Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“CINTA…ATAU OBSESI?”

“Cinta…atau Obsesi?”

Jangan bengong

Sibukkan diri

Jangan sampai pikiran kosong

Salah-salah gila sendiri

 

Sudah, berhentilah memikirkannya

dia, yang belum tentu pasti

Yakin ini cinta?

Jangan-jangan cuma obsesi

 

Bolehlah kagum atau suka

Jangan lupa menjaga hati

Bila bukan dia orangnya,

setidaknya kamu lebih waras kali ini

 

Semoga kali ini benar-benar cinta yang nyata,

bukan hanya obsesi

Ya, kamu sudah muak dengan luka yang sama

Jangan sampai tertipu lagi…

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“TERLALU DINI UNTUK CINTA?”

“Terlalu Dini untuk Cinta?”

Enggan kusebut ini cinta

Terlalu dini rasanya

mengingat kita jarang berjumpa

 

Kurasa ini masih ambigu

dan aku masih terlalu malu

Mungkin kau tertawa bila tahu

 

Namun ada yang nyata

seperti senyum itu yang mencipta bahagia

atau sajak-sajakmu penembus sukma…

 

…atau air matamu yang membuat pilu

Ah, rasanya aku terlalu lama terpaku

Mungkin ini hanya angan-angan semu

 

Mungkin terlalu dini

Mungkin aku yang harus tahu diri

jangan berharap pada yang belum pasti…

 

Barangkali ini juga ilusi

ibarat candu abadi

penawar rindu dalam sunyi

mencoba berdamai dengan sepi…

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“KAU TIDAK PERNAH TAHU”

“Kau Tidak Pernah Tahu”

Kau hanya tahu nama

tanpa pernah ingin mengenalnya

Kau hapal wajah

namun curhatnya mungkin bikin kau lelah

 

Kau terlalu bahagia

Ya, tiada yang sempurna

Kau kira kau tahu semua

termasuk cara menyelamatkan nyawa

 

Kau tidak pernah benar-benar tahu

Kau hanya tahu mereka menyerah

mengejar alam barzah

kalah oleh masalah

 

Bagimu mereka pengecut

yang baru segitu sudah kalut

Kamu sibuk bikin status tentang mereka

jiwa-jiwa merana

tanpa peduli kawan dan keluarga

yang kehilangan dan berduka

lalu kian terluka

setelah membaca gunjinganmu di social media…

 

Kau kira kau tahu segalanya

tapi bahkan enggan mendekati mereka

mengajak bicara

menjadi pendengar yang sabar

mencegah mereka menyerah…

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“UNTUK PUJANGGA DENGAN SAJAK-SAJAK INDAHNYA”

“Untuk Pujangga dengan Sajak-sajak Indahnya”

Terlalu malu kusebut namamu

terutama karena kita jarang bertemu

Ah, siapakah aku?

Hanya sosok yang senang belajar selalu

 

Kau tak tahu

wajahmu mulai terpatri di benakku

Mungkin karena sajak-sajak itu

menumbuhkan rasa yang mungkin masih ambigu

atau malah semu dan tabu

 

Untuk saat ini,

aku hanya ingin menikmati sajak-sajakmu

Mungkin aku masih belum berani

berharap lebih dari itu…

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“CERMIN UNTUK SANG PRIMADONA”

“Cermin untuk Sang Primadona”

Terkejutlah, wahai sang primadona

kau yang gemar pura-pura

berlagak bersahaja

hanya agar dikagumi semua

namun dusta adanya

 

Ada tipu dalam senyummu

Sikap manis yang palsu

Kau kira kau begitu lucu

setiap kali merendahkanku

 

Aku tak heran, wahai primadona

Aku sudah biasa dihina

termasuk dianggap perasa

Lama-lama aku diam saja

 

Akan ada masa

tabirmu tersibak sempurna

di depan mereka semua

yang melihatmu apa adanya

 

Ah, sekian saja

Ternyata kau punya cacat yang sama

Selamat berkaca

Aku bahkan tak lagi perlu berucap apa-apa…

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“NYATA”

“Nyata”

Akulah nyata bagimu

bukan saat kita saling melempar senyum

atau saling menatap geli dengan senyum dikulum

bahkan bukan selalu saat-saat bahagia itu

 

Aku lebih nyata bagimu

saat benakmu penuh ide-ide itu

agar aku sesuai yang kau mau

namun kau sama sekali tak mengenalku

 

Aku semakin nyata bagimu

bukan sosok ideal, sesuai kriteria

yang akan selalu buatmu bahagia

Ah, kata siapa kamu sendiri segalanya?

 

Aku nyata,

meski di matamu takkan pernah sempurna

Selamat kecewa

karena kau sendiri lupa berkaca…

 

Memangnya kau pikir kau dewa?

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“KABUT BENAK”

“Kabut Benak”

Kabut menggayut

benak gelap tersaput

Ada lelah dan kalut

 

Wajah-wajah hantu

di balik kabut nan beku

Panas-dingin sendi mengilu

Hati pedih tertikam sembilu

 

Kabut benak

terseret ke peraduan, kau diajak

Lupakan penat

Longgarkan sesak

Belajar pasrah

menerima lelah dan kalah…

 

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“CEMBURU”

“Cemburu”

Oh, cemburu

Cinta berbelenggu

Perasaan memiliki itu

mengubah rela menjadi paksa

menjajah sesama manusia

yang harusnya bahagia

 

bukan curiga

bahkan murka

hingga gelap mata

Serasa properti

sesak setengah mati

sulit jadi diri sendiri

 

Cemburu

ibarat amarah yang tak mau tahu

rindu dan dendam bersatu

membakar jiwa hingga membara

menyisakan hati penuh luka

oleh benak berprasangka

 

hingga tak sadar

semua kau buat buyar

hingga akhirnya bubar!

 

R.

(Jakarta, 14 Februari 2017 – 9:00)

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“‘TIDAK’ ARTINYA ‘TIDAK'”

‘Tidak’ Artinya Tidak”

Mata menerawang

jauh ke depan

Sosok familiar

berubah total

menjawab tantangan

demi rasa penasaran

 

Tubuh (di)rusak

Jiwa berontak

sebelum total (di)rombak

Hilang pegangan

Tiada yang aman

terlambat menolak

 

“Yang penting senang.”

Benarkah demikian?

Dia yang untung

Kau yang buntung

Ikuti maunya

berakhir terluka

 

Cinta?

Ah, tidak juga

Dia pura-pura

Kau tidak tahu apa-apa

Berikan semua

tapi belum tentu menerima

 

Dia akan pergi

Kau kembali sendiri

Banyak yang baru

dan kau akan tergugu

Dunia tak mau tahu

hanya menganggapmu

murahan dan dungu

 

Tinggal rasa benci

Tiada sisa lagi

Masihkah harga diri

dengan tubuh ini?

Dia tak peduli

banyak yang sakit hati

 

Mata selesai

menerawang dengan ngeri

Oh, prediksi

Diri terselamatkan Ilahi

dari mahluk tak tahu diri

budak birahi

 

Tataplah dia

Usahakan tak tergoda

Katakan “Tidak!”

dengan tegas dan apa adanya

Jika dia murka,

tinggalkan saja

 

Kau terlalu berharga

Dia begitu hina

Lebih baik cari yang lain saja

Daripada dengannya,

berakhir sia-sia

bahkan terseret ke neraka…

 

R.

 

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

“PADA SUATU MASA, KAU MENGUSIK IMANNYA”

“Pada Suatu Masa, Kau Mengusik Imannya”

Pada suatu masa

kau masuk ke dalam hidupnya

memberi ilusi cinta

membuatnya berharap dan terluka

 

Pada masa lainnya

kau hengkang begitu saja

sempat membuatnya hampa

hingga bertumbuh murka

 

Masih ada masa berikutnya

hati beku oleh amarah

Benci telah mengubah isi hati

selalu meragukan cinta

 

Karenamu, kini dia berbeda

Tak lagi naif dan mudah percaya

Berdirilah di hadapannya

Sorot matanya tak lagi sama

 

Demi masa dari semua masa

semoga dia selalu dilindungi Sang Pencipta

dari semua bahaya

termasuk yang ingin menyakitinya

 

Jangan, jangan lagi mengganggunya

bila tidak bisa menjanjikan apa-apa

dan akhirnya kembali pergi juga

Dia sudah muak dengan air mata…

 

R.

(Jakarta, 16 Januari 2017 – 17:25)