Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Ada Setan di Tempat Ibadah

Ada Setan di Tempat Ibadah

Dia datang dengan senjata

membantai para penyembah

Yang Maha Kuasa

di tempat ibadah

Lalu dia pamerkan dosa

dengan bangga, ke seluruh dunia

demi VIP ke neraka

Setan berwujud manusia

atau manusia berhati setan?

Ah, persetan!

Semoga tiada lagi yang sepertinya…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

Tentang Lingkaran Kecil Pertemanan

Tentang Lingkaran Kecil Pertemanan

Banyak yang bilang begini. Semakin tua, semakin sedikit teman yang (cenderung) kita miliki. Seperti itulah adanya. Pertahankan lingkaran kecil Anda. Semua orang pintar (harus) melakukannya.

Saya sudah sering mendengar ini. Di satu sisi, ada benarnya. Ini bukan soal waktu dan energi Anda dengan bijak.

Ini juga soal memilih untuk tetap bersama orang-orang yang tidak akan merusak hidup Anda terlalu banyak dengan drama dan racun mereka. Tidak seperti ketika masih remaja dan berusia 20-an. Anda mungkin masih tahan dengan omong-kosong macam itu. Sebut saja kesabaran, toleransi, atau apa pun itu.

Seiring bertambahnya usia, (semoga) Anda (bisa) memilih lebih baik dan menjadi lebih bijaksana. Anda hanya ingin bersama orang-orang yang dapat memberi tujuan hidup lebih baik. Di satu sisi, itu bagus. Itulah hal paling masuk akal yang dilakukan orang dewasa.

Namun, hanya mengandalkan lingkaran kecil teman dekat yang itu-itu saja juga punya  kekurangan. Pertama, Anda berhenti mendapatkan pengetahuan yang lebih bervariasi. Anda merasa lebih nyaman dan mapan. Jika itu yang Anda inginkan, tidak apa-apa. Tidak ada yang buruk dengan keinginan untuk menjaga diri agar tetap aman.

Tetap saja, orang berubah. Kalian mungkin tidak selalu akur. Kalian semua bisa lagi sama-sama sibuk. Teman-teman Anda mungkin punya urusan lain yang belum tentu melibatkan Anda dan juga sebaliknya. Ada saat-saat ketika Anda harus terima, alih-alih merengek seperti diva pencari perhatian: “Mereka akan meluangkan waktu jika benar-benar peduli sama aku.” Kalian mungkin tidak selalu bisa saling mendampingi.

Lagipula, tidak ada yang larangan untuk punya lebih dari satu lingkaran kecil pertemanan. Kenapa tidak punya beberapa? Dengan begitu, jika satu lingkaran pertemanan lagi tidak bisa diajak hangout saat ini, ajak saja yang lain.

Kalau mereka semua lagi pada sibuk? Santai. Tak ada pilihan selain bertahan sendiri. Jadilah mandiri. Jika memungkinkan, mulailah lingkaran baru lagi. Selalu ada cadangan.

Menjaga lingkaran pertemanan tetap kecil adalah pilihan. Begitu juga memiliki beberapa … untuk berjaga-jaga.

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

Cara Mengenali Monster di Tengah Kerumunan Manusia

Cara Mengenali Monster di Tengah Kerumunan Manusia

Apakah ini paranoia – atau Anda hanya bersikap realistis?

Tahun lalu telah mengajarkan Anda dengan sangat baik. Tidak hanya itu, sayangnya. Anda melihat sekeliling dan menyadari bahwa dunia semakin gila.

Para monster keluar. Sebenarnya, mereka sudah lama keluar. Masalahnya? Semakin sulit untuk menemukan mereka dan membedakannya. Sebagian besar dari mereka terlihat benar-benar seperti manusia. Beberapa tampak tidak berbahaya dari luar.

Yang berbahaya adalah benak mereka. Pikiran mereka tidak bisa mudah ditebak.

Ini melibatkan pengajaran dan pembagian ideologi yang dipaksakan. Yang harus dilakukan dan cara menyebarkan kepercayaan palsu. Uang yang didapat, orang-orang tertentu yang dihujat. Ajaklah ‘massa yang tepat’ untuk mendukung ‘perjuangan’ Anda.

Yang mana mereka? Sayangnya, Anda tidak benar-benar tahu. Mereka bisa dimana saja dan siapa saja. Kadang-kadang Anda menghabiskan terlalu banyak waktu dan energi untuk mencurigai orang asing sehingga melupakan satu kemungkinan penting:

Mereka bahkan mungkin tidak se-asing itu. Bisa jadi Anda mengenal mereka atau bahkan lebih buruk – mereka teman terpercaya yang telah lama Anda percayai.

Menakutkan, bukan? Dikira Anda sudah mengenal semua orang cukup lama. Mungkin sampai batas tertentu, Anda benar-benar kenal. Mungkin ada sesuatu yang mengubah mereka. Anda mungkin telah pernah berbuat salah pada mereka dan tidak menyadarinya.

Mungkin mereka hanya memandang hidup dengan pahit. Kejahatan adalah pilihan – dan begitu pula kesombongan. Sama juga dengan ketidakpedulian. Siapa tahu? Siapa yang bisa benar-benar menebak? Dengan kemungkinan suram ini di dunia, terkadang sulit untuk tetap positif dan hanya main percaya orang lain. Rasanya menyulitkan untuk menemukan orang yang baik, tetapi bukan berarti itu tidak mungkin.

Harapan itu masih mungkin, tidak peduli seberapa kritis situasinya. Namun, harus ada keseimbangan. Tidak apa-apa untuk merasa bahagia dan memiliki keyakinan pada orang-orang lain. Lagipula, hal-hal itulah yang membuat harapan tetap hidup. Selalu ada alasan yang lebih baik untuk hidup.

Namun, jangan terlalu naif dalam mempercayai orang lain. Anda masih perlu mempersiapkan diri untuk ‘skenario terburuk’. Bukannya Anda menjadi pesimis. Anda hanya sseeorang yang realistis!

Jika orang mengolok-olok dan menyebut Anda paranoid karena menjadi seperti ini, maka mereka tidak tahu. Entah tidak tahu – atau memilih untuk menutup mata dan telinga. Entah mana yang lebih buruk.

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Mati Rasa?

Mati Rasa?

Kadang hanya mati rasa

yang ada di dalam dada

Lelah sudah lewat

Muak teramat pekat

Tuntutan demi tuntutan

tanpa keadilan

Pengkerdilan rasa

saat kau keberatan

Kata mereka,

kau (bisanya) emosi saja

Sulit meyakinkan otak bebal

yang suaranya selalu keras

meskipun opininya dangkal

Lama-lama malas

Edukasi itu pilihan

namun mereka utamakan

harga diri dan kesombongan

Mungkin juga sudah terlalu nyaman

Ada yang protes dan tak suka?

Merasa tertindas?

Bagi mereka, peduli setan

Yang penting mereka senang

dan selalu (di)menang(kan)

R.

Categories
#catatan-harian #lomba #menulis

Resolusi Traveling 2019 Saya: Ingin Mengunjungi Semarang

Resolusi Traveling 2019 Saya: Ingin Mengunjungi Semarang

Resolusi Traveling 2019? Jujur, saya tidak pernah serius menyusun rencana traveling. Bila kebetulan sedang ada biaya dan waktu, barulah saya bergerak. Biasanya, bila bukan traveling sendiri, saya akan pergi bersama keluarga atau sahabat dekat. Intinya, orang-orang yang paling saya percaya dan membuat saya merasa aman.

Bila traveling tidak sedang dalam rangka liburan, biasanya saya pergi untuk memenuhi undangan acara tertentu. Misalnya: acara kumpul penulis dalam komunitas. Alasan lain adalah ingin mengunjungi sahabat atau keluarga yang tinggal di kota atau negara lain.

Lalu, bagamana Resolusi Traveling 2019 saya kali ini? Tadinya saya ingin kembali ke Sydney, namun tidak yakin ada RedDoorz yang bisa saya andalkan selama liburan. Saya mungkin akan merepotkan sahabat lagi dengan menginap di rumah mereka, meskipun mungkin mereka akan bilang tidak keberatan.

Hmm, enaknya ke luar negeri lagi atau ke luar kota dulu saja, ya? Mungkin untuk Resolusi Tahun 2019 kali ini, saya akan memilih kota Semarang sebagai destinasi wisata. Pertama, saya punya sahabat yang sekarang tinggal di sana sejak menikah dan punya anak. Hanya sesekali kami dapat berjumpa, itu pun dia yang lebih sering ke Jakarta.

Alasan kedua, setiap kali ingin ke sana, entah kenapa rencana saya selalu batal. Mungkin karena memang belum jodoh kali, ya. Terakhir kali, seorang teman yang menikah di sana mengundang saya untuk datang, namun detik-detik terakhir saya malah berhalangan hadir.

Kata sahabat saya, Semarang punya banyak tempat wisata yang seru. Contohnya, ada Ayana Gedong Songo di Krajan, Banyukuning, Bandungan, yang tempatnya Instagrammable banget. Saya ingin menggunakan bubble tent, balon udara, hingga merasakan duduk di tengah kolam.

Berhubung Ayana Gedong Songo jauh dari pusat kota Semarang, sekalian refreshing. Sebagai mahluk ibukota, saya perlu dong, menjauh sementara dari hingar-bingar Jakarta.

Saya juga penasaran dengan Pondok Kopi Umbul Sidomukti. Terletak di kaki Gunung Ungaran (wah, ini lokasi rumah keluarga suami sahabat saya), saya ingin merasakan pengalaman ngopi di area terbuka yang adem.

Lalu, satu lokasi lagi di Ungaran yang ingin saya jajal adalah Watu Gunung. Terletak di Desa Lerep, Ungaran Barat, ada kolam pemandian dengan pemandangan Ungaran yang hijau dan sejuk di mata. Buat saya yang mudah stres karena kesibukan kerja yang seakan tiada habisnya di Jakarta, kabur sejenak ke sini kayaknya oke juga.

Masih banyak tempat-tempat wisata di Semarang yang ingin saya kunjungi, tapi bisa tidak habis-habis kalau dibahas semuanya di tulisan ini. Yang pasti, saya akan memilih naik kereta api untuk pergi ke Semarang. Selain lebih murah, saya juga tidak ingin terburu-buru dan menikmati perjalanan.

Lalu, di Semarang nanti akan menginap di mana?

Karena rencananya adalah Resolusi Traveling 2019 untuk diri sendiri, kali ini saya tidak mau merepotkan sahabat. Lagipula, lebih enak menginap sendiri dan bepergian sesuka hati tanpa merepotkan yang punya rumah. Untuk itu, saya akan memilih untuk menginap di RedDoorz.

Saya bersyukur RedDoorz tersebar di banyak lokasi di Indonesia. Di Semarang, saya bisa menemukan hotel RedDoorz di banyak tempat. Ada yang di Kota Lama, RedDoorz Plus di dekat Universitas Diponegoro, dekat Sam Poo Kong, dekat Java Mall hingga di Sultan Agung. Pokoknya, nuansa merah-putih yang menjadi logo mereka tidak akan mudah terlewat, deh.

Meskipun belum pernah sekali pun menginap di RedDoorz, saya sudah mendapatkan rekomendasi dari berbagai artikel yang saya lihat secara online. Dari fotonya tampak meyakinkan. Kamar tampak bersih terawat, hingga ke linen. Itu baru satu dari 6 guarantee services yang bisa didapatkan bila menginap di sana.

Lalu, bagaimana dengan yang lima lagi? Memang, meskipun kemungkinan besar saya akan lebih banyak jalan-jalan di luar ketimbang mendekam di kamar hotel, saya tetap membutuhkan kamar yang nyaman. Meskipun harga terjangkau, RedDoorz tidak akan membiarkan kamar mandinya kotor dan tampak mengerikan.

Servis lain yang menyenangkan termasuk perlengkapan mandi untuk tamu yang menginap. Bukannya saya tidak mau membawa shampo, sabun, dan pasta gigi sendiri, ya. Tapi, bisa saja tiba-tiba saya kehabisan di tengah jalan atau tanpa sengaja tertinggal. Daripada jauh-jauh belanja lagi, kamar hotel RedDoorz sudah menyediakannya.

Untuk menghemat konsumsi air minum, air mineral selalu tersedia di RedDoorz. Saya tinggal berbekal tumbler dan mengisinya sebelum bepergian. Saya juga bisa langsung membawanya bila air mineral berada dalam kemasan botol plastik. Jadi, saya tinggal memesan makanan saat bertualang kuliner selama di Semarang. Lagipula, minum air putih jauh lebih menyehatkan, bukan? Sehat di badan sekaligus hemat di pengeluaran.

Malam setiap kali habis berjalan-jalan mungkin bikin saya memilih untuk tetap berada di kamar hotel. Agar tidak kekurangan hiburan, ada televisi yang bisa saya tonton. Bila bosan, RedDoorz juga menyediakan koneksi wifi gratis. Jadi, saya masih bisa online meskipun sedang liburan. Hitung-hitung posting foto-foto hasil liburan ke akun media sosial saya, meskipun mungkin bagi beberapa orang telat.

Apakah saya akan berhasil memenuhi Resolusi Liburan 2019 ini dengan pergi ke Semarang? Semoga saja bisa, karena selain memang sedang membutuhkan istirahat, saya ingin berjumpa dengan sahabat sekaligus mencari ide tulisan yang menarik di blog saya.

Yang pasti, dengan menginap di RedDoorz, traveling jadi terasa lebih nyaman dan menyenangkan. Bisa jadi saya akan semakin ketagihan untuk traveling lagi sesudahnya.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Apa yang Kau Cari? (2)

Apa yang Kau Cari? (2)

Apa yang kau cari

di ruang ramai

oleh banyak nama

namun sekaligus sunyi?

Pesanmu panjang-panjang

tak tentu arah

makan tempat dan giliran

mata lelah

hati jengah

Kau seperti enggan mengalah

Kau mungkin tak peduli

Kau beberkan isi hati

tanpa sensor dan henti

berharap mereka mengerti

setuju kau yang sejati

Mereka pun bebas memilih

termasuk balas memaki

atau membiarkanmu tak terjawab lagi

karena lelah setengah mati…

Jadi, apa yang kau cari?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

Masalah Kepercayaan dan Pertanyaan Tak Terjawab

Masalah Kepercayaan dan Pertanyaan Tak Terjawab

Bagaimana bisa percaya dengan orang yang membuat Anda memiliki masalah kepercayaan serius dengan mereka? Ini tidak selalu soal Anda yang menjadi paranoid sekaligus perfeksionis. Anda tidak hanya punya alasan – entah itu alasan Anda atau bukan.

Anda punya bukti nyata.

Bagaimana bisa percaya dengan orang yang menjawab pertanyaan dengan lebih banyak pertanyaan? Kecuali sedang belajar Filsafat 101 atau ingin menyimpan masalah pribadi (dari orang yang suka menghakimi), ini masalah serius. Mengapa Anda menjawab pertanyaan dengan yang pertanyaan lain, bukannya jawaban yang jujur dan terus terang?

Terutama jika ini masalah penting, seperti menyangkut banyak orang. Melakukan hal ini sama saja dengan menghindari pertanyaan. Jadinya mereka akan tampak agak bodoh dan tidak peduli.

Bagaimana bisa percaya dengan orang yang tidak benar-benar ingin melihat masalah secara lebih terperinci yang harusnya mereka (bantu) selesaikan? Yang mereka bicarakan di atas panggung hanyalah teori. Kata-kata berat, tidak ada solusi yang jelas. Semua serba dengan istilah.

Sulit untuk berdiri tegak dan tetap kuat membela yang Anda yakini akhir-akhir ini. Politik selalu penuh dengan ranjau darat. Kadang-kadang, ranjau-ranjau tersebut dibentuk bahkan oleh sekutu yang dianggap paling dekat sekalipun. Wajah-wajah akrab yang dulu pernah Anda sebut teman, mungkin.

Bagaimana Anda percaya pada / memilih / memutuskan untuk menjamin / mempercayai siapa pun, ketika mereka terus memberi Anda lebih banyak alasan untuk meragukan mereka?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tiada Istirahat (Sungguhan) Untukmu…

Tiada Istirahat (Sungguhan) Untukmu…

Tiada istirahat untukmu

Tiada yang adil, sungguh

Bekerjalah terus

hingga lelah, diri tak terurus

Yang malas dan tak perlu kerja keras

mendapat lebih dari pantas

kesempatan emas

hadiah berkelas

Bagimu, istirahat itu tiada

Tak peduli hati terluka

Lapar bisa buatmu gila

Murka ancam bantai sesama

Ada yang merampas hakmu,

namun kau sudah muak berseteru

Mereka dengan santai berlalu

sesudah tancapkan sembilu

Persetan

Percuma dijadikan masalah

Mungkin banyak yang benar soal “terlalu baik”

Balasannya sedingin es pada stik

Untuk apa terima tipu daya munafik?

Jadi, tiada istirahat untukmu sekarang

Kamu sakit, persetan

Siapa yang peduli?

Semoga tidak (di)biasa(kan)

protes yang (dibiarkan) tenggelam

Jadi percuma, bukan?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis

5 Sebab Seseorang Meninggalkan Grup WhatsApp

5 Sebab Seseorang Meninggalkan Grup WhatsApp

Hmm, ini topik sensitif nggak, ya? Hehe, yang lagi (dan jangan-jangan selalu) sensitif ‘kan, soal politik dan SARA. Yang ini mah, udah nggak harus dibilangin lagi, yah? Banyak yang sudah pernah membahas tipe manusia yang berada di WAG (WhatsApp Group) alias grup WhatsApp. Tapi, gimana dengan sebab mereka ‘left’ atau ninggalin?

Ini dia 5 sebab seseorang meninggalkan WAG:

  1. Ponsel mereka lemot (terutama karena kebanyakan WAG.)

Tahu sendiri ‘kan, betapa ganggunya WA kalau dikit-dikit minta di-update? Apalagi kalau kapasitas ponsel nggak mumpuni. Alamat harus ganti SD card terus – atau beli ponsel yang baru sekalian. Yang banyak duit mah, enak. Kalau yang enggak atau masih nunggu kucuran dana? (Ups, curhat detected, hehehe.)

Nggak hanya banyaknya WAG, anggotanya juga ada yang rajin postingan random – entah bermanfaat atau sampah bernama ‘hoax’. Kadang Anda juga suka lupa (atau malas!) menghapus pesan WA yang bejibun – terutama dari si ‘dia’. (Uhuk!)

Solusinya? Biasanya mereka akan pamit dulu sama segrup sebelum ‘left’. Biasanya suka minta di-reinvite, entah dengan nomor lama tapi SD card baru atau nomor baru sekalian.

  • Mereka emang lagi sibuk banget.

Entah beneran atau basa-basi (padahal emang beneran mau leave aja), mending prasangka baik, deh. Tipe ini juga kurang lebih sama dengan yang pertama. Kenapa nggak jadi silent reader aja? Tergantung kapasitas ponsel sekaligus isi WAG-nya juga, sih.

Bisa saja, saat ini mereka hanya punya satu ponsel untuk semua hal, termasuk bekerja. Masalahnya, bisa jadi WAG yang ingin mereka tinggalkan (entah sementara atau selamanya, haiyah!) adalah grup yang ‘terlalu rame’. Pokoknya potensi distraction banget, deh!

Seperti yang pertama, mereka kadang masih ada yang suka pamit dulu atas nama sopan-santun. Yang lain langsung kabur begitu saja, entah kenapa.

  • Yang jarinya ‘selip’ atau ponselnya lagi dimainin anak kecil.

Niatnya mau ‘klik’ WAG buat kirim pesan, jadinya malah ‘delete’. Kasus lain yang hasilnya serupa, ponsel lagi dimainin anak atau keponakan yang masih kecil. Jadinya asal pencet, deh.

Nah, sambil lebih berhati-hati (bahkan kalau bisa anak kecil jangan dikasih ponsel dulu, biarin aja mereka nangis), mereka meminta tolong admin untuk reinvite.

  • Yang merasa ‘nggak sejalan’ dengan (mayoritas) isi WAG yang bersangkutan.

Nah, kalau yang seperti ini reaksinya macam-macam. Mulai dari yang diam saja terus mendadak ‘left’ hingga yang pake ‘bikin drama’ dulu. Biasa, sekalian ‘tes panggung digital’, berapa orang sih, yang merhatiin?

Bisa jadi, selama ini mereka merasa ‘tersisih’, alias kurang atau tidak diperhatikan seisi grup. Terdengar baper sih, tapi emang ada orang yang kayak begitu. Nggak hanya selalu butuh perhatian, mereka juga ingin setiap pendapat mereka disetujui tanpa syarat. (Aih, memangnya situ siapa, yah?)

Akibatnya, slek dikit sama anggota WAG lainnya – atau apalagi sama admin – bikin mereka mudah bete. Agak sulit berdiskusi baik-baik dengan model begini, soalnya mereka sangat gampang defensif. Padahal, mereka sendiri sebenarnya suka curang.

Curang? Ya, mereka nerapin standar ganda gitu, deh. Mereka berhak berpendapat, tapi yang lain harus sepakat.

Tapi, ada juga yang memilih meninggalkan WAG gara-gara isinya ‘toxic’ semua. Misalnya: hobi menggunjingkan sesama, ribut baper soal politik dan SARA, sharing gambar-gambar porno hingga lelucon-lelucon seksis. Giliran ditegur dan diprotes, yang menegur malah dikatain baper dan merusak suasana.

Daripada ikutan bodoh dan gila, mendingan keluar. Ya, nggak?

  • Yang (sok?) misterius.

Kalau yang ini, tahu-tahu ‘menghilang’ begitu saja. Terus, nggak kasih kabar maupun alasan mereka left WAG. Dengan kata lain: hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Ah, sudahlah. Siapa tahu mereka sedang butuh waktu. Bukan hak kita untuk memaksa. Intinya, selama mereka masih baik-baik saja, seharusnya nggak jadi masalah, tho?

Nah, kalau Anda biasanya left WAG kenapa? Hehehe…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Jika Dia Memang Segalanya…

Jika Dia Memang Segalanya…

Jika dia memang segalanya:

Mengapa mengeluh setiap dia selingkuh?

Perempuan lain kau anggap saingan

padahal kekasihmu yang bajingan

playboy kambuhan

Cinta…atau obsesi belaka?

Masa tak bisa hidup tanpanya?

Tarik kembali kendali hidupmu

Cari yang baru

Jangan biarkan dia

selamanya buatmu buta…

R.