Categories
#catatan-harian #menulis #tips

7 Cara Membunuh Bosan Selama #Swakarantina Ala Saya

7 Cara Membunuh Bosan Selama #Swakarantina Ala Saya

Bersyukurlah bagi yang masih punya pekerjaan. Mau itu yang masih harus ke kantor atau bisa dari rumah, yang penting masih ada kerjaan. Kasihan sama yang enggak soalnya.

Selain pekerjaan di rumah, yang masih lajang biasanya ngapain aja sih, buat membunuh rasa bosan selama masa pandemi Covid-19 ini? Kalau saya sih, bisa melakukan tujuh (7) hal ini. Ada yang ikutan?

Foto: Membaca
  • Membaca buku / koran / majalah / artikel digital.

Ada untungnya bila sudah punya hobi membaca dari dulu. Mau itu artikel berita, fiksi, komik, cerpen, novel, kisah motivasi, dan lain-lain…baca saja terus. Pokoknya, nggak bakalan habis-habis, deh.

Intinya, saya bisa lebih sabar bila di tangan ada buku – atau apa pun yang bisa dibaca.

Foto: Menulis
  • Menulis.

Ingin bisa menulis, pastinya harus punya hobi membaca dulu. Semua penulis tetap butuh ragam referensi bacaan untuk mendukung kualitas tulisan mereka.

Dari kecil, untungnya saya sudah sangat suka menulis. Apa saja sudah saya coba tulis, mulai dari catatan harian, puisi, cerpen, artikel pendek, hingga novel. Fiksi dan nonfiksi juga saya jajal.

Awalnya sih, hanya untuk senang-senang. Hingga kemudian menjadi karir impian, setidaknya secara bertahap…

Foto: Menonton
  • Menonton TV / film.

Sebenarnya, sewaktu kecil hingga remaja, ini juga hobi saya. Sebelum sinetron basi dan norak mulai menjamur, banyak acara TV favorit. Bahkan, andai saja dulu bisa, saya akan memilih tidak sekolah hanya demi menonton serial TV favorit saya.

Pastinya nggak mungkin juga, hehe. Untung saya akhirnya tidak sampai seperti itu…

Meskipun sekarang sudah banyak yang memilih berlangganan Netflix, saya masih tetap setia dengan TV kabel yang biasa. Belum terlalu butuh juga, sih.

Lagipula, saya juga lebih memilih menulis dan membaca buku…

Foto: Mendengarkan Radio
  • Mendengarkan radio.

Ini lagi hobi saya yang dulu sering saya lakukan. Kalau ada kuis atau talkshow dengan topic menarik, kadang saya juga suka ikutan. Pernah sih, menang kuis. Request lagu pernah diputar dan opini pernah dibacakan. Pernah juga beberapa kali on-air sebagai penelepon.

Hmm, sepertinya saya sudah kembali melakukan beberapa hal di atas. Sayangnya, belum sempat menang kuis apa pun juga, sih. Hihihihi…

Foto: Mendengarkan Musik
  • Mendengarkan musik.

Sebenarnya, ini juga nyaris sama dengan mendengarkan radio, sih. Bedanya, saya bisa memilih music dari mana saja. Yang paling sering tentu saja dari YouTube.

Tentu saja, secara otomatis, kegiatan ini nyambung dengan kegiatan berikutnya:

Foto: Menyanyi
  • Menyanyi.

Bukan bermaksud menyombong, suara saya cukup aman untuk bernyanyi, hehe. Setidaknya nggak akan sampai bikin kuping siapa pun berdarah, hehehe… (Ih, lebay.)

Lagi nggak bisa karaoke karena banyak tempat tutup selama pandemi? Kata siapa? Di YouTube banyak karaoke gratisan. Tinggal cari video yang hanya berisi lirik, diiringi lagu. Terus tinggal nyanyi, deh.

Kalau cukup pede, tinggal rekam suara sendiri, terus posting aja, deh. Bisa pakai Soundcloud, Spotify, atau YouTube. Tinggal pilih.

Pengen duet sama orang lain, tapi nggak ada yang bisa diajak nyanyi bareng di rumah? Tinggal andalkan karaoke app semacam Smule. Hitung-hitung uji nyali latihan nyanyi sama siapa pun. Kalau bisa sampai dapat teman-teman baru di situ namanya bonus.

Foto: Menggambar
  • Menggambar.

Sewaktu kecil, saya pernah sangat suka menggambar. Sebelum mulai suka menulis dan membuat cerita, saya memilih untuk ikut menggambar bersama adik lelaki saya.

Lalu, hobi itu sempat terlupakan. Saya lebih suka menulis, meskipun saat kuliah pernah didapuk sebagai pembuat storyboard untuk tugas kelompok. Habis gimana, ya? Dalam satu tim, kebetulan memang hanya saya yang cukup bisa gambar. Hehe.

Sekarang saya menggambar hanya buat iseng-iseng mengisi waktu. Daripada stres terus hanya bisa menggerutu…

Lalu, gimana dengan Anda?

R.

Categories
#catatan-harian #CSW-Club #menulis

Mencari Hiburan di Tengah #Swakarantina

Sudah sebulan lebih aku tidak keluar rumah. Wabah Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan Virus Corona sukses membuat seluruh dunia kalah – atau lebih tepatnya, dipaksa mengalah.

Semua rencanaku bubar jalan. Mau menerbitkan buku puisi Bahasa Inggris perdanaku, editorku harus pulang dulu ke kampung halamannya. Apa boleh buat, rencana itu terpaksa ditunda. Pekerjaanku apa lagi. Tidak ada lagi acara ke kantor (padahal hanya itu satu-satunya kesempatanku untuk mengobrol dengan si periset imut-imut dari Estonia. Singkat cerita, kami berkenalan dan jadi teman hanya gara-gara tanpa sengaja rebutan kursi di co-working space tempat kami bekerja.)

Orderan menulis jadi terpangkas. Mau tidak mau, aku terpaksa berjibaku lebih giat lagi mencari order tambahan. Kalau tidak, ya judulnya tidak makan. Iya kalau jadinya kurusan. Kalau buntutnya sakit dan rentan ketularan? Hiii…aku belum siap berkafan dan masuk kuburan.

Tadinya, Mama minta aku pulang. Tentu saja, permintaan beliau terpaksa kutolak demi keamanan semua orang. Mama sudah di atas 60, tinggal sama para keponakan yang menderita asma. Kira-kira?

Mau tidak mau, aku terpaksa bertahan hidup seorang diri. Mulai berhemat, meski sebisa mungkin tetap harus makan. Baca buku, termasuk yang sudah pernah dan akhirnya kuulang. Menulis seperti orang gila. Menyanyi meskipun bukan diva. Nonton TV sampai bosan luar biasa. Mendengarkan radio biar kamar nggak terasa sepi-sepi amat.

Banyak video-call sama teman-teman, meski belum tentu ada stok bahan obrolan.

Banyak cerita cukup lucu sepanjang wabah Covid-19. Bila harus kusebutkan, entah beneran lucu atau miris. Misalnya: ada saat aku mencoba video-call dengan Mama. Diangkat sih, tapi butuh beberapa detik bagiku untuk menyadari kenapa di layar hanya tampak pipi beliau.

Yah, Mama kira itu hanya voice-call. Huhuhu…padahal lagi ingin melihat wajah beliau…

Jalan masuk ke pemukiman tempat tinggalku diportal. Jangan mikir aneh-aneh dulu soal caraku untuk keluar-masuk, hanya untuk belanja di Alfamart. Berhubung bukan sosok atletis, nggak mungkin kan, tiba-tiba aku sok-sokan lompat galah?

Dalam tiap radius beberapa meter, ada dispenser dan botol sabun cair yang nganggur. Fungsinya tentu saja buat cuci tangan gratis. Satu waktu, aku menderita bosan akut hingga iseng bikin balon-balon dari gelembung sabun saat cuci tangan. Kutiup-tiup dengan suka cita hingga balon-balon sabun tersebut mengudara. Rasanya cukup menyenangkan…

…hingga kusadari mata-mata para tetangga yang tengah menatapku, seolah-olah aku sudah gila.

Apa lagi, ya? Oh, ini juga hobi yang sudah pernah kulakukan waktu kecil. Aku hobi mengejr-ngejar kucing di jalanan. Biasanya baru berhenti bila kucing incaranku ngumpet di bawah mobil, masuk ke rumah orang, atau loncat ke atap rumah sekalian.

Bila masih loncat ke atap mobil? Hihihihi…belum puas rasanya bila belum bikin si kucing trauma. Biasanya mobil itu kugoyang-goyangkan hingga si kucing akhirnya terpaksa loncat dan pindah ke tempat persembunyian lain.

Sialnya, pas menjelang tengah malam sehabis belanja di Alfamart, aku agak terlalu heboh menggoyang-goyangkan mobil tempat kucing incaranku mangkal di atap. Nggak hanya si kucing yang loncat menyelamatkan diri, aku juga harus lari gara-gara alarm mobil mendadak berbunyi. Gak mungkin kan, aku punya penjelasan bagus saat para tetangga sekitar – termasuk yang punya mobil – keluar dan memergokiku di TKP?

Entah kapan wabah ini berakhir. Moga-moga, aku masih waras sesudah Corona tertangani…

R.