
Suatu hari nanti,
semua topengnya akan luruh
dan sosoknya akan jadi cemooh
Sudah ada beberapa
yang lebih dekat mengenalnya
Lebih baik?
Tidak
Suatu hari nanti,
kata-kata manisnya akan berubah pahit
keburukannya semakin menguasai
Sang jahanam akan dimunculkan
Segera, tiada lagi tempatnya melarikan diri
Dia sudah ditemukan
Nasibnya selesai
Untuk sekarang,
kita harus tetap tenang
agar dia tak bisa permainkan perasaan
Biarlah kita tampak bodoh di matanya
hingga saat dia kehilangan semua
termasuk kendali dirinya
Dia mungkin dapat menipu dunia yang buta
seakan dia lebih baik di mata semua
Suatu saat nanti, segera,
panggung takkan lagi miliknya
Semua aibnya akan terbuka
demi keadilan bagi semua korbannya
Munculkanlah si jahanam
beserta keburukannya yang nyata.
R.
Kau begini
Aku begitu
Menurutku A
B bagimu
Kita saling beropini
Sekalian sebar polusi
Tiada yang setuju
Semua punya mau
Enggan mengalah
Maunya marah
Padahal, belum tentu dapat apa-apa
Ah, sudahlah…
R.