Sebut Saja Mereka Teman-teman … dengan Beda Peran …
Percakapan dengan seorang sahabat membuatku berpikir soal pertemanan di usia dewasa. Singkat cerita, dia menyebut bahwa aku salah satu teman yang masih bertahan lama dalam hitungan tahun. Kebanyakan orang yang pernah ditemuinya datang dan pergi.
“Namanya juga hidup.” Aku hanya tersenyum. Berhubung sahabat delapan tahun lebih muda, sepertinya dia baru meresapi realita ini.
Mungkin aku sudah terlalu sering menulis tentang pertemanan di usia dewasa. Butuh kedewasaan tingkat tinggi, termasuk kesabaran, kerelaan, hingga pemakluman, saat menyadari bahwa kita semua sibuk. Kita punya prioritas masing-masing.
Makanya, mungkin aku bukan teman yang cocok untuk manusia tipe perengek. Tahu ‘kan, yang modelnya suka mengeluh atau nyinyir kayak gini?
“Semua orang sibuk. Tapi kalo mereka gak ada usaha untuk ngajak ketemuan atau minimal jaga komunikasi, berarti elo gak sepenting itu dalam hidup mereka!”
Sori, bukannya nggak mau usaha, ya. Tapi, ada kalanya kita memang nggak bisa memaksa keadaan.
Contoh: teman lajang dan teman yang sudah menikah, apalagi sampai punya anak. Pastinya prioritas mereka berbeda, dong? Sebagai teman yang lajang, kamu nggak berhak marah saat temanmu tiba-tiba membatalkan janji ketemu gara-gara si kecil mendadak sakit.
Begitu pula bila teman lajang, tapi kamu-nya udah nikah dan punya anak. Jangan mentang-mentang mereka masih lajang, kamu main asumsi mereka nggak banyak kegiatan, ya.
Begitu pula saat salah satu kena masalah serius. Kalo di film-film ‘kan, biasanya para bestie (sahabat) langsung all-out terjun membantu. Ingat, di usia dewasa di dunia nyata, semua orang punya masalah masing-masing. Bahkan, bisa jadi mereka yang masalahnya lebih berat pun malah memilih tidak bercerita pada siapa pun.
Jadi, kurang-kurangilah merasa paling malang di dunia ini. Ingat, kamu bukan pusat semesta. Percuma main adu nasib segala. Gak semuanya harus tentang kamu.
Anggap saja teman-temanmu hadir dengan pesan yang berbeda-beda. Ada yang emang hanya buat senang-senang, giliran kamu susah – mereka menghilang. Ada yang hanya bisa jadi pendengar yang baik, tapi sayangnya belum tentu bisa membantu menyelesaikan masalahmu.
Ada teman yang mungkin awalnya terkesan cuek. Bahkan, bisa dibilang kalian nyaris nggak pernah ngobrol. Eh, pas tahu kamu lagi kena masalah, justru mereka malah jadi orang-orang pertama yang nolongin kamu duluan. Bahkan, dengan terang-terangan mereka bilang, “Gak usah diganti, mumpung gue lagi bisa bantu aja.”
Keren banget, ya? Tapi, apakah artinya teman-temanmu yang nggak kayak gitu berarti bukan teman-teman yang baik? Belum tentu. Bisa jadi mereka sedang tidak bisa, karena tengah punya masalah sendiri.
Intinya, setiap orang pernah, sedang, atau akan mampir dalam kehidupan kita mempunya peran mereka masing-masing. Ada yang hanya satu atau dua peran, ada yang bisa multiperan. Bersyukurlah bila kamu mendapatkan model teman yang terakhir. Jangan pernah kamu sia-siakan. Baik-baiklah sama mereka.
Lalu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga bisa jadi teman seperti itu? Bila tidak, maka kurang-kurangilah kebiasaan menuntut teman agar sesempurna harapanmu. Percayalah, standar ganda gak se-asik itu!
Sah-sah saja bila kamu tetap ingin menganggap semuanya teman, meskipun belum tentu mereka akan selalu hadir untukmu. Yah, asal kamu terima kalo peran mereka mungkin beda-beda … dan belum tentu akan selalu hadir untukmu …
R.