Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Monster Bermulut Manis

Monster Bermulut Manis

Aku pernah bertemu monster

yang bermulut manis

sangat meyakinkan

seakan kami punya hubungan

Monster ini tidak menakutkan

Bahkan, dia sangat tampan

Namun, ada yang terasa mengancam

semakin kamu mengenalnya

Hanya soal waktu,

sebelum dia gunakan rupa bagai senjata

selihai pawang ular

demi dapatkan dirimu di ruang eksekusinya

Bagaimana aku bebas?

Campuran permainan pikiran

sebelum akhirnya ditinggalkan

Seharusnya aku lebih waspada

Aku lolos darinya dan bertahan

Hanya itu yang harus kulakukan

Banyak luka trauma

Sebaiknya tak kutunjukkan semua

Anggaplah aku baik-baik saja

masih hidup dan bernapas

Satu masalah

yang masih buatku cemas

Monster itu telah mainkan semua kartu

dan ucapkan semua kata manis itu

Lain kali, saat bertemu sosok baru

namun dengan mulut manis yang sama,

bagaimana aku akan percaya

bahwa dia sebaik-baiknya lelaki?

Akan aman tidak, ya?

Bagaimana cara mencari tahu

bahwa dia bukan monster bermulut manis

yang akan siap melemparku ke ruang eksekusi?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tidak Aman?

Tidak Aman?

Aku bukan hewan

yang harus dalam kurungan

atau keluar dengan tali kekang

dengan kamu sebagai sang tuan

Katamu, di luar tidak aman

Sosok sepertiku rawan diserang

apalagi sendirian

Salahku?

Bukan

Salah mereka yang kelewatan

Norak, seperti tak pernah lihat perempuan

padahal tak sudi dianggap binatang

Tidak aman?

Bukan salah siapa pun yang keluar sendirian

Anjing saja masih pilih-pilih makanan

Kenapa yang (merasa) lebih berakal tidak bisa tahan?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Sekaratnya Asa

Sekaratnya Asa

Bagai kendaraan dengan seperempat isi bensin,

atau 50 ribu terakhir di ATM

seperti atlet lelah selepas marathon,

padahal masih ada sisa satu putaran

Bagai pembicaraan tanpa henti

dengan si narsis penuntut

yang ingin kamu harus sehat

seperti petarung jalanan

yang melihat lawan

di setiap pojokan,

saat kamu hanya ingin pulang

Bagaimana cara bercerita

bahwa kamu tidak selalu baik-baik saja?

Senyum palsu sok tegar

Mungkin kamu butuh liburan

Haruskah maju,

meski sendirian?

Sulit percaya orang,

setelah terakhir kali kau dijatuhkan

tanpa ampun, ke lubang terdalam?

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Memuliakan?

Memuliakan?

“Oh, tapi kami menghormati kalian.”

Pada saat yang sama, kalian membuat kami sendu.

Kalian paksa kami di rumah,

sementara kalian berkeliaran tak tentu arah.

Manusiawi?

Kami diperlakukan bagai properti

hanya dilihat dari penampilan,

peduli setan

bila kami juga punya pikiran, pendapat, dan perasaan.

“Oh, tapi kami memang menghormati kalian.”

Terus, kenapa enggan mendengar?

Kenapa semua ucapan kami diragukan?

Kalian tidak benar-benar peduli,

terus pertanyakan ‘rasionalitas’ kami

namun menuntut agar kami selalu menuruti

agar kalian puas setengah mati

Lagak superior kalian sungguh memuakkan!

“Oh, tapi kami sungguh menghormati kalian.”

Ya, terserahlah.

Mempertanyakan atau mendebat kalian sama saja kembali ribut hingga lelah.

Jujur, beginilah cara kalian memuliakan kami.

Cukup omong kosong tentang rasa hormat

yang gemar kalian gembar-gemborkan

bila bukti menunjukkan sebaliknya.

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tanya dan Gadai Rasa Percaya

Tanya dan Gadai Rasa Percaya

Tanya dengan tanya

Kau jawab dengan tanya

Sedikit yang kau ucap,

meski kau banyak cakap

Kau harap kami paham

meski iman jadi dagangan

jargon dalam percakapan

polemik tanpa penyelesaian

Kau tambah tanda tanya

melayang di udara

meski bukan bintang di angkasa

tiada cahaya

hanya potensi luka

Tanya dengan tanya…dan banyak tanya

Rasa percaya langka

nyata adanya

Kenapa tidak kau jawab saja

seperti orang biasa?

Sial!

Aku lupa dirimu

yang harus berpolemik

tanpa tahu tujuanmu

Hanya politik

yang harus kita terima di sini…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

TIGRESS: Hidup Lewat Mata Ayu Meutia, ‘Sang Harimau Betina’

TIGRESS: Hidup Lewat Mata Ayu Meutia, ‘Sang Harimau Betina’

Bagaimana hidup melalui mata ‘Sang Harimau Betina’?

Beruntung saya telah diperkenalkan dengan karya-karya penulis ini, Ayu Meutia. Dari 52 puisi yang ada di debutnya, “Tigress”, agak sulit untuk memilih puisi yang benar-benar saya suka. “Travel-Post Blues” adalah salah satunya.

Mayoritas puisi dalam “Tigress” ditulis dalam Bahasa Inggris. Namun, ada juga yang berbahasa Indonesia. Gaya bahasanya jujur, cenderung blak-blakan – namun masih halus dan bermain dengan imaji.

Bagi penyuka gaya sastra lama, “Tigress” mungkin akan terasa asing bagi Anda. Namun bagi yang tumbuh dengan kultur urban, puisi-puisi ini mungkin akan mengingatkan Anda dengan kisah hidup Anda sendiri.

Ada cinta, patah hati, kecewa, marah, hingga relasi dengan sesama manusia dalam bait-baitnya di sini. Imaji yang digunakan unik, namun tidak rumit. Contoh: saat Ayu menyamakan Jakarta sebagai sosok kota yang ‘maskulin’ dalam “Playboy City”. Bagaimana tidak? Kota ini telah menyedot begitu banyak perhatian.

Di sisi lain, kota ini juga banyak memakan korban – terutama korban perasaan. (Saya tidak sedang bercanda.)

Penasaran dengan ‘auman’ Sang Harimau Betina? Buruan beli buku ini di Gramedia!

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tidak Ada Puisi Cinta?

Tidak Ada Puisi Cinta?

Pintalah aku

untuk menulis sesuatu yang ceria

meski halaman ini kosong,

apa adanya

Bisa kutulis hal biasa

yang remeh setiap harinya

namun apa beda

dengan jadwalku yang selalu sama?

Tiada jiwa seni

hanya aku yang selalu bekerja

Mungkin kau harap aku akan kisah cinta

Kisahmu mungkin lebih seru

Kisahku sampah

Bisa kutulis yang nyata

tapi mungkin kau akan berduka

Aku bisa apa?

Kau mau aku bohong, pura-pura?

Mungkin kau harus berhenti meminta

atas nama palsunya bahagia

Kenapa tidak terima

saat ini aku tidak percaya cinta?

Tidak ada puisi cinta hari ini

Esok?

Barangkali

Saat ini,

halaman ini tak terisi

karena aku tidak punya kata-kata lagi…

R.

Categories
#catatan-harian #lomba #puisi

Setia?

Setia?

Setiamu, wahai istri

bakal surgawi

Tiada tuntut maupun tanya

Tinggal terima

harus dengan sukacita

Narkoba mengubah semua

Suami gelap mata

namun istri masih dituntut harus setia

membela martabat keluarga

meski haram adanya

Istri berakhir di penjara

berpisah dengan anak-anaknya

Sementara,

suami di luar sana

entah di mana

namun telah mendua hatinya

Setia?

Surga apanya?

Hanya neraka dunia

menuruti suami bedebah

Akhirnya, suami juga terpenjara

akibat narkoba

Ada syukur di hati terluka

dan istri yang berhenti setia

Untuk apa?

Percuma,

bila khianat balasannya…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Tertawa Dalam Diam

Tertawa Dalam Diam

Tidak perlu menang

dalam perdebatan

dengan anak kecil ngambekan

yang enggan disalahkan

Cukup tertawa dalam diam

melihat mereka tenggelam

dalam kebodohan…

R.

Categories
#catatan-harian #menulis #puisi

Ada Setan di Tempat Ibadah

Ada Setan di Tempat Ibadah

Dia datang dengan senjata

membantai para penyembah

Yang Maha Kuasa

di tempat ibadah

Lalu dia pamerkan dosa

dengan bangga, ke seluruh dunia

demi VIP ke neraka

Setan berwujud manusia

atau manusia berhati setan?

Ah, persetan!

Semoga tiada lagi yang sepertinya…

R.