Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Diva 2

Diva 2

Tak perlu penguasa panggung,

meski pesonanya terasa tanggung.

Kadang mereka yang selalu ingin didengar,

Selalu dianggap benar.

Enggan dibantah,

apalagi terima nasihat.

Sesaat,

hidup seperti itu enak.

Tak perlu merasa jengah,

tinggal cuap-cuap, suka-suka.

Namun,

mereka akan sulit berkembang,

dikelilingi dayang-dayang

yang selalu seiya-sekata.

Mau sampai kapan?

Entahlah.

Menjadi diva memang penuh lena,

abai dengan fakta

di balik mata-mata

penuh kekaguman dan cinta,

ada pisau di tangan

di balik punggung mereka

siap menikam

saat kau lengah…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Gema

Gema

Gema itu bernama standar ganda.

Kau lakukan yang kau suka,

namun marah saat mereka berlaku sama.

Tanpa sadar, sebenarnya kau sedang berkaca.

Hanya saja, kali ini posisimu beda.

Kaulah sang penerima buruknya laku mereka.

Tak perlu bermuram durja, apalagi sampai murka.

Menggelikan bila kau menyindir mereka,

layaknya pencinta standar ganda.

Sudah, terima saja.

Tak perlu merasa paling benar se-alam raya.

Bila tak suka, tak ada yang akan memaksa.

Bila masih terganggu dengan gema,

sepertinya kau harus kembali berkaca…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Daftar Resolusi

Daftar Resolusi

Gambar: https://unsplash.com/photos/RdmLSJR-tq8

Kertas itu masih kosong.

Yang lalu belum tergenapi.

Sama juga bohong.

Terlalu banyak ingin yang tak sampai.

Tak mungkin aku memintamu.

Tak boleh aku sebodoh itu.

Cinta hanya ada,

bila dua hati sama-sama merasa.

Satu saja,

yang ada hanya derita dan luka.

Harapan kosong belaka.

Percuma.

Apa resolusiku?

Berhenti meminta yang belum tentu nyata:

Kamu, dia…siapa saja.

Kata mereka,

ada satu untuk setiap jiwa di dunia.

Dongeng macam apa yang (ingin) mereka percaya?

Kertas itu masih kosong.

Mungkin aku hanya akan menulis satu pinta:

Aku harus selalu baik-baik saja,

dengan atau tanpa

kamu, dia…siapa saja.

Tak perlu berduka,

apalagi sampai terlalu lama.

PERCUMA!

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tak Penting

Tak Penting

Terlalu banyak:

  • Ancaman kosong di social media
  • Keangkuhan dan angkara

Merasa paling benar berpendapat,

namun tak sudi didebat.

Terlalu, terlalu banyak

hingga bikin muak

Nasihat tanpa diminta

dari mereka yang lupa berkaca

gagal melihat diri pun bercela.

Terlalu, terlalu, dan terlalu

banyak hingga bikin halu.

Hei, kata siapa ada yang membicarakanmu?

Kau bukan pusat semesta.

Biasa sajalah.

Tak perlu bukti.

Sedikit bicara, banyak aksi.

Biar dunia lihat sendiri

yang bisa pegang omongan

dan yang hanya cari perhatian

hingga…yang gila hormat dan pujian.

Tak penting.

Semua orang punya masalah masing-masing!

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Jedaku…

Jedaku…

……….

Maaf.

Lambat responku.

Banyak pesan menunggu.

Dering ponsel mengganggu.

……….

Maaf.

Bukannya tak peduli.

Hanya lelah sekali.

Kerja tanpa henti.

……….

Ma-

-zzz…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Narasi (Si) Narsis

Narasi (Si) Narsis

Diva
Foto: https://unsplash.com/photos/oTE8EUwvhek

Bagimu,

semua kisah masa lalu

tentang sukses dan gagalmu,

berkah dan musibahmu

adalah narasi

butuh pembaca yang menyukai.

Kau akan menyebut semua berulang kali

bak rapalan doa tanpa henti

menanti puja-puji

agar percaya kesucian hati

penyintas semua cobaan keji.

Bagimu,

semua kisahmu adalah hiburan

tontonan sekelas Blockbuster cinema

atau minimal di layar kaca.

Berlebihan tak apa.

Namanya juga drama.

Kau akan memutarnya berulang kali,

hingga seluruh plot teresapi.

Ingatan tanpa ingin,

menilai dengan dingin

sosok-sosok bosan

namun diam demi kesopanan.

Bagimu,

harus kau yang jadi bintangnya,

peran utama,

nama yang paling sering terbaca.

Boleh ada yang lainnya,

selama pamor tak sama.

Kalau bisa,

mereka cukup jadi penggemarmu saja.

Kau rela berbagi panggung,

namun terasa tanggung,

karena tetap kau yang harus tampil utama,

sempurna di atas segalanya,

sementara…

…yang lain cukup jadi pendukung dan figuran belaka…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Undur Diri

Undur Diri

Kau tak pernah tahu

aku, yang diam-diam mengagumi,

membaca semua puisimu

mencari celah di hati.

Kau tak pernah tahu

perjuangan berat ini

melawan perasaan sendiri

demi satu yang tak tentu.

Kau tak tahu,

aku, mulai beranjak mundur,

enggan maju,

apalagi sampai terlalu jauh.

Takut jatuh.

Kurasa,

kau, takkan pernah tahu.

Akhirnya aku undur diri.

Biarlah sepi kembali menjadi sesuatu yang pasti.

Aku enggan bersaing dengan hantu,

dia, yang masih gentayangan di hatimu,

meski sudah berupa masa lalu…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Diva

Diva

Tak perlu selalu begitu

bergaun rancangan ternama.

Semua tercermin dari perilaku

ingin dikagumi sesama

sekarang dan selalu.

Dia lupa akan waktu

dan mungkin segala sesuatu.

Tiada yang abadi.

Suatu saat nanti,

panggung itu akan sepi.

Penonton pergi.

Tinggal dia sendiri

tampil di depan barisan kursi

enggan berpisah dengan memori

sosok dirinya yang (pernah) dipuja-puji…

Ah, Diva…

Bukalah mata…

Kau bukan segalanya…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Rapuh

Rapuh

Bagai istana pasir

atau rumah dari tumpukan kartu remi.

Mudah tersingkir,

berhamburan ke sana kemari,

terhempas ombak biru-hijau yang dingin

maupun hempasan angin

hingga hancur berkeping-keping.

Selelah itukah dirimu,

hingga tiada tenaga

menggalau dan merapuh,

meski senyum menyembunyikan keluh?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Cinta yang Cukup?

Cinta yang Cukup?

Gambar: https://unsplash.com/photos/17yojkc2so4

Seperti inikah rasanya

berusaha melupakan

tanpa ingin kehilangan?

Selalu ada ruang kosong itu

lowong di alam rayaku

tidak hampa,

hanya menunggu

selalu terbuka untukmu

Mungkin aku sedikit berdamai dengan waktu,

masih mencintaimu

tanpa harap kau mau bersamaku

Semua impian semu itu

sudah lama kutinggal di masa lalu

Selama kamu sehat, berbahagia, dan hidup,

kurasa itu sudah cukup.

R.

November 2019