Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“RINDU?”

“RINDU?”

Rindu?

Ah, gengsi aku

Untuk apa bilang begitu?

Bisa-bisa harga diri runtuh

Tapi, warasku juga jauh dari utuh

 

Duh, rindu

Kenapa harus ada itu?

Kenapa pula kita harus begitu jauh?

Padahal, bisa saja semua ini ilusi semu

Kata mereka, harusnya aku lebih tahu

 

Ah, aku benci dengan rindu

Paranoia ibarat langit kelabu

Bagaimana kalau jenuh,

lalu ada yang tergoda untuk…selingkuh?

Huh!

 

Haruskah aku malu

gara-gara rindu?

Apa kutepis saja gengsi itu,

agar dia tahu?

Lalu?

 

Ah, sudahlah

Setidaknya biar dia tahu

Mungkin dia juga rindu

Semoga dia tidak menertawakanku

agar aku segera bangun dari khayalan semu

 

Mana kutahu?

Ah, yang penting bilang dulu.

 

R.

(Jakarta, 12 Januari 2018 – 17:45)

 

 

Categories
#catatan-harian #lomba #menulis

“SAKIT? CEK DULU DI DOKTERBABE.COM”

“SAKIT? CEK DULU DI DOKTERBABE.COM”

Tinggal di kosan seorang diri sembari bekerja memang seru. Rasanya hidup jadi lebih mandiri, meski bukan berarti bebas banget juga, ya. Yang pasti, saya juga jadi belajar lebih bertanggung jawab sama diri sendiri, terutama dalam hal kesehatan tubuh.

Meskipun keluarga masih tinggal di kota yang sama, ada rasa enggan untuk selalu merepotkan mereka. Misalnya, selain nggak mau kembali jadi anak manja, rasanya percuma juga keluar dari rumah. Apalagi, seharusnya Mama yang diurus, bukan Mama yang masih mengurus anak-anaknya.

Meskipun termasuk agak ringkih karena gampang kena migren saat kelelahan, saya paling malas langsung ke dokter. Selain mahal, ada kalanya saya suka parno sendiri dengan diagnosis dokter.

Namun, berhubung bukan dokter, saya nggak mau sok tahu. Salah-salah, bukannya cepat sembuh, malah tambah parah. Bila kebetulan saya sudah pernah menderita migren dan tahu cara mengobatinya, saya cukup banyak minum air putih, istirahat yang cukup, dan tidak mengonsumsi makanan ber-MSG. Selain itu, saya juga suka baca-baca artikel kesehatan online seperti 5 Penyakit di Balik Sakit Kepala Belakang.

Tapi kalau sakitnya nggak kunjung reda, barulah saya beneran ke dokter. Minimal saya baca-baca dulu artikel kesehatan online untuk mencari diagnosis gejala yang mirip. Kalau pun ternyata tebakan saya salah, yang penting sudah lebih waspada dari awal – sekaligus menambah pengetahuan tentang kesehatan.

Nah, untung aja sekarang udah ada blog DokterBabe.com . Saya yang tadinya nggak gitu peduli sama kesehatan tubuh jadi lebih aware, meski tanpa harus jadi parno. Misalnya: bila gusi bengkak, dicari dulu kira-kira penyebabnya. Bila ternyata memang harus ada geraham bungsu yang dicabut, barulah saya ke dokter gigi.

Memang, DokterBabe bisa dibilang pertolongan pertama terkait pengetahuan tentang kesehatan. Berbagai tips kesehatan, mulai dari menu diet hingga cara mengobati diri sendiri, dijamin aman untuk diikuti. Selain itu, kita jadi lebih aware sama kesehatan tubuh kita. Mau langsung konsultasi sama DokterBabe? Bisa juga. Gratis lagi.

Sakit? Yuk, cari penyebabnya dulu di DokterBabe.com . Apalagi, desain yang berwarna-warni ceria dan nggak terlalu kaku bikin blog portal ini makin enak dibaca.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“BAHASA EGO-MU”

“BAHASA EGO-MU”

Tak perlu pamerkan usiamu,

kecerdasan, atau apa pun yang kau mau

Mungkin kau sudah terbiasa

berlaku seenaknya

tanpa peduli ada yang tak suka

apalagi sampai terluka

 

Kadar kedewasaanmu akan tampak

saat kritikan wajar buatmu tersentak

lalu kau menuduh mereka galak

sebelum pergi begitu saja

seperti anak manja yang marah dan kecewa

ngambek luar biasa…

 

R.

(Jakarta, 21 Januari 2018 – 14:45)

 

Categories
#catatan-harian #lomba #menulis

[BLOG COMPETITION]: “ASUS AMD – Laptop for Everyone”

[BLOG COMPETITION]: “ASUS AMD – Laptop for Everyone”

Meskipun masih berfungsi, akhir-akhir ini saya lagi khawatir banget sama laptop lama saya. Kenapa? Kadang terlalu lama menggunakannya, laptop lama-lama suka panas. Nggak hanya itu, kadang suka keluar bunyi aneh dari perangkat keras (hard drive) –nya.

Oh, ya. Sebelumnya kenalkan dulu. Nama saya Ruby dan bekerja sebagai pengajar Bahasa Inggris untuk kelas online, penulis konten lepas, dan penerjemah lepas. Ada kalanya saya juga nyambi jadi seorang copywriter. Mencari inspirasi di medsos sudah jadi kerjaan sehari-hari.

Nah, bisa dibayangin deh, seberapa sering saya harus pakai laptop. Belum lagi pas ngobrol-ngobrol di chatroom, entah pake voice chat atau video chat. Pastinya butuh waktu yang nggak sebentar, apalagi kalo sama klien. Hehe. Saya juga suka nulis blog (makanya ini blog saya).

Nah, berhubung ada kekhawatiran laptop ini ‘kecapekan’ lagi (sampai sempat harus direparasi dua kali), saya mutusin buat berburu laptop baru lagi. Namun, apa daya, budget belum tersedia. Jadilah saya mencoba peruntungan saya dengan lomba menulis blog untuk ASUS AMD – Laptop for Everyone.

Karena pekerjaan saya lebih banyak melibatkan tulis-menulis dan berinteraksi lewat chat platform, pilihan saya jatuh pada ASUS X555QA. Laptop seri ASUS X yang baru rilis tanggal 16 Desember 2017 kemarin ini nggak cuma terjangkau, namun performanya oke banget dan sesuai kebutuhan.

Desain ASUS X555QA

Dari segi desain, ASUS X555QA sih nggak terlalu aneh-aneh. Biasa aja. Karena lebih peduli fungsi, saya nggak masalah. Laptop ini kelihatan kokoh (meski jika mendapatkannya, saya nggak akan membantingnya untuk ngetes. Hahaha, gila apa?)

Meskipun kelihatannya gede dan cukup padat, ternyata ASUS X555QA nggak seberat tampak luarnya. Layarnya sih, 15.6 inci. Dimensinya 328 x 256 x 25.8 mm, tapi beratnya cuma…2,3 kg. Serius. Terus, papan ketiknya (keyboard) juga ada numpad di bagian kanan.

Fitur ASUS X555QA

Jujur, ada kalanya saat lagi kerja, kebosanan melanda. Jadinya, kadang saya nulis sambil dengerin musik, entah lewat playlist di laptop (yang isinya nggak seberapa), YouTube, SoundCloud, hingga baru-baru ini Spotify. Kalo acara TV lagi nggak asyik, saya lebih milih nonton film-film pendek di YouTube.

Makanya, resolusi layar 1366 x 768 pas banget buat kebutuhan saya. Warna-warna gambar yang dihasilkan cerah, tapi tanpa harus menyakitkan mata. Pokoknya nggak kelewat gelap maupun bikin silau. Terus, masih ada 1 port USB 2.0, satu lagi yang 3.0, hingga optical disk drive untuk super multi DVD.

Apa sih, ribetnya kalo punya lebih dari satu pekerjaan? Yap, file yang menggunung dan kadang suka bikin laptop crash. Udah dua kali hal ini terjadi sama laptop saya, makanya saya usaha mendapatkan laptop baru. Bisa nangis nanti kalo file kerjaan penting pada hilang semua.

Nah, laptop ASUS X555QA ini punya kapasitas RAM sebesar 4 GB dan 8 GB. Penyimpanannya sendiri berkapasitas 1 TB dengan perangkat HDD. Jadi, saya bisa simpan semua lesson plan, draf tulisan, hingga urusan terjemahan di dalam laptop sekaligus. Oh, ya. Sama playlist lagu-lagu favorit saya juga ada.

Kebetulan, saya bukan seorang online gamer. Memang kadang sesekali saya suka main online game, terutama untuk mengusir jenuh sejenak selama jam kerja. Namun, saya nggak akan lantas bela-belain save semua online game yang saya suka di laptop saya. Bisa nggak kuat dan crash lagi nanti.

Hmm, berhubung saya lebih sering menggunakan laptop di kamar kos, kantor, dan kadang-kadang kafe, daya tahan baterai yang kurang bagus mungkin masih bisa diakali. Yang penting sih, laptop ASUS X555QA bisa memenuhi kebutuhan saya sebagai pekerja fulltime sekaligus penulis dan penerjemah lepas.

Tentu saja, di luar semua pekerjaan saya yang bisa dibilang sudah banyak (sampai-sampai banyak teman yang bilang: “Elu gak ada capek-capeknya, apa?”), saya juga masih meluangkan waktu untuk menulis. Ya, entah itu puisi, fiksimini, cerpen, hingga artikel pendek.

Banyak keluarga, teman, dan kenalan lain yang juga tahu saya pernah menulis satu novel. Hmm, semoga dengan adanya ASUS X555QA, saya akan semakin semangat menciptakan karya-karya tulis berikutnya.

Artikel ini diikutsertakan pada Blog Competition ASUS AMD – Laptop For Everyone yang diselenggarakan oleh bocahrenyah.com

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“INIKAH TAHUN YANG TEPAT UNTUK CINTA?”

“INIKAH TAHUN YANG TEPAT UNTUK CINTA?”

Inikah tahun yang tepat untuk cinta?

Wajar aku bertanya

setelah menyimpan banyak cerita

yang lama dan penuh luka

 

Katanya: “Cobalah.”

Di sana dia menanti

terbukanya pintu ini

agar dia yakin menghampiri

 

Inikah tahun yang tepat untuk jatuh cinta?

Aku masih takut hati ini kembali patah

Jiwa ini kembali terkapar kalah

Sumpah, aku muak dan lelah

dengan hasil serupa – atau malah lebih parah

 

Kata mereka,

kali ini aku harus kembali percaya

Mungkin dia orangnya

Kata mereka,

aku pun berhak bahagia

 

Inikah tahun yang tepat untuk cinta?

Bila ya, bolehkah aku meminta?

Semoga kali ini aku cukup berani

membuka pintu ini

apa pun hasilnya nanti…

 

R.

(Jakarta, 1/1/2018 – 7:00 pm)

 

 

Categories
#catatan-harian #menulis

“7 CARA MEMASTIKAN TEMAN ONLINE BUKAN SCAMMER”

“7 CARA MEMASTIKAN TEMAN ONLINE BUKAN SCAMMER

“Hati-hati. Jangan-jangan dia scammer.”

“Halah, baru dirayu gitu aja udah klepek-klepek. Gimana ntar pas ketemu? Alamat elo gampang ditipu.”

“Orang mah, bisa ngomong apa aja di internet kalo mau. Elo harus bisa milah-milah kalo gak mau jadi korban juga.”

Sering banget dengar ucapan-ucapan skeptis di atas, saat tahu Anda punya teman online yang belum pernah Anda temui? Mungkin rasanya agak kesal, ya. Selain seperti berusaha merusak kebahagiaan pribadi, sekilas ada perasaan tertohok karena seperti dianggap…bodoh.

Meskipun cara mereka agak ketus, sebenarnya mereka peduli. Nggak apa-apa, sih. Apalagi, kasus penipuan lewat internet bukan berita baru lagi. Mulai dari permintaan titip barang dengan sejumlah uang transferan hingga…perdagangan gelap manusia. Hiiih!

Tapi, apa iya semuanya harus berakhir setragis itu? Ada juga kok, yang ketemu sahabat baik dan jodoh lewat internet. Banyak lagi. Biar nggak keburu parno dan langsung antipati, ada tujuh (7) cara untuk memastikan teman online Anda bukan seorang scammer:

  1. Biasanya, lebih aman kenalan di grup online komunitas tertentu daripada sekadar random chat.

Bukan berarti semua yang di random chat punya niat nggak bagus, ya. Kalau masih khawatir, mendingan lewat grup online komunitas tertentu saja. Contoh: klub penulis atau blogger. Biasanya sih, mereka menggunakan nama asli dan lebih jujur.

2. Mulai dari diri sendiri: jangan baperan alias terlalu berharap.

Ingat, dunia nyata beda sama film roman favoritmu. Jangan gampang percaya sama konsep basi bernama “jatuh cinta pada pandangan pertama”. Semua perlu proses, bahkan termasuk cara bikin mie instan sendiri. Jalani saja dulu. Apa pun hasilnya nanti, kamu harus berani memutuskan: mau lanjut apa udahan?

3. Pakai nama asli dan nggak ‘sok misterius’.

Dari mana bisa tahu nama mereka asli? Nah, ini cukup tricky. Yang pasti, kalau mereka pakai nama alias – bahkan yang alay – siap-siap hengkang aja. (Lagian kok seleranya gitu?) Apalagi kalau mereka ogah kasih nama asli, tapi menuntut Anda yang harus jujur sama mereka.

Silakan memanfaatkan mesin pencari Google dan sejenisnya, termasuk media sosial. Kalau nama mereka ‘pasaran’, cocokkan dengan cerita mereka untuk mendapatkan info tambahan.

4. Perhatikan tata bahasa mereka saat

Yang amatiran pasti bohongnya parah dan cepat ketahuan (terutama bila Anda sangat teliti.) Contoh: ngaku lulusan S2 dan dari luar negeri pula, tapi tata bahasanya berantakan saat chatting. Ngaku pernah lama di satu negara, tapi bahasa negara tersebut saja tidak tahu.

5. Berani video chat dan cukup sering.

Sekarang teknologi sudah lebih enak. Kalau dulu masih bisa pakai ID dan foto profil palsu. Sekarang sudah susah mengelak kalau dimintai video chat. Saat berinteraksi lewat media ini, Anda bisa menilai sendiri: mereka beneran mau jadi teman (atau pacar, misalnya) atau iseng doang?

6. Nggak pernah minta full ID atau menitipkan kiriman nggak jelas.

Nah, kalau ini modus khas andalan scammer. Minta data lengkap Anda, tapi nggak jelas buat apa. Mendadak mau menitipkan kiriman dari luar negeri, tapi entah kenapa bisa tertahan di bea cukai Malaysia. Anehnya, paket tersebut baru bisa disebut bila Anda mau mentransfer-

Ah, sudah pada tahu, ‘kan? Anggap saja tulisan remeh ini sebagai pengingat.

7. Minta tolong teman-teman yang berbakat ‘intel’ untuk diam-diam menyelidiki si teman online ini.

Masih takut juga? Saatnya mengambil langkah ini, apalagi bila si teman online sudah fixed mau mengunjungi Anda. (Lengkap dengan screenshot bukti tiket penerbangan, jadwal kunjungan, dan lain sebagainya.) Misalnya: teman yang berprofesi sebagai jurnalis, jagoan IT, hingga yang kebetulan tinggal di tempat yang sama dengan si teman online. (Siapa tahu juga ternyata mereka saling kenal.)

Sisanya? Tinggal berdoa dan berharap yang terbaik. Kalau mau ada yang menambahkan, boleh sekali.

Waspada dan hati-hati wajib. Sampai parno dan mencurigai semua orang yang mengajak kenalan lewat online sebagai scammer, kayaknya jangan sampai segitunya, deh. Kita nggak pernah tahu apakah mereka suatu saat akan membawa manfaat bagi kita.

Bahkan, kalau masih mau pakai mindset begitu, sebenarnya Anda sendiri juga bisa kok, berpotensi sebagai scammer. Cuma, apa untungnya, sih?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“KUBURAN TUAMU DI ALAM MIMPIKU”

“KUBURAN TUAMU DI ALAM MIMPIKU”

Ada mimpi aneh tentangmu

Kita di lahan terbuka

saat kau berkata:

“Di sinilah kukubur

sisa-sisa diriku yang dulu.”

 

Maka menggalilah kau

dengan separuh tenaga

dengan potongan kisah

yang tumpah-ruah

dari mulutmu yang terengah

sementara sisanya tersimpan

terpendam dalam-dalam

di bawah tanah.

 

Hampir selesai,

perlahan kau berhenti

Kupinta kau campakkan sekop itu,

saat kulihat gemetar lengan kekarmu.

 

“Tidak usah,”

kuyakinkan kamu

yang kini berekspresi beku.

“Aku tidak perlu melihatnya hari ini.

Toh, aku masih di sini.”

 

Ingin kuraih tanganmu,

namun aku kembali terbangun di kamar tidurku…

 

R.

(Jakarta, 3/1/2017 – 14:38)

 

Categories
#catatan-harian #menulis

“RAGAM MAKNA DIAM”

“RAGAM MAKNA DIAM”

Sudah lama saya tidak menulis di sini. Jujur, saya kangen. Kesibukan baru saya akhir-akhir ini memang membuat blog ini lama terbengkalai.

Jadi, mengapa tahu-tahu judulnya “Ragam Makna Diam”, seperti yang saya tulis di atas? Apakah saya sedang ingin ngambek dengan seseorang?

Haha, tebakan standar, bukan? Diam pasti memendam dendam…atau minimal ngambekan. Mungkin saya sudah pernah menulis hal ini.

Banyak yang mengartikan diam sebagai ngambek atau marah. Lagi musuhan? Daripada segera menyelesaikan masalah, mending diam-diaman saja. Antara malas ribut, gengsi, atau memang ingin menyingkirkan mereka dari hidup Anda dengan segera. Pokoknya, tunggu mereka yang harus ngomong duluan. Jangan sampai kalah.

Padahal, bisa saja sebenarnya Anda yang salah. Buat yang nggak mengagungkan gengsi dan harga diri – serta masih menganggap pihak lain berharga, mereka akan menganggap diam-diaman begini sebagai sifat kekanak-kanakan.

Ada yang memilih diam dengan alasan lebih bijak. Bisa saja, mereka selalu mendebat yang sama dan pakai ngotot pula. Intinya, Anda harus mengakui mereka benar dan Anda (serta orang lain) selalu salah, barulah mereka berhenti merongrong seperti anak kecil yang tengah merajuk. Bikin malas, ‘kan? Daripada buang-buang tenaga, mending diam. Toh, masih banyak pekerjaan lain yang lebih penting.

Ada yang diam karena sedang lelah, sakit, atau mungkin juga muak. Ada juga yang tidak perlu alasan. Kalau memang lagi ingin diam, terus kenapa? Banyak yang lupa bahwa kadang diam itu masih jauh lebih baik daripada banyak bicara, namun ucapannya sama sekali nggak berguna. Bikin sakit hati atau sumber berisik saja.

Lagipula, diam pun seharusnya juga bisa dinikmati. Dua orang yang sudah sangat dekat biasanya sudah tidak perlu (terlalu) banyak bicara lagi.

Bagaimana dengan saya? Buat saya, diamnya seseorang kadang mempunyai keuntungan tersendiri, seperti:

  1. Nggak perlu dicerewetin orang lain terus (apalagi untuk masalah yang itu-itu lagi), jadi saya bisa konsen ke hal lain yang lebih penting. (Percayalah, menulis pun butuh ketenangan.)
  2. Saya bisa memperhatikan “hal-hal yang tidak mereka katakan”, padahal sebenarnya sangat ingin mereka ungkapkan. Kadang mata, ekspresi wajah, sama gerak tubuh suka nggak sinkron dengan ucapan mereka.

Bagaimana dengan Anda? Yang mana arti diam Anda?

Semoga di tahun 2018 nanti, kita semakin bijak dalam berucap – dan tidak selalu menghindari masalah dengan bungkam seribu bahasa…

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“GADIS YANG INGIN MENJADI MANUSIA SUPER”

“GADIS YANG INGIN MENJADI MANUSIA SUPER”

Cita-citanya masih sama

agar dia selalu kuat

tidak mudah terluka

terutama oleh para bangsat

 

Cita-citanya masih sama

namun usia sudah bicara

membuatnya kecewa

dan lagi-lagi terluka

 

Andai dunia selalu aman

mungkin dia akan punya

cita-cita yang sama sekali berbeda

bukan kemustahilan…

 

R.

(Jakarta, 8/9/2017 – 3:40 pm)

 

Categories
#catatan-harian #fiksimini #menulis

“DALAM MIMPIMU” (Kecemasan Seorang Ibu)

“DALAM MIMPIMU” (Kecemasan Seorang Ibu)

Tidak ada yang memintamu untuk selalu tangguh. Entah dari mana kamu bisa mendapatkan pemikiran seperti itu.

Beberapa bulan sesudah pemakaman ayahmu, kamu pindah. Pekerjaan barumu jauh dari rumah. Kamu perlu menyewa kamar kos, karena lalu lintas semakin gila macetnya.

Seperti semua ibu, Mama tidak mau kamu pergi. Andai saja Mama selalu bisa menahanmu agar tetap di sini.

Tentu saja, Mama juga tahu bahwa kamu tidak akan bahagia bila begitu. Mama tahu ini bukan berarti kamu tidak sayang Mama lagi, apa pun tuduhan mereka terhadapmu. Sejak usia 18, kamu sudah amat menginginkan hidup mandiri.

“Lagipula,” katamu, “harusnya sekarang giliran aku menjaga Mama, bukan sebaliknya.”

Aku mendesah. Baiklah.

Tiga tahun kemudian, semua masih sama. Kita hidup terpisah, meski masih satu kota. Hanya sesekali kamu pulang, itu pun saat akhir pekan. Kadang kita bertemu di mal atau restoran dan berdua seharian.

Mama kangen kamu. Mama kangen saat-saat itu di beranda depan pada Minggu pagi, sambil mengerjakan TTS koran Minggu sementara kita minum kopi. Kadang kamu membawa buku untuk dibaca atau menulis di buku catatanmu.

Kita sudah jarang mengobrol. Mama mengerti, kamu sibuk. Kamu juga sudah dewasa. Mungkin kamu merasa sudah waktunya belajar menyelesaikan masalahmu sendiri.

Jangan berharap yang tidak-tidak. Kamu tahu banyak yang tidak menanggapi peringatan itu dengan serius.

Kamu pulang akhir pekan itu. Seperti biasa, malam itu kamu tidur di kamar lamamu. Mama sedang melewati pintu kamarmu saat Mama mendengar kamu seperti sedang menggumam. Sepertinya kamu sedang mengigau, jadi Mama membuka pintu dan masuk ke kamarmu.

“Stop.” Keningmu berkerut saat tidur. Kamu tampak marah. “Stop. Sudah. Jangan lihat Kakak terus! Lihat aku. Aku juga anak Mama, tahu!”

Mama tertegun, sulit untuk mempercayai yang barusan Mama dengar. Itukah penyebab kamu berhenti bercerita sama Mama? Kamu pikir Mama lebih sayang kakakmu?

Itu tidak benar. Kamu tahu Mama juga sayang kamu. Masalahnya, selama ini kakakmu-lah yang paling banyak menuntut perhatian. Kamu lebih banyak diam saja. Selama ini, Mama kira kamu baik-baik saja.

Maaf bila kamu merasa kamu sudah tidak bisa bercerita lagi sama Mama…

“Aku kangen Tobey…”

Kali ini kamu terdengar sedih. Hati Mama ikutan pilu. Kamu selalu ingin punya seorang abang. Mama juga sayang dengan sahabat kamu yang bermata hazel. Tobey selalu menjagamu. Dia selalu perhatian saat dekat.

Mama tahu kamu selalu kangen setiap kali dia pulang ke negaranya, sayang…

Mama kira hanya itu, namun kemudian kamu menyebut nama lain dalam tidurmu:

“Max…jangan.”

Siapa itu? Kali ini kerutan di dahimu tidak hanya karena amarah, namun juga…rasa takut. Kamu pun mulai bergerak gelisah dalam tidurmu, masih sambil mengigau. Suara igauanmu bertambah jelas.

“Stop. Aku nggak mau, Max, hentikan! Kamu bikin sakit ini.”

Darah Mama membeku. Max itu siapa, sayang? Kenapa dia sampai menyakitimu?

Mama terpaksa mencengkeram kedua tanganmu saat kamu mulai mencakar-cakar lenganmu sendiri. Bukan, bukan mencakar, Mama menyadari sesuatu. Kamu seperti sedang berusaha melepaskan cengkeraman seseorang di tanganmu.

“Lepaskan, Max. Kubilang jangan! Stop, kamu menyakiti aku.” Sekarang kamu menangis. Sambil memohon, Mama membangunkanmu:

“Bangun. Sayang, bangunlah!”

Akhirnya kamu berhenti menangis dan berguncang, lalu membuka mata. Mama kira kamu sudah benar-benar bangun, jadi Mama hanya membujuk, “Sssh, udah nggak apa-apa. Kau nggak apa-apa. Sssh…”

Lalu kamu kembali jatuh tertidur. Sepanjang sisa malam itu, Mama berbaring di sampingmu, memegang tangan dan membelai rambutmu…

— // —

Kamu terlihat begitu berbeda keesokan harinya. Tak ada ekspresi merengut maupun air mata. Apa Mama hanya berkhayal semalam, ya? Kamu tersenyum sambil menghabiskan sarapanmu.

“Mama nggak apa-apa?”

“Apa? Oh, nggak apa-apa.” Lalu Mama pun ikut sarapan. Suasana sunyi, hanya suara sendok kita yang beradu pada mangkuk.

Setelah itu, tibalah saatmu untuk pergi lagi. Akhir pekan hampir berlalu. Saatnya menyambut awal minggu yang baru. Saatnya bekerja kembali.

“Kamu perlu bawa sesuatu?” Mama ingin tahu. Saat kamu hanya menggeleng, Mama hanya bisa tersenyum dan berharap, “Jaga diri baik-baik ya, nak.”

“Aku sangat sayang Mama.” Kamu balas tersenyum, yang membuat Mama seperti melihat hantu papamu selama beberapa saat. Mama jadi sesak dan membatin:

Aku gagal ya, Ray? Coba kamu masih di sini. Kamu selalu lebih memahaminya.

Entah mengapa, tatapanmu itu mendadak mengingatkan Mama akan waktu kamu berumur enam tahun dan tidak sengaja memecahkan keramik kesayangan Mama. Waktu itu kamu tidak menangis, namun matamu menyiratkan rasa takut – seperti sebuah permintaan maaf dalam diam.

“Mama juga sayang kamu, nak.” Yah. Lagi-lagi Mama melewatkan kesempatan itu. Mama hanya diam berdiri saat kamu mencium pipi Mama, lalu berbalik dan pergi. Saat pintu tertutup, Mama pun terduduk dan menangis.

Apakah kamu juga menyembunyikan air matamu setiap kali berbalik? Mama rasa, mimpi serammu semalam sudah cukup memberikan petunjuk. Mama sudah mendengar semuanya lebih dari cukup.

Tapi, bagaimana Mama bisa membujukmu agar mau cerita saat kamu bangun? Bagaimana cara Mama meyakinkanmu, Mama tidak akan marah? Mama janji, sayang, biarpun Mama belum tentu siap mendengar semuanya. Mama hanya ingin tahu apa yang menggelisahkanmu akhir-akhir ini.

Tolong, kamu bisa cerita sama Mama…

Tidak pernah ada yang meminta kamu untuk selalu kuat, jadi Mama tidak mengerti kenapa kamu tetap memilih demikian…

R.