Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Sempurna

Naiklah tanpa berhenti

hingga ke lantai tertinggi

dengan tangga ini

Jangan menoleh ke belakang

meski tak ada saingan

meski ternyata kau sendirian

Teruslah maju

meski lelah dan jemu

meski muak menderamu

Tangga ini tak berujung

Kau mulai bingung

sebelum kembali jatuh tanpa untung

Sempurna?

Tiada

Hanya fatamorgana

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Penunggu yang Jemu

Penunggu yang Jemu

Mungkin kita harus pulang

meski jalanan belum lengang

Ini malam akhir pekan

namun pestanya membosankan

Kita sepasang penunggu

yang lama-lama jemu

oleh kesenangan semu

dan senyum-senyum palsu

Acara ini hanya pelarian

dari pahitnya kenyataan

semua ingin jadi bintang

haus perhatian

gila pengakuan

Kamu benar, aku juga bosan

Ayo, kita pulang

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“37

“37”

Tiga tahun menjelang 40

Apa yang masih utuh di benakmu?

Manfaatkan waktu

Tak usah banyak menunggu

Lakukansesuatu

Jangan lama termangu

Bukan masalah tua

Hanya angka

Semoga banyak berguna

Semoga tidak sia-sia

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Sejurus Prasangka dan Dengki Ratu Drama

Sejurus Prasangka dan Dengki Ratu Drama

Untuk apa kau ciptakan drama

demi menarik perhatian sesama?

Kejinya prasangka

Dengki luar biasa

 

Kau pikir kau tahu segalanya

Kau kira kau sempurna

Begitu cepat menghina

tanpa mencari tahu fakta

 

Astaga!

Kau pasti sangat kesepian

hingga begitu putus asa

dalam mencari perhatian

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Kembalilah…

Kembalilah…

Lupakan anyir darah

panas amarah

pedihnya kalah

atau kejamnya lelah

 

Masa lalu tak bisa kau ubah

namun kembalilah

ke masa kini

Tiada monster di sini

Hanya kasih dan damai

Doa agar kau bangkit kembali

 

Kembalilah

Jangan biarkan hantu-hantu itu

menyeretmu kembali ke masa lalu

Kau lebih kuat dari itu…

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Jangan Panggil Aku ‘Sayang’

Jangan Panggil Aku ‘Sayang’

Aku punya nama

Bisakah kau mengingatnya?

Identitas pemberian orang tua

di benakmu, seakan tiada harga

 

Mungkin kau kira kau romantis

Mungkin aku juga sinis

Aku juga bisa sadis

seiring sabar yang menipis

 

Jangan panggil aku ‘sayang’

meski niatmu mungkin tulus

Aku pernah dibuat berang

lelaki murahan berakal bulus

 

‘Sayang’ bisa jadi panggilan teraman

bagi yang suka permainkan

banyak perempuan

Tidak cukup satu cinta

Kalau bisa semua

sebanyak-banyaknya

tak perlu ingat nama

takut lupa

salah panggil mereka murka

 

Namaku bukan ‘sayang’

Sebutlah dengan benar

atau urusan kita kelar…

 

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Di Balik Topengmu

Di Balik Topengmu

Yang kulakukan hanya menunggu

diam membisu

hingga lepas topeng itu

dan tampaklah sosok aslimu

 

Hanya penipu

yang mengiraku

bodoh dan lugu

Hanya manusia biasa

namun bertingkah jumawa

bak putri raja…

 

…padahal kau bukan siapa-siapa

terlalu banyak gaya

yang dibeli dengan dusta

tumpukan hutang

namun masih lancang

dengan beerjanji macam-macam

permainkan hidup orang

 

Di balik topengmu,

kurasa kau malu

hingga tega fitnah sesama

yang hanya ingin hak mereka

 

Makanya,

jangan banyak gaya

Apa susahnya jujur saja?

 

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tegar

Tegar

Manusia kesal

dengan rumput liar

setiap dipangkas

tak pernah tuntas

selalu gagal

tumbuh besar

meski dilibas

sangat bebal

makin kasar

menembus batas

semua sabar…

 

Mampukah kau tegar

seperti rumput liar?

Mungkin mereka

tak selalu indah

tak sempurna

namun dirimu dapat bernapas

ada oksigen di udara…

 

Sisanya?

Jatah mereka…

 

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Halo, Hati yang Patah

Halo, Hati yang Patah

Halo, hati yang patah

Apa kabarmu?

Kau cukup berani mengakui

semua amarah dan lelah

di depan mereka malam itu

 

Aku juga benci

sakit hati karena dikhianati

namun masih membisu

ada luka menggelegak

saat mata kita bertemu

 

Ya, aku takut melangkah maju

dengan risiko mengusik hantu

yang masih menggantung di matamu

sementara monster yang sama

masih sering buatku terjaga

 

Wahai, hati yang patah

Semoga kau tak lagi merasa kalah

Aku sendiri juga lelah

dengan pulih yang lama

dan luka yang masih menganga

 

Mungkin sebaiknya,

aku berhenti memandangimu

meski diam-diam dari jauh

 

Aku takut

enggan melakukan kebodohan yang sama

Jangan

Jangan sekarang…

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Lelucon Usang Tentang Perempuan

Lelucon Usang Tentang Perempuan

Sepertinya kau masih terjebak di zaman batu,

demi kenyamanan egomu

Kau paksakan lelucon usang

anggapan klisemu tentang semua perempuan

 

Mengapa perempuan cenderung diam,

namun seakan selalu ingin dimengerti?

Jangan-jangan selama ini

malah kau yang tak tahu diri

menuntut mereka selalu paham dan menuruti

semua inginmu tanpa henti

atas nama ‘ego laki-laki’

 

Silakan,

teruslah berlagak bak komedian

membodohi semua orang

agar terus menertawakan yang sudah usang

tanpa peduli melihat di balik kenyataan

yang selama ini selalu kau remehkan

 

Masih ingin di zaman batu,

demi kian rapuhnya egomu

seiring waktu

atau memilih maju?

Bisa ‘kan, kau mulai lebih mendengarkan,

tanpa tuduhan maupun penghakiman?

 

Tanyakan

Jangan selalu berasumsi seenaknya

atau meremehkan ucapan mereka

sehingga kembali mereka diam

hanya untuk kau jadikan

lelucon usang yang memuakkan…

 

R.