“37”
Tiga tahun menjelang 40
Apa yang masih utuh di benakmu?
Manfaatkan waktu
Tak usah banyak menunggu
Lakukansesuatu
Jangan lama termangu
Bukan masalah tua
Hanya angka
Semoga banyak berguna
Semoga tidak sia-sia
R.
Tiga tahun menjelang 40
Apa yang masih utuh di benakmu?
Manfaatkan waktu
Tak usah banyak menunggu
Lakukansesuatu
Jangan lama termangu
Bukan masalah tua
Hanya angka
Semoga banyak berguna
Semoga tidak sia-sia
R.
Sejurus Prasangka dan Dengki Ratu Drama
Untuk apa kau ciptakan drama
demi menarik perhatian sesama?
Kejinya prasangka
Dengki luar biasa
Kau pikir kau tahu segalanya
Kau kira kau sempurna
Begitu cepat menghina
tanpa mencari tahu fakta
Astaga!
Kau pasti sangat kesepian
hingga begitu putus asa
dalam mencari perhatian
R.
Kembalilah…
Lupakan anyir darah
panas amarah
pedihnya kalah
atau kejamnya lelah
Masa lalu tak bisa kau ubah
namun kembalilah
ke masa kini
Tiada monster di sini
Hanya kasih dan damai
Doa agar kau bangkit kembali
Kembalilah
Jangan biarkan hantu-hantu itu
menyeretmu kembali ke masa lalu
Kau lebih kuat dari itu…
R.
Jangan Panggil Aku ‘Sayang’
Aku punya nama
Bisakah kau mengingatnya?
Identitas pemberian orang tua
di benakmu, seakan tiada harga
Mungkin kau kira kau romantis
Mungkin aku juga sinis
Aku juga bisa sadis
seiring sabar yang menipis
Jangan panggil aku ‘sayang’
meski niatmu mungkin tulus
Aku pernah dibuat berang
lelaki murahan berakal bulus
‘Sayang’ bisa jadi panggilan teraman
bagi yang suka permainkan
banyak perempuan
Tidak cukup satu cinta
Kalau bisa semua
sebanyak-banyaknya
tak perlu ingat nama
takut lupa
salah panggil mereka murka
Namaku bukan ‘sayang’
Sebutlah dengan benar
atau urusan kita kelar…
R.
Di Balik Topengmu
Yang kulakukan hanya menunggu
diam membisu
hingga lepas topeng itu
dan tampaklah sosok aslimu
Hanya penipu
yang mengiraku
bodoh dan lugu
Hanya manusia biasa
namun bertingkah jumawa
bak putri raja…
…padahal kau bukan siapa-siapa
terlalu banyak gaya
yang dibeli dengan dusta
tumpukan hutang
namun masih lancang
dengan beerjanji macam-macam
permainkan hidup orang
Di balik topengmu,
kurasa kau malu
hingga tega fitnah sesama
yang hanya ingin hak mereka
Makanya,
jangan banyak gaya
Apa susahnya jujur saja?
R.
Tegar
Manusia kesal
dengan rumput liar
setiap dipangkas
tak pernah tuntas
selalu gagal
tumbuh besar
meski dilibas
sangat bebal
makin kasar
menembus batas
semua sabar…
Mampukah kau tegar
seperti rumput liar?
Mungkin mereka
tak selalu indah
tak sempurna
namun dirimu dapat bernapas
ada oksigen di udara…
Sisanya?
Jatah mereka…
R.
Halo, Hati yang Patah
Halo, hati yang patah
Apa kabarmu?
Kau cukup berani mengakui
semua amarah dan lelah
di depan mereka malam itu
Aku juga benci
sakit hati karena dikhianati
namun masih membisu
ada luka menggelegak
saat mata kita bertemu
Ya, aku takut melangkah maju
dengan risiko mengusik hantu
yang masih menggantung di matamu
sementara monster yang sama
masih sering buatku terjaga
Wahai, hati yang patah
Semoga kau tak lagi merasa kalah
Aku sendiri juga lelah
dengan pulih yang lama
dan luka yang masih menganga
Mungkin sebaiknya,
aku berhenti memandangimu
meski diam-diam dari jauh
Aku takut
enggan melakukan kebodohan yang sama
Jangan
Jangan sekarang…
R.
Lelucon Usang Tentang Perempuan
Sepertinya kau masih terjebak di zaman batu,
demi kenyamanan egomu
Kau paksakan lelucon usang
anggapan klisemu tentang semua perempuan
Mengapa perempuan cenderung diam,
namun seakan selalu ingin dimengerti?
Jangan-jangan selama ini
malah kau yang tak tahu diri
menuntut mereka selalu paham dan menuruti
semua inginmu tanpa henti
atas nama ‘ego laki-laki’
Silakan,
teruslah berlagak bak komedian
membodohi semua orang
agar terus menertawakan yang sudah usang
tanpa peduli melihat di balik kenyataan
yang selama ini selalu kau remehkan
Masih ingin di zaman batu,
demi kian rapuhnya egomu
seiring waktu
atau memilih maju?
Bisa ‘kan, kau mulai lebih mendengarkan,
tanpa tuduhan maupun penghakiman?
Tanyakan
Jangan selalu berasumsi seenaknya
atau meremehkan ucapan mereka
sehingga kembali mereka diam
hanya untuk kau jadikan
lelucon usang yang memuakkan…
R.
Tidak!
Tidakkah kau dengar?
Aku bilang tidak
Apa?
Otakmu pengar, ya?
Tidak?
Aku tidak mengerti
tabiatmu, wahai lelaki
yang suka semaunya sendiri
merayu perempuan di sana-sini
namun masih menuntut calon istri
yang harus tetap suci
Masih tidak dengar?
Kubilang tidak
Aku tidak sedang sok jual mahal
Otakmu yang bebal
Mungkin sudah banyak yang mau
serahkan semua untukmu
Bukan aku
Ada rasa benci yang menunggu
waktu untuk meledak, tepat di mukamu
Masih tidak dengar kubilang tidak?
Baiklah.
Selamat kecewa.
Aku sudah lelah
dengan kamu yang menganggap semua perempuan
bisa dipermainkan,
sebelum dibuang seperti sampah!
R.
Belum Usai
Pertarungan belum usai
hingga tak ada sisa lagi
Lihat, masih tegak kau berdiri
Siapa yang perlu dikasihani?
Justru mereka yang tak tahu diri
terus menindasmu tanpa henti
Akan ada nasib berganti
saat mereka membayar semua pedih
dan kau menjulang lebih tinggi
Lihat saja nanti…
R.