Mau sampai kapan?
Kita kerap mempersulit yang (harusnya) mudah
namun hobi menggampangkan masalah
pura-pura tidak ada yang salah
meski tanpa sadar, kita makin terpuruk dalam kalah
Mau sampai kapan?
Kita senang melempar gunjingan
ibarat mainan
namun racun penyebab permusuhan
Ah, selalu ada cara untuk menang dalam persaingan
Mau sampai kapan?
Kita ribut mencari kambing hitam
saling membuat sesama naik pitam
hingga amarah sulit padam
hati dan jiwa remuk-redam
tertumbuk lisan nan kejam
Mau sampai kapan?
Kita mencampuri urusan remeh orang lain tanpa henti
Halo, apa kabar diri sendiri?
Tiada yang suci
meski kerap kita merengek lebih cengeng dari bayi
Mau sampai kapan?
Lihat mereka
Di luar sana, banyak yang berusaha
mencari solusi tanpa banyak bicara
Tak perlu bukti, hanya tindakan nyata
bahkan tak perlu pengakuan dari siapa-siapa
Mau sampai kapan?
Waktu dan tenaga terbuang percuma
dengan mencaci-maki di media sosial
seakan tak takut hati akan kebal
atau otak yang bertambah bebal…
R.
(Jakarta, 18 Desember 2014)