Categories
#catatan-harian #menulis

Syarat di Balik Sebuah Pemberian

“No free lunches.”

Memang, nggak pernah benar-benar ada makan siang gratis. Kalo pun ada, rasanya jarang sekali. Anggap saja itu keberuntungan langka, terutama bagi Anda yang hidup di kota besar.

Mungkin saya terdengar sinis dan seperti kehilangan harapan. Tapi, jangan salah. Ada juga kok, yang beneran ikhlas membantu. Salah satu contohnya seorang teman yang semalam berhasil ‘menghidupkan’ kembali blog ini. Untuk itu, saya hanya mengucapkan banyak terima kasih. Apalagi, syarat darinya hanya satu:

“Teruslah menulis. Kamu udah di jalur yang tepat.”

Beruntunglah saya yang masih dikelilingi teman-teman yang baik ini. Tanpa mereka…ah, sudahlah. Nggak perlu jadi kelewat sentimental begini, dasar baperan! Hehehe…

Mungkin nggak semua seberuntung saya. Ada yang ditawarkan sesuatu oleh seseorang, namun syaratnya berat. Bisa jadi mereka harus membayar sejumlah uang, melakukan sesuatu, hingga mengorbankan waktu dan tenaga. Berbagai kemungkinan itu ada. Berhubung lagi membahas ini, saya penasaran:

Apa yang akan Anda lakukan bila seseorang ingin memberikan sesuatu, namun dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi?

Bagaimana pula bila pemberian tersebut sesungguhnya memang sudah menjadi hak Anda, namun mereka menahannya dengan banyak alasan? Apakah Anda akan terus memperjuangkannya, terutama bila memang lagi butuh dan syaratnya nggak begitu berat?

Bagi saya, semua itu tergantung konteksnya. Bila pemberian itu bagian dari kuis, mungkin saya akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum memutuskan. Misalnya: manfaat dari hadiah tersebut, persyaratannya tidak berat, hingga waktu dan tenaga yang ingin saya luangkan. Jadi, jawaban saya bisa iya atau tidak.

Namun, bagaimana bila yang mau diberikan sebenarnya sudah hak saya? Bila si pemberi masih aja menetapkan syarat untuk memperolehnya, apakah saya akan tetap memperjuangkannya, terutama bila emang lagi butuh banget dan syaratnya juga nggak berat-berat amat?

Jawaban saya: tidak. Untuk apa, bila sejak awal sudah terlihat jelas bahwa si pemberi hanya setengah hati atau tidak berniat memberikan hak saya? Mungkin ini harga diri yang berbicara. Namun, pada dasarnya, saya memang paling benci dan tidak sudi mengemis.

Berilah bila memang berniat, apalagi yang sudah menjadi hak mereka. Tidak perlu memperpanjang masalah dan membuat mereka susah.

R.

 

By adminruby

Pengajar, penerjemah, penulis, dan pemikir kritis. Jangan mudah baper sama semua tulisannya. Belum tentu sedang membicarakan Anda.

Juga dikenal sebagai RandomRuby di http://www.pikiranrandom.com/ dan GadisSenja di http://www.perjalanansenja.com/. Kontributor Trivia.id (http://trivia.id/@/rubyastari) dan beberapa media digital lain.

2 replies on “Syarat di Balik Sebuah Pemberian”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *